Beberapa komponen pengeluaran pembiayaan daerah Kabupaten Nias Utara Tahun Anggaran 2015, sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 60 ayat (2) adalah: (1) pembentukan dana cadangan; (2) Penyertaan modal pemerintah daerah; (3) pembayaran pokok utang; dan (4) pemberian pinjaman.
Arah kebijakan ekonomi daerah Kabupaten Banyumas tidak terlepas dari kebijakan pembangunan yang telah digariskan pada tingkat provinsi maupun nasional, dengan memperhatikan variabel-variabel makro dan sumber daya lokal. Rancangan kerangka ekonomi daerah tersebut dicapai dengan menyusun berbagai prioritas pembangunan serta mengambil langkah kebijakan yang disusun untuk menghadapi tantangan dan penyelesaian masalah pembangunan agar arah pembangunan daerah tahun 2016 dapat dicapai sesuai dengan sasaran program dan kegiatan yang diharapkan.
meningkatkan kualitas kebijakan pembangunan agar Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015 tetap di atas nasional. Kedepan Sulawesi Barat akan mulai concern kepada sektor-sektor unggulan seperti industri pengolahan dan pangan, agar tidak hanya memproduksi bahan baku namun harus sudah mulai mengangkat value. Tahun 2016 juga memberikan tantangan dengan mulai berlakunya agenda Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada Desember 2015. Tantangan utama yang dihadapi Sulawesi Barat adalah bagaimanan menciptakan produk inovatif yang berdaya saing tinggi dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, infrastruktur, dan teknologi dan menciptakan iklim usaha yang kondusif.
Sementara itu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku merupakan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah. Indikator ini dapat digunakan sebagai salah satu indicator untuk mengukur kinerja Pemerintah Daerah. Namun demikian, penggunaan indicator ini haruslah secara hati-hati, karena barang dan jasa yang dihasilkan dinilai berdasarkan harga berlaku sehingga bila kenaikan harga barang dan jasa relative tinggi, maka sesungguhnya kinerja perekonomian tidaklah meningkat seperti yang diperkirakan.
Strategi dan arah kebijakan pembangunan tahun 2016 berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2015 tentang RencanaKerjaPemerintah (RKP) Tahun 2016 dengan tema “Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Memperkuat Fondasi Pembangunan Yang Berkualitas”, terdapat Sembilan agenda (Nawa Cita) yang merupakan rangkuman program-program yang tertuang dalam Visi-Misi Presiden/Wakil Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla dijabarkan dalam strategi pembangunan yang digariskan dalam RPJMN 2015-2019 yang terdiri dari empat bagian utama yakni: (1) norma pembangunan; (2) tiga dimensi pembangunan; (3) kondisi perlu agar pembangunan dapat berlangsung; serta (4) program- program quick wins. Tiga dimensi pembangunan dan kondisi perlu dari strategi pembangunan memuat sektor-sektor yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan RPJMN 2015-2019 yang selanjutnya dijabarkan dalam RencanaKerjaPemerintah 2016. Keterkaitan antara dimensi pembangunan dengan Nawa Cita dapat dijelaskan sebagai berikut:
Di Kabupaten Lombok Utara, sektor perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor menjadi kontributor PDRB terbesar kedua setelah sektor pertanian. Kebijakan pembangunan sektor perdagangan diarahkan untuk pemenuhan secara bertahap infrastruktur perdagangan (pasar-pasar tradisonal, tempat berusaha bagi pedagang kaki lima, tempat berusaha pedagang kecil/kaki lima di obyek-obyek wisata, pembangunan pusat-pusat perdagangan di wilayah perkotaan) serta fasilitasi pemasaran dalam rangka memperpendek rantai pemasaran diantaranya melalui pasar lelang daerah serta fasilitasi akses terhadap peluang pasar dari aktivitas pariwisata. Selain itu didorong peningkatan perdagangan antar wilayah yang dapat ditempuh melalui meningkatkan kerjasama antar daerah, meningkatkan akses informasi pasar bagi produsen lokal.
