RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
.
BAB II
KONSEP PERENCANAAN
BIDANG CIPTA KARYA
2.1. Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya
Konsep perencanaan dan pelaksanaan bidang Cipta Karya merupakan suatu arahan
dalam pencapaian pembangunan permukimn yang layak huni dan berkelanjutan. Dalam
konsep perencanaan dan pelaksanaan bidang Cipta Karya memuat arahan kebijakan
tentang amanat penataan ruang, amanat pembangunan nasional, amanat pembangunan
bidang PU/CK, serta amanat internasional mengenai pembangunan berkelanjutan secara
global.
Dalam arahan konsep ini perlu diperhatikan juga kondisi eksisting dari pembangunan
bidang Cipta Karya, isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan serta
permasalahan-permasalahan dan potensi-potensi yang dimiliki daerah. Keterkaitan dari kebijakan-kebijakan
amanat pembangunan berkelanjutan dengan kondisi eksisting dari pembangunan Bidang
Cipta Karya, isu-isu strategis, serta permasalahan dan potensi yang dimiliki daerah akan
menghasilkan rencana dan program bidang Cipta Karya dan pelaksanaan pembangunan
bidang Cipta Karya.
Dengan dukungan dari stakeholder, dalam hal ini pihak dari daerah
(provinsi/kota/kabupaten), dunia usaha dan masyarakat secara tepat, maka cita-cita untuk
mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan akan dapat terlaksana dan
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
2.2. Amanat Pembangunan Nasional
2.2.1. RPJP Nasional 2005 – 2025 (UU No.17 Tahun 2007) A. Umum
Berdasarkan pasal 4 Undang-Undang No. 25 tahun Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
disusun sebagai penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan nasional.
Pembangunan Nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara,
untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk itu
dalam 20 tahun mendatang sangat penting dan mendesak bagi Bangsa Indonesia untuk
melakukan penataan kembali berbagai langkah-langkah antara lain dibidang pengelolaan
sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup dan kelembagaannya sehingga
bangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan mempunyai posisi yang sejajar, serta
daya saing yang kuat didalam pergaulan masyarakat internasional.
Dengan ditiadakannya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman
penyusunan rencana pembangunan nasional dan diperkuatnya otonomi daerah dan
desentralisasi pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka untuk
menjaga pembangunan yang berkelanjutan, Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional sangat diperlukan. Sejalan dengan Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang memerintahkan penyusunan
RPJP Nasional yang menganut paradigma perencanaan yang visioner, maka RPJP Nasional
hanya memuat arahan secara garis besar.
Kurun waktu RPJP Nasional adalah 20 tahun. Pelaksanaan RPJP Nasional 2005 –
2025 terbagi dalam tahap-tahp perencanaan pembangunan dalam periodesasi perencanaan
pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima) tahunanyang dituangkan dalam RPJM
Nasional I tahun 2005 – 2009, RPJM Nasional II tahun 2010 – 2014, RPJM Nasional III
tahun 2015 – 2019, dan RPJM Nasional IV tahun 2020 – 2024.
B. Visi dan Misi Pembangunan Nasional Tahun 2005 – 2025
Berdasarkan kondisi Bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20
tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, visi pembangunan Nasional tahun 2005 –
2025 adalah, INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR.
Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8
(delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut :
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai dan bersatu
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
2.2.2. RPIJM Nasional 2010 – 2014 (Perpres No. 05 Tahun 2010)
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang No.25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dipandang perlu menetapkan
Peraturan Presiden tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2010 – 2014.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014, yang
selanjutnya disebut RPJM Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional
untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga tahun 2010 – 2014, yang
selanjutnya disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga, adalah dokumen
perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2010
sampai dengan tahun 2014.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM
Daerah, adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 tahun sesuai
periode masing-masing pemerintah daerah. RPJM Nasional memuat strategipembangunan
nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas
kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian
secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJM Nasional berfungsi
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
a. Pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga
b. Bahan penyusunan dan perbaikan RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas
pemerintah daerah dalam mencapai sasaran nasional yang termuat dalam RPJM
Nasional
c. Pedoman pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah
2.2.3. MP3EI (Perpres No. 32 Tahun 2010)
Dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005
– 2025 dan untuk melengkapi dokumen perencanaan guna meningkatkan daya saing
perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan adanya suatu masterplan percepatan
dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki arah yang jelas, strategi
yang tepat, focus dan terukur. Berdasarkan pertimbangan, maka perlu ditetapkan Peraturan
Presiden tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
2011-2025.
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025, maka ditetapkan Peraturan Presiden tentang
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, yang
selanjutnya disebut MP3EI.
MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan
ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai
dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.
MP3EI tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Presiden ini. MP3EI berfungsi sebagai :
a. Acuan bagi menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non kementerian untuk
menetapkan kebijakan sektoral dalam rangka pelaksanaan percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi Indonesia di bidang tugas masing-masing, yang dituangkan
dalam dokumen rencana strategis masing-masing kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian sebagai bagian dari dokumen perencanaan pembangunan.
b. Acuan untuk penyusunan kebijakan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi
Indonesia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota terkait.
