• Tidak ada hasil yang ditemukan

PT ABC Statment Laba-Rug

Dalam dokumen 3. Makalah Teori Akuntansi Nenda and Ren (Halaman 81-90)

Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 200X (dalam rupiah)

Pendapatan / Penjualan 51.680.000

Kos barang terjual (28.430.000)

Laba kotor penjualan 23.250.000

Biaya penjualan dan administratif (12.500.000)

Laba dari operasi utama 10.750.000

Pendapatan lainnya dan untung 1.630.000

Biaya lainnya dan rugi (795.000) 835.000 Laba dari operasi berlanjut, sebelum pajak 9.915.000

Pajak penghasilan (2.225.000)

Laba dari operasi berlanjut 7.690.000

(income from continuing operations)

Operasi hentian, setelah pajak (290.000)

Laba sebelum pos ekstraordiner dan pengaruh 7.400.000 kumulatif perubahan akuntansi

Pos-pos ekstraordiner, setelah pajak 150.000

Laba perioda (earnings) 7.550.000

Pengaruh kumulatif perubahan akuntansi, setelah pajak 365.000 Laba perioda bersih (net earnings) / laba bersih 7.915.000

PT ABC

Statment Laba-Rugi Komprehensif Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 200X

(dalam rupiah)

Laba perioda bersih 7.915.000

Perubahan ekuitas nonpemilik lainnya:

Penyesuaian penjabaran mata uang asing 314.500

Untung belum terealisasi atas sekuritas 56.500 371.000

Laba komprehensif 8.286.000

Biaya bunga (interest expenses) dimasukkan dalam komponen biaya lainnya dan rugi. Angka bersih setelah biaya lainnya dan rugi serta pajak penghasilan disebut laba dari operasi berlanjut (income from continuing operatios). Jadi, komponen 1 sampai 3 disebut komponen operasi (dalam arti luas) dan membentuk laba dari operasi berlanjut. Hal ini berarti bahwa pos-pos dalam komponen pendapatan lainnya dan untung atau biaya lainnya dan rugi tidak dipandang sebagai pos-pos nonoperasi. Oleh karena itu, pos-pos dalam komponen 4 sampai 8 sering disebut pos-pos takregular atau takteratur (irregular items). Pengertian takregular menjadi masalah bila dikaitkan dengan makna takumum atau takbiasa (unusual) dan luar biasa atau ekstraordiner (extraordinary). Persoalannya adalah kapan suatu pos harus dikategori sebagai komponen 2, 5, atau lainnya. Bila masuk komponen 5, apakah pos tersebut takbiasa atau luar biasa. Kriteria unutk mengklasifikasi suatu kejadian atau transaksi yang membentuk pos-pos luar biasa yaitu :

a. ketakbiasaan (unusual nature)

b. ketakseringan keterjadian (infrequency of occurence) c. materialitas (materiality) (Suwardjono, 2010:565).

Untuk mengkategori suatu kejadian atau transaksi ke dalam pos luar biasa, ketiga karakteristik tersebut harus dipenuhi. Ketakbiasaan berarti bahwa kejadian atau transaksi yang melandasi suatu pos mempunyai tingkat keabnormalan yang

tinggi dan harus jelas-jelas merupakan jenis yang sama sekali tidak berkaitan atau hanya berkaitan secara insidental dengan kegiatan perusahaan dalam konteks lingkungan beroperasinya perusahaan. Ketakseringan keterjadian/terjadinya berarti bahwa kejadian atau transaksi yang melandasi suatu pos merupakan jenis yang bukan harapan umum atau yang tidak diantisipasi akan terjadi di masa datang dalam konteks lingkungan beroperasinya perusahaan (Suwardjono, 2010:566).

Materialitas berarti bahwa kejadian atau transaksi yang melandasi suatu pos harus diklasifikasi secara terpisah sebagai pos luar biasa hanya kalau jumlah yang terlibat material dalam kaitannya dengan atau relatif terhadap angka laba sebelum pos luar biasa, kecenderungan (trend) laba periode sebelum pos luar biasa, atau ukuran materialitas yang lain (Suwardjono, 2010:566). Bila suatu pos material tetapi hanya memenuhi kriteria a atau b, tidak dapat diklasifikasi sebagai pos luar biasa. Hal ini dinyatakan dalam APBO No. 30 paragraf 23 sebagai berikut:

Certain gains and losses should not be reported as extraordinary items because thet are usual in nature or may be expected to recur as a consequence of customary and continuing business activities.