Penurunan yang paling tajam terjadi pada ekspor bijih kerak dan abu logam serta kakao. Konsekuensi diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Larangan Ekspor Mineral Mentah yang merupakan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 dan menjadi dasar pelaksanaan UndangUndang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara menyebabkan nilai ekspor bijih kerak dan abu logam Sulawesi Tengah Tahun 2014 hanya sebesar US$ 19,34 juta atau mengalami penurunan sebesar US$ 201,58 juta (91,24 persen) dibandingkan tahun 2013 yang sebesar US$ 220,92 juta. Sementara ekspor kakao juga mengalami penurunan tajam dimana pada tahun 2014 ekspor kakao Sulawesi Tengah hanya sebesar US$ 1,64 juta, turun sebesar US$ 44,56 juta (96,45 persen) dibandingkan ekspor tahun 2013 yang sebesar US$ 46,20 juta. Penurunan ekspor kakao Sulawesi Tengah disebabkan produksi kakao yang ada tidak lagi difokuskan untuk ekspor melainkan untuk memenuhi pasar dalam negeri seiring dengan pembangunan pabrik pengolahan biji kakao di dalam negeri.
mekanisme bottom-up, yakni daerah menyampaikan usulan (proposal based) sebagai dasar untuk penentuan alokasi. Hal ini berbeda dengan pengalokasiaan DAK pada tahun-tahun sebelumnya yang lebih banyak bersifat top-down, yakni sepenuhnya ditentukan oleh Pemerintah Pusat. Oleh sebab itu perlu adanya koordinasi lintas SKPD dalam mengajukan usulan anggaran pembangunan melalui Badan Perencanaan Daerah Provinsi Kepulauan Riau.
yang Sah; 2) Dana Perimbangan yang meliputi: Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus; 3) Lain‐lain Pendapatan Daerah yang Sah, meliputi : Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus, Dana Bantuan Keuangan dari Provinsi/Kabupaten/Kota Lainnya, Lain‐lain Penerimaan, Dana Transfer Pusat dan Dana Insentif Daerah. Sedangkan penerimaan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan.
e. Mengalokasikan belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah kabupaten/kota, Pemerintah Desa dan Partai Politik. Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan Desa yang digunakan untuk memberikan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus diarahkan dalam rangka mendukung pemerataan/kesenjangan fiskal dan/atau peningkatan kemampuan keuangan. Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
b. Ratarata umur persediaan, yaitu rasio untuk melihat berapa lama dana tertanam dalam bentuk persediaan (menggunakan persediaan untuk memberi pelayanan publik). Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa ratarata umur persediaan tahun 2010 sebesar 479,49, tahun 2011 sebesar 449,11 sedangkan pada tahun 2012 adalah 369,02 hari. Hal ini menunjukkan minimnya input berupa persediaan yang dimasukkan untuk menghasilkan output pelayanan publik oleh Pemerintah Daerah.
Dalam rangka meningkatkan dan menciptakan kinerja Pemerintah Daerah yang lebih efektif, optimal dan mencapai sasaran, maka Pemerintah Kabupaten Nias Utara menyusun RencanaKerjaPemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2016. yang terdiri dari berbagai kompilasi prioritas kegiatan pembangunan berdasarkan RencanaKerja SKPD Kabupaten Nias Utara Tahun Anggaran 2015.
Permasalahan pembangunan di sektor ketahanan pangan terjadi pada konsumsi masyarakat belum pola pangan harapan. Jika dilihat dari ketersediaan pangan lokal belum mencukupi sehingga Kota Sawahlunto menjadi ketergantungan pasokan pangan dari daerah tetangga. SDM pengelola Ketahanan Pangan masih kurang secara kuantitas, serta pengawasan keamanan pangan belum optimal. Selain itu, harga komoditas pangan fluktuatif dan alih fungsi lahan pertanian juga merupakan permasalahan yang harus dibenahi dalam membangun ketahanan pangan Kota Sawahlunto. Upaya yang akan dilakukan ke depan adalah dengan menjaga stabilitas harga pokok khususnya bahan pangan karena setiap kenaikan harga akan menurunkan daya beli masyarakat terutama kelompok miskin, memperlancar distribusi bahan pokok serta meningkatkan koordinasi dengan daerah tetangga.
Melihat komposisi pendapatan daerah Kota Sawahlunto dana perimbangan menjadi penyumbang terbesar bagi pendapatan daerah yaitu sebesar 81,78 % pada tahun 2012 sehingga untuk kelancaran pembangunan kota sangat tergantung dari bantuan keuangan dari pusat. Untuk itu, pada masa yang akan datang harus diupayakan bagaimana meningkatkan sumber pendapatan yang berasal dari potensi yang dimiliki daerah sendiri sehingga proporsi pendapatan asli daerah terhadap keseluruhan pendapatan daerah akan meningkat.