MP3EI dapat menjadi acuan bagi badan usaha dalam menanamkan modal di
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Koordinasi
pelaksanaan MP3EI dilakukan oleh Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia 2011-2025, yang selanjutnya disebut KP3EI. KP3EI mempunyai tugas:
a. Melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan MP3EI
b. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan MP3EI
c. Menetapkan langkah-langkah dan kebijakan dalam rangka penyelesaian permasalahan
dan hambatan pelaksanaan MP3EI.
MP3EI digagas untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi melalui
pengembangan 8 program utama, yang terdiri atas pertanian, pertambangan, energi,
industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan strategis.
Kedelapan program tersebut dibagi lagi ke dalam 22 kegiatan ekonomi utama (lihat gambar
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
Gambar 2.3 Kegiatan Ekonomi Utama
Sedangkan strategi pengembangan 22 kegiatan ekonomi tersebut adalah
mengintegrasikan tiga elemen utama, meliputi:
1. Pengembangan potensi ekonomi wilayah di 6 Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu:
Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan,
Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara, dan Koridor
Ekonomi Papua–Kepulauan Maluku;
2. Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
3. Memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung
pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi.
Dengan demikian pertumbuhan ekonomi akan makin terarah karena digenjot pada 8
program utama berbasis potensi nasional (yang terdiri dari 22 kegiatan ekonomi) dan
berlangsung lintas wilayah di 6 koridor, terkoneksi, dan terintegrasi. Pada gilirannya strategi
tersebut diharapkan menunjang penguatan kapasitas SDM dan penguasaannya terhadap
pengembangan IPTEK.
Gambar 2.4 Tema Pembangunan Masing-Masing Koridor Ekonomi
2.2.4. MP3KI
Ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi menciptakan kesenjangan,
ketidakstabilan dan meluasnya ketidaksejahteraan. Sehingga, membuat pemerintah merasa
perlu untuk melengkapi master plan pertumbuhan ekonomi dengan master plan
pengurangan kemiskinan agar dunia seimbang (equilibrium). Master plan tersebut adalah
Master Plan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan (MP3KI), yang bertujuan
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
MP3KI adalah affirmative action, sehingga pembangunan ekonomi yang terwujud
tidak hanya Pro-growth, tetapi juga Pro-Poor, Pro-job dan Pro-environment; termasuk
penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat miskin.
Substansi yang melatarbelakangi perluasan pengurangan kemiskinan melalui MP3KI
dapat dirangkum dalam 9 alasan, yaitu:
1. Pertumbuhan penduduk yang besar (bisa jadi potensi, bisa juga jadi tantangan)
2. Lahan usaha petani dan nelayan makin terbatas
3. Peluang dan pengembangan usaha si miskin amat terbatas
4. Urbanisasi memperparah kemiskinan perkotaan (slum and squatter)
5. Rendahnya kualitas SDM usia muda
6. Rendahnya penyerapan kerja sector industri
7. Masih banyak daerah terisolir dengan akses pelayanan dasar yang rendah
8. Belum tersedianya jaminan sosial yang komprehensif
9. Masih terjadi marjinalisasi penduduk miskin, cacat, illegal, berpenyakit kronis dsb
Gambar 2.5 Kerangka Desain MP3KI
Tahapan Pelaksanaan MP3KI
Periode 2013-2014:
▪ Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% - 10% pada
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
▪ Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.
▪ Pada kantong-kantong kemiskinan, sinergi lokasi dan waktu, serta perbaikan
sasaran (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);
▪ Sustainable livelihood penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin,
termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;
▪ Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .
Periode 2015 – 2019:
▪ Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;
▪ Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju
universal coverage;
▪ Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;
▪ Penguatan sustainable livelihood.
Periode 2020-2025:
▪ Pemantapan sistem penanggulangan kemiskinan secara terpadu;
▪ Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
Gambar 2.7 Kolaborasi MP3EI dengan MP3KI
2.2.5. KEK (UU No. 39 Tahun 2009)
Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dilaksanakan
pembangunan perekonomian nasional berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi,
diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan dan dukungan
pada usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan koperasi dan sekaligus memberikan
manfaat bagi industri dalam negeri. Berkaitan dengan hal itu, dalam Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) disediakan lokasi bagi UMKM dan koperasi agar dapat mendorong terjadinya
keterkaitan dan sinergi hulu hilir dengan perusahaan besar, baik sebagai Pelaku Usaha
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan
peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan
geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan
kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi
tinggi. Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan
sebagai model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain
industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
mengatur bahwa ketentuan mengenai Kawasan Ekonomi Khusus diatur dengan
Undang-Undang. Ketentuan tersebut menjadi dasar hukum perlunya diatur kebijakan tersendiri
mengenai KEK dalam suatu Undang-Undang.