Contoh pos-pos yang dapat dimasukkan dalam kategori ini misalnya adalah penghapusan piutang, sediaan, serta kos riset dan pengembangan; untung atau rugi penjabaran valuta asing termasuk akibat devaluasi atau revaluasi; untung atau rugi pelepasan segmen bisnis; untung atau rugi penjualan aset fisis; efek pemogokan; dan penyesuaian akrual atas kontrak jangka panjang. Intinya, pos-pos material yang tak biasa atau taksering, tetapi tidak keduanya, masuk dalam kategori ini. Mereka dilaporkan dalam seksi/komponen terpisah di atas pos ekstraordiner. Dapat juga dilaporkan dalam seksi operasi tambahan kalau jumlahnya tidak material (Suwardjono, 2010:566).

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pos-pos takregular dilaporkan seperti pada contoh di atas. Pos-pos material yang tidak memenuhi kriteria ekstraordiner dilaporkan terpisah antara seksi operasi hentian dan seksi pos ekstraordiner. Di bawah ini melukiskan kaidah keputusan untuk menyajikan

semua pos atau komponen pembentuk statemen laba-rugi komprehensif (Suwardjono, 2010:567).

Gambar 2.5

pos

Regular? Utama atau

tambahan?

Jenis?

Material?

Takbiasa & tak sering?

(1) seksi operasi utama

(2) seksi operasi tambahan (4) operasi hentian (6) perubahan prinsip akuntansi (7) perubahan estimasi akuntansi (8) perubahan ekuitas nonpemilik lainnya Dilaporkan terpisah sebelum pos-pos luar biasa

(5) pos-pos luar biasa utama ya ya tidak tambahan Selain Komponen (5) tidak Komponen (5)

Takbiasa atau tak sering

Takbiasa & taksering

Dalam PSAK No.1, Dewan Standar Akuntansi menetapkan bahwa statemen laba-rugi harus disajikan sedemikian sehingga mengungkapkan berbagai unsur kinerja keuangan yang bermanfaat bagi pemakainya. Oleh karena itu, statemen laba-rugi minimal harus menyajikan dan menonjolkan hal-hal berikut :

a. pendapatan

b. laba atau rugi usaha c. biaya pinjaman

d. bagian dari laba atau rugi perusahaan terafiliasi dan terasosiasi yang diperlakukan dengan metode ekuitas

e. pajak penghasilan

f. laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan g. pos luar biasa

h. hak minoritas

i. laba atau rugi bersih perioda berjalan (Suwardjono, 2010:568).

Ketentuan tersebut bersifat umum dan berlaku untuk perusahaan jasa, perdagangan, maupun pemanufakturan. Butir b sebenarnya adalah laba antara setelah pendapatan atau butir a dikurangi dengan biaya-biaya usaha. PSAK no 1 menetapkan bahwa penyajian biaya-biaya usaha dapat menggunakan klasifikasi (format) atas dasar sifat biaya atau fungsi biaya (Suwardjono, 2010:568).

IAI sendiri tidak secara eksplisit menentukan apa saja yang harus masuk dalam statment laba-rugi. Jadi, tidak ada ketentuan yang tegas tentang penyajian statement laba rugi sehingga dapat ditentukan apakah statement laba rugi versi IAI mengikuti konsep laba semua-termasuk versi FASB (laba komprehensif) atau konsep laba semua-masuk versi pra-SFAC atau konsep yang lain. Yang jelas, versi laba komprehensif memasukkan ke dalam statment laba-rugi semua komponen perubahan ekuitas nonpemilik. Dalam ’Komponen-Komponen Pembentuk Statemen Laba-Rugi’ di atas, komponen 1 sampai 7 pada dasarnya merupakan komponen perubahan ekuitas nonpemilik sedangkan komponen 8 merupakan komponen perubahan ekuitas nonpemilik selain 1 sampai 7 sehingga disebut other nonowner changes in equity. Termasuk dalam komponen 8 adalah pos-pos penerobos yang masuk pula dalam statemen laba-rugi komprehensif. Telah disinggung alasan pemasukan pos-pos ini adalah untuk mengantisipasi perkembangan masa datang dan untuk menghindari penyalahgunaan dalam bentuk manajemen laba (Suwardjono, 2010:568). Namun demikian, faktor atau

perubahan ini dapat menimbulkan masalah penyajian. FASB menyatakan hal ini sebagai berikut :