Perkembangan hasil-hasil pembangunan pada bidang urusan lingkungan hidup meliputi persentase penanganan sampah, persentase penduduk berakses air minum, persentase luas pemukiman yang tertata, pencemaran status mutu air, cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan sumber mata air, cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal, tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk dan penegakan hukum lingkungan. Capaian persentase penanganan sampah belum terealisasi dikarenakan tempat pengelolaan akhir belum terbangun. Untuk penanganan sampah masih menggunakan system tradisional.
Dari tabel di atas terlihat bahwa selama 5 tahun terakhir (2007-2011), sebagai tahun rujukan yang dijadikan bahan laporan keuangan pemerintah daerah, adanya kecenderungan tetap SiLPA (Sisa Lebih Hasil Perhitungan Anggaran) pada setiap tahunnya. Merujuk pada ketentuan pasal 62 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Kondisi ini, sumber terjadinya SiLPA berasal dari pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.
Dengan mempertimbangkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang telah dicapai pada tahun sebelumnya, serta masalah dan tantangan yang akan dihadapi pada pelaksanaan RKPD Kabupaten Nias Utara Tahun Anggaran 2016, ditetapkan Tema Pembangunan Daerah Kabupaten Nias Utara Tahun 2016 yakni: “Kesinambungan Pembangunan dan Pemanfaatan Sumber Daya yang tersedia untuk Peningkatan perekonomian yang Berdaya Saing” . Dengan unsur pokok pembangunan dan merupakan prioritas pembangunan yaitu :
Pemerintah Kabupaten Gorontalo senantiasa berupaya agar proses pengelolaan keuangan khususnya belanja daerah dapat mempedomani kesebelas asas tersebut di atas. Penerapan asas yang pertama terkait ketertiban waktu dan kelengkapan administrasi telah dibuktikan dengan keseriusan pemerintah daerah dalam mematuhi target waktu yang ditentukan baik dalam penyusunan APBD yang dapat dirampungkan pada Bulan November demikian pula dengan penyusunan laporan keuangan yang dapat diselesaikan pada Bulan Maret. Ketertiban administrasi juga merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan realisasi pengeluaran kas daerah. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan juga terus ditingkatkan mulai dari tahap perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pelaporan. Tahapan pelaksanaan merupakan tahapan yang sangat rentan akan penyimpangan, olehnya sangat diwajibkan untuk mempedomani aturan terkait seperti dalam proses pengadaan barang dan jasa.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Penyusunan APBD sesuai dengan peraturan perundangan diawali dengan proses Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang hasilnya dituangkan dalam dokumen RencanaKerjaPemerintah Daerah (RKPD), selanjutnya dipergunakan sebagai dasar penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
Usaha untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor barang dan jasa luar negeri harus terus dilakukan melalui pengembangan industri kreatif dan pariwisata, sehingga permintaan terhadap barang-barang domestik akan semakin tinggi. Besarnya konstribusi impor barang dan jasa terhadap pembentukan nilai PDRB ternyata berasal dari pembelian barang-barang golongan kertas/karton, mesin-mesin mekanik, keramik, serta barang-barang dari besi dan baja. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi Sumatera Barat harus mampu mengarah kepada perubahan struktural terutama mengembangkan industri penganti substitusi impor ini, sebab komponen konsumsi rumah tangga yang terus meningkat ternyata juga sejalan dengan peningkatan impor. Keadaan ini tentu memperlemah kinerja perekonomian Sumatera Barat di masa depan. Diperkirakan tahun 2016 pertumbuhan ekonomi yang terus melambat karena disebabkan oleh menurunnya eksport dan konsumsi masyarakat, maka untuk meingkatkan kinerja ekspor barang dan jasa dilakukan melalui pembangunan zona prosesing ekspor dan teknopark untuk mendisain teknologi tepat guna dengan terus memberikan dukungan kepada program pengembangan sumberdaya manusia dan inovasi daerah yang dapat diadopsi oleh rumahtangga penghasil barang ekspor.