Ketentuan KEK dalam Undang-Undang ini mencakup pengaturan fungsi, bentuk, dan
kriteria KEK, pembentukan KEK, pendanaan infrastruktur, kelembagaan, lalu lintas barang,
karantina, dan devisa, serta fasilitas dan kemudahan.
KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Fungsi KEK adalah untuk melakukan dan
mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi,
transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain.
Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona
pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang
kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri.
Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK adalah
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu kawasan
lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan KEK,
terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber daya unggulan di bidang
kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta mempunyai batas
yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.
Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang terdiri
atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat provinsi. Dewan
Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK untuk melaksanakan pelayanan,
pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di KEK dilakukan
oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha.
Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing agar
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah, dan fasilitas
nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian, investasi, dan
ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat diberikan pada Zona di
dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal pengawasan, ketentuan larangan tetap diberlakukan di KEK, seperti
halnya daerah lain di Indonesia. Namun, untuk ketentuan pembatasan, diberikan kemudahan
dalam sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan tetap mengutamakan
pengawasan terhadap kemungkinan penyalahgunaan atau pemanfaatan KEK sebagai
tempat melakukan tindak pidana ekonomi.
Dengan berlakunya Undang-Undang ini, diharapkan terdapat satu kesatuan
pengaturan mengenai kawasan khusus di bidang ekonomi yang ada di Indonesia dengan
memberi kesempatan kepada Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang
dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4053) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang Menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4775) untuk diusulkan menjadi KEK, baik
dalam jangka waktu maupun setelah berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan.
Dengan berlakunya Undang-Undang ini, tidak terjadi lagi pembentukan kawasan
perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.
2.2.6. Direktif Presiden (Inpres No.3 Tahun 2010)
Untuk lebih memfokuskan pelaksanaan pembangunan yang berkeadilan, dan untuk
kesinambungan serta penajaman Prioritas Pembangunan Nasional sebagaimana termuat
dalam Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional Tahun 2010, maka diinstruksikan kepada para menteri dan seluruh
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan
program-program pembangunan yang berkeadilan, yang meliputi program-program :
1. Program pro rakyat, memfokuskan pada :
▪ Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga
▪ Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat
▪ Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan
kecil
2. Program keadilan untuk semua, memfokuskan pada :
▪ Program keadilan bagi anak
▪ Program keadilan bagi perempuan
▪ Program keadilan di bidang ketenagakerjaan
▪ Program keadilan di bidang bantuan hukum
▪ Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan
▪ Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan
3. Program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), memfokuskan pada :
▪ Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan
▪ Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua
▪ Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
▪ Program penurunan angka kematian anak
▪ Program kesehatan ibu
▪ Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya
▪ Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup
▪ Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
Dari ke tiga program pembangunan tersebut, program pembangunan di bidang Cipta
Karya tertuang didalam program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium. Adapun
program-program pembangunan bidang Cipta Karya yang tertuang didalam Rencana tindak
upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Rencana Tindak Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
No. Program Tindakan Sasaran Keluaran
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
No. Program Tindakan Sasaran Keluaran
2. Program
*) keluaran dapat disesuaikan berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan secara
berkala
2.3. Peraturan Perundangan Pembangunan Bidang PU/CK
2.3.1. UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat (1)
menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Tempat tinggal mempunyai peran
yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah
satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif
sehingga terpenuhinya kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap
manusia, yang akan terus ada dan berkembang sesuai dengan tahapan atau siklus
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat
tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam lingkungan yang sehat,
aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai salah satu
kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus dimiliki oleh setiap keluarga, terutama bagi
masyarakat yang berpenghasilan rendah dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah padat
penduduk di perkotaan. Negara juga bertanggung jawab dalam menyediakan dan
memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat melalui penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman serta keswadayaan masyarakat. Penyediaan dan
kemudahan perolehan rumah tersebut merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud
tata ruang, kehidupan ekonomi, dan social budaya yang mampu menjamin kelestarian
lingkungan hidup sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan
dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang bertumpu pada
masyarakat memberikan hak dan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk ikut
berperan. Sejalan dengan peran masyarakat di dalam pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman, Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab
untuk menjadi fasilitator, memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat, serta
melakukan penelitian dan pengembangan yang meliputi berbagai aspek yang terkait, antara
lain, tata ruang, pertanahan, prasarana lingkungan, industri bahan dan komponen, jasa
konstruksi dan rancang bangun, pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia, kearifan
lokal, serta peraturan perundang-undangan yang mendukung.
Kebijakan umum pembangunan perumahan diarahkan untuk:
a. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang
sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas umum secara
berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang
berkepribadian Indonesia
b. Ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pemenuhan
kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan hunian perkotaan dan
perdesaan
c. Mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang serta tata
guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna
d. Memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
Sejalan dengan arah kebijakan umum tersebut, penyelenggaraan perumahan dan
permukiman, baik di daerah perkotaan yang berpenduduk padat maupun di daerah
perdesaan yang ketersediaan lahannya lebih luas perlu diwujudkan adanya ketertiban dan
kepastian hukum dalam pengelolaannya. Pemerintah dan pemerintah daerah perlu
memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui
program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dalam bentuk pemberian
kemudahan pembiayaan dan/atau pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum di
lingkungan hunian.
Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman tidak hanya melakukan
pembangunan baru, tetapi juga melakukan pencegahan serta pembenahan perumahan dan
kawasan permukiman yang telah ada dengan melakukan pengembangan, penataan, atau
peremajaan lingkungan hunian perkotaan atau perdesaan serta pembangunan kembali
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Untuk itu, penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman perlu dukungan anggaran yang bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan belanja daerah, lembaga
pembiayaan, dan/atau swadaya masyarakat. Dalam hal ini, Pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat perlu melakukan upaya pengembangan sistem pembiayaan perumahan dan
permukiman secara menyeluruh dan terpadu.
Di samping itu, sebagai bagian dari masyarakat internasional yang turut
menandatangani Deklarasi Rio de Janeiro, Indonesia selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan
yang diprakarsai oleh United Nations Centre for Human Settlements. Jiwa dan semangat
yang tertuang dalam Agenda 21 dan Deklarasi Habitat II adalah bahwa rumah merupakan
kebutuhan dasar manusia dan menjadi hak bagi semua orang untuk menempati hunian yang
layak dan terjangkau (adequate and affordable shelter for all). Dalam Agenda 21 ditekankan
pentingnya rumah sebagai hak asasi manusia. Hal itu telah sesuai pula dengan semangat
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pengaturan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan untuk
memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman, mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran
penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan
permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan,
terutama bagi MBR, meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi
pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman,
serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.
Penyelenggaraan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai
salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan
rakyat, yang meliputi perencanaan perumahan, pembangunan perumahan, pemanfaatan
perumahan dan pengendalian perumahan.
Salah satu hal khusus yang diatur dalam undang-undang ini adalah keberpihakan
negara terhadap masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam kaitan ini, Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah dengan memberikan kemudahan pembangunan dan perolehan rumah melalui
program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dan berkelanjutan.
Kemudahan pembangunan dan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah
itu, dengan memberikan kemudahan, berupa pembiayaan, pembangunan prasarana,
sarana, dan utilitas umum, keringanan biaya perizinan, bantuan stimulan, dan insentif fiskal.
Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang
berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan
rencana tata ruang. Penyelenggaraan kawasan permukiman tersebut bertujuan untuk
memenuhi hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi, dan teratur serta menjamin kepastian bermukim, yang wajib dilaksanakan
sesuai dengan arahan pengembangan kawasan permukiman yang terpadu dan
berkelanjutan.
Undang-undang perumahan dan kawasan permukiman ini juga mencakup
pemeliharaan dan perbaikan yang dimaksudkan untuk menjaga fungsi perumahan dan
kawasan permukiman agar dapat berfungsi secara baik dan berkelanjutan untuk
kepentingan peningkatan kualitas hidup orang perseorangan yang dilakukan terhadap rumah
serta prasarana, sarana, dan utilitas umum di perumahan, permukiman, lingkungan hunian
dan kawasan permukiman. Di samping itu, juga dilakukan pengaturan pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang dilakukan
untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni perumahan
kumuh dan permukiman kumuh. Hal ini dilaksanakan berdasarkan prinsip kepastian
bermukim yang menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, memiliki, dan/atau
menikmati tempat tinggal, yang dilaksanakan sejalan dengan kebijakan penyediaan tanah
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
2.3.2. UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
Pembangunan nasional untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana dimuat
di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada hakekatnya adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang menekankan
pada keseimbangan pembangunan, kemakmuran lahiriah dan kepuasan batiniah, dalam
suatu masyarakat Indonesia yang maju dan berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila.
Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, mempunyai
peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas, dan jati
diri manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina
demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus
untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri, serta seimbang,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang. Oleh
karena itu dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada pengaturan penataan
ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan
gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan teknis
bangunan gedung, serta harus diselenggarakan secara tertib.
Undang-undang tentang Bangunan Gedung mengatur fungsi bangunan gedung,
persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, termasuk hak dan
kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada setiap tahap penyelenggaraan
bangunan gedung, ketentuan tentang peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah,
sanksi, ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.
Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas
kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung dengan
lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan dan berkeadilan.
Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan secara aktif bukan hanya dalam
rangka pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung untuk kepentingan mereka
sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan persyaratan bangunan gedung dan
tertib penyelenggaraan bangunan gedung pada umumnya.
Perwujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran penyedia jasa
konstruksi berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi baik
sebagai perencana, pelaksana, pengawas atau manajemen konstruksi maupun jasa-jasa
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
itu, pengaturan bangunan gedung ini juga harus berjalan seiring dengan pengaturan jasa
konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan diberlakukannya undang-undang ini, maka semua penyelenggaraan
bangunan gedung baik pembangunan maupun pemanfaatan, yang dilakukan di wilayah
negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, masyarakat, serta oleh
pihak asing, wajib mematuhi seluruh ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang
tentang Bangunan Gedung.
Dalam menghadapi dan menyikapi kemajuan teknologi, baik informasi maupun
arsitektur dan rekayasa, perlu adanya penerapan yang seimbang dengan tetap
mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik arsitektur
dan lingkungan yang telah ada, khususnya nilai-nilai kontekstual, tradisional, spesifik, dan
bersejarah.
Pengaturan dalam undang-undang ini juga memberikan ketentuan pertimbangan
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Indonesia yang sangat beragam. Berkaitan
dengan hal tersebut, pemerintah terus mendorong, memberdayakan dan meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini secara
bertahap sehingga jaminan keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat dalam
menyelenggarakan bangunan gedung dan lingkungannya dapat dinikmati oleh semua pihak
secara adil dan dijiwai semangat kemanusiaan, kebersamaan, dan saling membantu, serta
dijiwai dengan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik.
Undang-undang ini mengatur hal-hal yang bersifat pokok dan normatif, sedangkan
ketentuan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah dan/atau
peraturan perundang-undangan lainnya, termasuk Peraturan Daerah, dengan tetap
mempertimbangkan ketentuan dalam undang-undang lain yang terkait dalam pelaksanaan
undang-undang ini.
2.3.3. UU No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan
manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala
bidang. Dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung
menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumber daya air wajib dikelola dengan
memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras.
Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan
keterpaduan yang harmonis antar wilayah, antar sektor, dan antar generasi. Sejalan dengan
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, masyarakat perlu diberi peran dalam
pengelolaan sumber daya air. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan, dan perubahan dalam
kehidupan masyarakat sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru.
Berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang telah diuraikan tersebut, maka perlu dibentuk
undang-undang tentang sumber daya air.
Berdasarkan Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 20 ayat (2), Pasal 22 huruf
D ayat (1), ayat (2), ayat (3), Pasal 33 ayat (3) dan ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dengan persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia memutuskan menetapkan
Undang-Undang tentang Sumber Daya Air.
Ketentuan Umum
Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, yang dimaksud
dengan :
1. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya.
2. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut
yang berada di darat.
3. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.
4. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.
5. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada,
di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
6. Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air yang
dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan
manusia serta lingkungannya.
7. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
8. Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
9. Rencana pengelolaan sumber daya air adalah hasil perencanaan secara menyeluruh
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
10. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu
atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari
atau sama dengan 2.000 km2.
11. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan,
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di
laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
12. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis,
tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan
pelepasan air tanah berlangsung.
13. Hak guna air adalah hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan air
untuk berbagai keperluan.
14. Hak guna pakai air adalah hak untuk memperoleh dan memakai air.
15. Hak guna usaha air adalah hak untuk memperoleh dan mengusahakan air.
16. Pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah otonom yang
lain sebagai badan eksekutif daerah.
17. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah perangkat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas Presiden beserta para menteri.
18. Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia
dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk
hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang.
19. Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya penatagunaan, penyediaan,
penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara optimal
agar berhasil guna dan berdaya guna.
20. Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan
memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air.
21. Daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan.
22. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam rangka mencapai tujuan
pengelolaan sumber daya air.
23. Operasi adalah kegiatan pengaturan, pengalokasian, serta penyediaan air dan
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
24. Pemeliharaan adalah kegiatan untuk merawat sumber air dan prasarana sumber
daya air yang ditujukan untuk menjamin kelestarian fungsi sumber air dan prasarana
sumber daya air.
25. Prasarana sumber daya air adalah bangunan air beserta bangunan lain yang
menunjang kegiatan pengelolaan sumber daya air, baik langsung maupun tidak
langsung.
26. Pengelola sumber daya air adalah institusi yang diberi wewenang untuk
melaksanakan pengelolaan sumber daya air.
Sumber daya air dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan
umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan
akuntabilitas. Sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan
lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang
berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Sumber daya air mempunyai fungsi
sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan secara
selaras. Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok
minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif.
Sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Penguasaan sumber daya air diselenggarakan oleh Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat
setempat dan hak yang serupa dengan itu, sepanjang tidak bertentangan dengan
kepentingan nasional dan peraturan perundang-undangan. Hak ulayat masyarakat hukum
adat atas sumber daya air tetap diakui sepanjang kenyataannya masih ada dan telah
dikukuhkan dengan peraturan daerah setempat. Atas dasar penguasaan negara ditentukan
hak guna air.
