• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Anak Yang Dilahirkan Dari Perkawinan Wanita Hamil Karena Zina Menurut Kompilasi Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Status Anak Yang Dilahirkan Dari Perkawinan Wanita Hamil Karena Zina Menurut Kompilasi Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

Loading

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pendapat hukum mengenai kedudukan anak yang dilahirkan oleh wanita hamil yang menikah dengan laki-laki yang

Sorotan utama dalam perkawinan wanita hamil karena zina (perkawinan di bawah umur) adalah masalah ekonomi. Karena kondisi ekonomi yang belum mapan bagi seorang laki-laki

Kompilasi Hukum Islam hanya mengatur perkawinan wanita hamil dengan laki-laki yang menghamilinya, sedangkan bagi laki-laki lain yang ingin menikahi tidak diatur.. Hal

1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, tidak dijelaskan secara jelas status hukum pernikahan tersebut, tetapi secara tersirat menyebutkan bahwa perkawinan tersebut sah dilakukan

Dalam hukum Islam, melakukan hubungan kelamin antara pria dan wanita tanpa diikat oleh tali perkawinan (akad nikah) yang sah disebut zina. Hubungan seks tersebut tanpa dibedakan

Pasal 42 yang menyatakan bahwa “Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah”, dan Pasal 43 ayat (1) yang menyatakan: “Anak yang

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa KHI telah melegalkan perkawinan antara wanita yang sedang hamil dengan laki-laki yang telah menghamilinya tanpa

dari segi syarat-syarat perkawinan.13 Dalam Pasal 2 ayat 1 dikatakan, bahwa perkawinan itu sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya.14 Secara umum,