• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan lebar dan panjang lengkung gigi pada kasus non-ekstraksi maloklusi Klas I Angle di Klinik PPDGS Ortodonti FKG USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan lebar dan panjang lengkung gigi pada kasus non-ekstraksi maloklusi Klas I Angle di Klinik PPDGS Ortodonti FKG USU"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

Loading

Gambar

Gambar 6. Alat-alat penelitian: a. kaliper digital, b. Pensil mekanik, c. Penghapus,
Gambar 7. Pengukuran lebar interpremolar maksila dari titik terdistal cekung mesial pada oklusal gigi premolar pertama ke titik yang sama pada sisi yang berlainan (a), pengukuran lebar intermolar maksila dari titik cekung mesial pada permukaan oklusal pada
Gambar 8. Pengukuran mesiodistal gigi insisivus anterior dengan menggunakan caliper digital.31
Gambar 9. Pengukuran panjang lengkung maksila dari kontak mesial gigi insisivus sentralis maksila tegak lurus dengan garis yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Dihitung rerata dan standard deviasi sudut MP-SN dan tinggi dentoalveolar regio molar. b) Dihitung rerata dan standard deviasi lebar lengkung gigi rahang atas dan rahang

subjek memiliki asimetri wajah dan asimetri lengkung gigi pada sisi kiri lebih lebar.. Sebanyak 2,7% (n=1) memiliki asimetri wajah pada sisi kiri lebih

Kemudian dilakukan hypothetical extraction dengan empat kombinsai, yaitu (1) pencabutan 4 gigi premolar pertama, (2) 4 gigi premolar kedua, (3) premolar pertama maksila dan

terdapat korelasi antara posisi anteroposterior bibir terhadap perubahan panjang dan lebar lengkung gigi pada maloklusi Klas I non ekstraksi.. Kata kunci:

Untuk mengetahui korelasi antara lebar lengkung gigi terhadap posisi. anteroposterior bibir terhadap dan pada maloklusi Klas I

Tabel 4.6 Nilai korelasi posisi anteroposterior bibir atas dan bibir bawah terhadap lebar intermolar (IM) maksila dan mandibula sebelum dan setelah perawatan pada

Korkhaus Serta Hubungan Antara Lebar dan Panjang Lengkung Gigi Terhadap Tinggi Palatum pada Suku Jawa.. Handbook of

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 33% (n=10) memiliki asimetri lengkung gigi dalam batas normal, sedangkan 67% (n=20) memiliki asimetri lengkung gigi secara klinis, pada