Hak guna air berupa hak guna pakai air dan hak guna usaha air. Hak guna air tidak
dapat disewakan atau dipindahtangankan, sebagian atau seluruhnya. Hak guna pakai air
diperoleh tanpa izin untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan
bagi pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi. Hak guna pakai air memerlukan
izin apabila:
a. Cara menggunakannya dilakukan dengan mengubah kondisi alami sumber air
b. Ditujukan untuk keperluan kelompok yang memerlukan air dalam jumlah besar
c. Digunakan untuk pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada.
Izin diberikan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya. Hak guna pakai air meliputi hak untuk mengalirkan air dari atau ke
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari Pemerintah atau
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Pemegang hak guna usaha air dapat
mengalirkan air di atas tanah orang lain berdasarkan persetujuan dari pemegang hak atas
tanah yang bersangkutan. Persetujuan dapat berupa kesepakatan ganti kerugian atau
kompensasi.
Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam segala
bidang kehidupan disusun pola pengelolaan sumber daya air. Pola pengelolaan sumber
daya air disusun berdasarkan wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan antara air
permukaan dan air tanah. Penyusunan pola pengelolaan sumber daya air dilakukan dengan
melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha seluas-luasnya. Pola pengelolaan sumber
daya air didasarkan pada prinsip keseimbangan antara upaya konservasi dan
pendayagunaan sumber daya air.
Wewenang dan Tanggung Jawab
Wilayah sungai dan cekungan air tanah ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
Presiden menetapkan wilayah sungai dan cekungan air tanah dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Sumber Daya Air Nasional. Penetapan wilayah sungai meliputi
wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota, wilayah sungai lintas kabupaten/kota, wilayah
sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.
Penetapan cekungan air tanah meliputi cekungan air tanah dalam satu
kabupaten/kota, cekungan air tanah lintas kabupaten/kota, cekungan air tanah lintas
provinsi, dan cekungan air tanah lintas negara. Ketentuan mengenai kriteria dan tata cara
penetapan wilayah sungai dan cekungan air tanah diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah meliputi:
a. Menetapkan kebijakan nasional sumber daya air;
b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,
wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional;
c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,
wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional;
d. Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas
provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional;
e. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
f. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan,
dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai
lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional
g. Mengatur, menetapkan, dan memberi rekomendasi teknis atas penyediaan, peruntukan,
penggunaan, dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas provinsi dan
cekungan air tanah lintas negara;
h. Membentuk Dewan Sumber Daya Air Nasional, dewan sumber daya air wilayah sungai
lintas provinsi, dan dewan sumber daya air wilayah sungai strategis nasional;
i. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antarprovinsi dalam pengelolaan sumber daya air;
j. Menetapkan norma, standar, kriteria, dan pedoman pengelolaan sumber daya air;
k. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber
daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah
sungai strategis nasional; dan
l. memberikan bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Wewenang dan tanggung jawab pemerintah provinsi meliputi:
a. Menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di wilayahnya berdasarkan
kebijakan nasional sumber daya air dengan memperhatikan kepentingan provinsi
sekitarnya
b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota;
c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya;
d. Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota;
e. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota
dengan memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya;
f. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan,
dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota;
g. Mengatur, menetapkan, dan memberi rekomendasi teknis atas penyediaan,
pengambilan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air
tanah lintas kabupaten/kota;
h. Membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat provinsi dan/atau
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
i. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antarkabupaten/kota dalam pengelolaan sumber
daya air;
j. Membantu kabupaten/kota pada wilayahnya dalam memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat atas air;
k. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber
daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; dan
l. Memberikan bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah
kabupaten/kota.
Wewenang dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota meliputi :
a. Menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di wilayahnya berdasarkan
kebijakan nasional sumber daya air dan kebijakan pengelolaan sumber daya air provinsi
dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;
b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota;
c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;
d. Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai dalam
satu kabupaten/kota;
e. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;
f. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan
pengusahaan air tanah di wilayahnya serta sumber daya air pada wilayah sungai dalam
satu kabupaten/kota;
g. Membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat kabupaten/kota
dan/atau pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota;
h. Memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas air bagi masyarakat di wilayahnya;
dan
i. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber
daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.
Wewenang dan tanggung jawab pemerintah desa atau yang disebut dengan nama
lain meliputi:
a. Mengelola sumber daya air di wilayah desa yang belum dilaksanakan oleh masyarakat
dan/atau pemerintahan di atasnya dengan mempertimbangkan asas kemanfaatan
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
b. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber
daya air yang menjadi kewenangannya;
c. Memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari warga desa atas air sesuai dengan
ketersediaan air yang ada; dan
d. Memperhatikan kepentingan desa lain dalam melaksanakan pengelolaan sumber daya
air di wilayahnya.
Sebagian wewenang Pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air dapat
diselenggarakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal pemerintah daerah belum dapat melaksanakan sebagian wewenangnya,
pemerintah daerah dapat menyerahkan wewenang tersebut kepada pemerintah di atasnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan sebagian wewenang
pengelolaan sumber daya air oleh pemerintah daerah wajib diambil oleh pemerintah di
atasnya dalam hal:
a. Pemerintah daerah tidak melaksanakan sebagian wewenang pengelolaan sumber daya
air sehingga dapat membahayakan kepentingan umum; dan/atau
b. Adanya sengketa antarprovinsi atau antarkabupaten/kota.
Konservasi Sumber Daya Air
Konservasi sumber daya air ditujukan untuk menjaga kelangsungan keberadaan
daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air. Konservasi sumber daya air
dilakukan melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan air, serta
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dengan mengacu pada pola
pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai. Ketentuan
tentang konservasi sumber daya air menjadi salah satu acuan dalam perencanaan tata
ruang.
Perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk melindungi dan
melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau
gangguan yang disebabkan oleh daya alam, termasuk kekeringan dan yang disebabkan oleh
tindakan manusia. Perlindungan dan pelestarian sumber air dilakukan melalui:
a. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air;
b. Pengendalian pemanfaatan sumber air;
c. Pengisian air pada sumber air;
d. Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi;
e. Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan
pemanfaatan lahan pada sumber air;
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
g. Pengaturan daerah sempadan sumber air;
h. Rehabilitasi hutan dan lahan; dan/atau
i. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam.
Upaya perlindungan dan pelestarian sumber air dijadikan dasar dalam penatagunaan
lahan. Perlindungan dan pelestarian sumber air dilaksanakan secara vegetatif dan/atau sipil
teknis melalui pendekatan sosial, ekonomi, dan budaya. Ketentuan mengenai perlindungan
dan pelestarian sumber air diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pengawetan air ditujukan untuk memelihara keberadaan dan ketersediaan air atau
kuantitas air, sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Pengawetan air dilakukan dengan
cara:
a. Menyimpan air yang berlebihan di saat hujan untuk dapat dimanfaatkan pada waktu
diperlukan;
b. Menghemat air dengan pemakaian yang efisien dan efektif; dan/atau
c. Mengendalikan penggunaan air tanah.
Ketentuan mengenai pengawetan air diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air ditujukan untuk mempertahankan
dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang ada pada sumber-sumber air.
Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas air pada sumber air
dan prasarana sumber daya air. Pengendalian pencemaran air dilakukan dengan cara
mencegah masuknya pencemaran air pada sumber air dan prasarana sumber daya air.
Ketentuan mengenai pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah. Setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan
kegiatan yang mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya, mengganggu upaya
pengawetan air, dan/atau mengakibatkan pencemaran air.
Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau, waduk, rawa,
cekungan air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka alam, kawasan
pelestarian alam, kawasan hutan, dan kawasan pantai. Pengaturan konservasi sumber daya
air yang berada di dalam kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan hutan,
dan kawasan pantai diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan. Ketentuan
mengenai pelaksanaan konservasi sumber daya air diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
Pendayagunaan Sumber Daya Air
Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui kegiatan penatagunaan,
penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air dengan
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
sungai. Pendayagunaan sumber daya air ditujukan untuk memanfaatkan sumber daya air
secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan
masyarakat secara adil. Pendayagunaan sumber daya air dikecualikan pada kawasan
suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Pendayagunaan sumber daya air
diselenggarakan secara terpadu dan adil, baik antarsektor, antarwilayah maupun
antarkelompok masyarakat dengan mendorong pola kerja sama. Pendayagunaan sumber
daya air didasarkan pada keterkaitan antara air hujan, air permukaan, dan air tanah dengan
mengutamakan pendayagunaan air permukaan. Setiap orang berkewajiban menggunakan
air sehemat mungkin. Pendayagunaan sumber daya air dilakukan dengan mengutamakan
fungsi sosial untuk mewujudkan keadilan dengan memperhatikan prinsip pemanfaat air
membayar biaya jasa pengelolaan sumber daya air dan dengan melibatkan peran
masyarakat.
Penatagunaan sumber daya air ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan
sumber air dan peruntukan air pada sumber air. Penetapan zona pemanfaatan sumber air
merupakan salah satu acuan untuk penyusunan atau perubahan rencana tata ruang wilayah
dan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan.
Penetapan zona pemanfaatan sumber daya air dilakukan dengan:
a. Mengalokasikan zona untuk fungsi lindung dan budi daya;
b. Menggunakan dasar hasil penelitian dan pengukuran secara teknis hidrologis;
c. Memperhatikan ruang sumber air yang dibatasi oleh garis sempadan sumber air;
d. Memperhatikan kepentingan berbagai jenis pemanfaatan;
e. Melibatkan peran masyarakat sekitar dan pihak lain yang berkepentingan; dan
f. Memperhatikan fungsi kawasan.
Penetapan peruntukan air pada sumber air pada setiap wilayah sungai dilakukan
dengan memperhatikan:
a. Daya dukung sumber air;
b. Jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi pertumbuhannya;
c. Perhitungan dan proyeksi kebutuhan sumber daya air; dan
d. Pemanfaatan air yang sudah ada.
Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pengawasan pelaksanaan ketentuan
peruntukan air.
Penyediaan sumber daya air ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air dan daya air
serta memenuhi berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitas. Penyediaan
sumber daya air dalam setiap wilayah sungai dilaksanakan sesuai dengan penatagunaan
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
pertanian, ketenagaan, industri, pertambangan, perhubungan, kehutanan dan
keanekaragaman hayati, olahraga, rekreasi dan pariwisata, ekosistem, estetika, serta
kebutuhan lain yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan irigasi bagi
pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada merupakan prioritas utama
penyediaan sumber daya air di atas semua kebutuhan. Urutan prioritas penyediaan sumber
daya air selain ditetapkan pada setiap wilayah sungai oleh Pemerintah atau pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangan-nya. Apabila penetapan urutan prioritas penyediaan
sumber daya air menimbulkan kerugian bagi pemakai sumber daya air, Pemerintah atau
pemerintah daerah wajib mengatur kompensasi kepada pemakainya. Penyediaan sumber
daya air direncanakan dan ditetapkan sebagai bagian dalam rencana pengelolaan sumber
daya air pada setiap wilayah sungai oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangan-nya.
Penyediaan sumber daya air dilaksanakan berdasarkan rencana pengelolaan sumber
daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai. Pemerintah atau pemerintah daerah
dapat mengambil tindakan penyediaan sumber daya air untuk memenuhi kepentingan yang
mendesak berdasarkan perkembangan keperluan dan keadaan setempat.
Penggunaan sumber daya air ditujukan untuk pemanfaatan sumber daya air dan
prasarananya sebagai media dan/atau materi. Penggunaan sumber daya air dilaksanakan
sesuai penatagunaan dan rencana penyediaan sumber daya air yang telah ditetapkan dalam
rencana pengelolaan sumber daya air wilayah sungai bersangkutan. Penggunaan air dari
sumber air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, sosial, dan pertanian rakyat
dilarang menimbulkan kerusakan pada sumber air dan lingkungannya atau prasarana umum
yang bersangkutan. Penggunaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari yang
dilakukan melalui prasarana sumber daya air harus dengan persetujuan dari pihak yang
berhak atas prasarana yang bersangkutan. Apabila penggunaan air ternyata menimbulkan
kerusakan pada sumber air, yang bersangkutan wajib mengganti kerugian. Dalam
penggunaan air, setiap orang atau badan usaha berupaya menggunakan air secara daur
ulang dan menggunakan kembali air. Dalam keadaan memaksa, Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah mengatur dan menetapkan penggunaan sumber daya air untuk
kepentingan konservasi, persiapan pelaksanaan konstruksi, dan pemenuhan prioritas
penggunaan sumber daya air.
Pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai ditujukan untuk peningkatan
kemanfaatan fungsi sumber daya air guna memenuhi kebutuhan air baku untuk rumah
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
perhubungan, dan untuk berbagai keperluan lainnya. Pengembangan sumber daya air
dilaksanakan tanpa merusak keseimbangan lingkungan hidup.
Pengembangan sumber daya air diselenggarakan berdasarkan rencana pengelolaan
sumber daya air dan rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan dengan
mempertimbangkan:
a. Daya dukung sumber daya air ;
b. Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat ;
c. Kemampuan pembiayaan; dan
d. Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air.
Pelaksanaan pengembangan sumber daya air dilakukan melalui konsultasi publik,
melalui tahapan survei, investigasi, dan perencanaan, serta berdasarkan pada kelayakan
teknis, lingkungan hidup, dan ekonomi. Potensi dampak yang mungkin timbul akibat
dilaksanakannya pengembangan sumber daya air harus ditangani secara tuntas dengan
melibatkan berbagai pihak yang terkait pada tahap penyusunan rencana. Pengembangan
sumber daya air meliputi:
a. Air permukaan pada sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya;
b. Air tanah pada cekungan air tanah;
c. Air hujan; dan
d. Air laut yang berada di darat.
Pengembangan air permukaan pada sungai, danau, rawa, dan sumber air
permukaan lainnya dilaksanakan dengan memperhatikan karakteristik dan fungsi sumber air
yang bersangkutan.
Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan
kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan.
Pengembangan air tanah pada cekungan air tanah dilakukan secara terpadu dalam
pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai dengan upaya pencegahan terhadap
kerusakan air tanah. Pengembangan fungsi dan manfaat air hujan dilaksanakan dengan
mengembangkan teknologi modifikasi cuaca. Badan usaha dan perseorangan dapat
melaksanakan pemanfaatan awan dengan teknologi modifikasi cuaca setelah memperoleh
izin dari Pemerintah.
Pengembangan fungsi dan manfaat air laut yang berada di darat dilakukan dengan
memperhatikan fungsi lingkungan hidup. Badan usaha dan perseorangan dapat
menggunakan air laut yang berada di darat untuk kegiatan usaha setelah memperoleh izin