Those factors sometimes may conflict or appear to conflict. For example, an all inclusive income statement is intended, among other things, to avoid discretionary omissions of losses (or gains) from an income statement, there by avoiding presentation of more (or less) favorable report of performance or stewardship than is justified. However, because income statements also are used as a basis for estimating future performance and assessing future cash flow prospects, arguments have been advanced urging exclusion of unusual or nonrecurring gains and losses that might reduce the usefulness of an income statement for any one year for predictive purposes.

Jadi, di satu pihak statement laba rugi harus menunjukan kinerja periode dan di lain pihak statement laba rugi harus memasukan pos-pos untuk menghindari penyalahgunaan. Itulah sebabnya FASB memperluas konsep semua- termasuk (all in inclusive) dengan membedakan dan menciptakan konsep laba periode (earnings), laba bersih periode (net earnings) dan laba komprehensif (comprehensive income) (Suwardjono, 2010:569).

Dalam PSAK no.25, IAI mengenalkan konsep laba atau rugi dari aktivitas normal yang dalam PSAK no.1 disebut sebagai laba atau rugi usaha. Konsep ini sama dengan konsep FASB yang disebut laba dari operasi berlanjut. PSAK no.25 juga mengenalkan konsep laba atau rugi untuk perioda berjalan yang merupakan angka bersih dari komponen berikut:

a. laba atau rugi dari aktivitas normal, dan b. pos luar biasa (Suwardjono, 2010:569).

Dari uraian dalam PSAK no.25 dapat dikatakan bahwa laba atau rugi untuk perioda berjalan setara dengan konsep laba perioda (earnings) yang dikemukakan FASB. Dapat dikatakan demikian karena komponen operasi hentian (operasi yang tidak dilanjutkan) dalam PSAK no.25 dapat diperlakukan sebagai pos aktivitas normal atau pos luar biasa bergantung pada kondisi yang melingkupi (Suwardjono, 2010:569).

Konsep aktivitas normal yang digunakan IAI tampaknya digunakan untuk menunjuk apa yang oleh FASB disebut komponen regular sehingga yang tidak masuk dalam komponen aktivitas normal dapat disebut sebagai komponen takregular. Walaupun demikian, pengertian pos luar biasa menurut PSAK no.25 tampaknya lebih luas daripada pengertian menurut FASB. Hal ini terlihat dari ketentuan bahwa komponen operasi hentian dan perubahan estimasi akuntansi dimungkinkan untuk dilaporkan sebagai pos luar biasa (pasal 20 dan 28).

Berikut ini merupakan ringkasan perlakuan terhadap komponen-komponen takregular dalam PSAK no.25 dan cara penyajiannya.

Gambar 2.6

Komponen-Komponen Takregular dalam PSAK no.25 dan Penyajiannya

Komponen Perlakuan dan Penyajian

Pos luar biasa Komponen laba-rugi. Disajikan setelah laba yang berasal dari kegiatan normal perusahaan ditambah pengungkapan dalam catatan kaki mengenai hakikat dan pertimbangan keputusan

Operasi hentian Komponen laba-rugi. Ditambah

pengungkapan

(yang tidak dilanjutkan) dalam catatan kaki mengenai hakikat dan pertimbangan keputusan.

Tidak memenuhi kriteria luar biasa : disajikan sebagai pos dalam kegiatan normal.

Memenuhi kriteria luar biasa : disajikan sebagai pos luar biasa.

Ada unsur ketidakpastian : disajikan sebagai pos kebergantungan (contingencies)

Perubahan estimasi akuntansi Komponen laba-rugi. Disajikan dalam perioda terjadinya dan perioda akan datang atau prospektif (bila perlu) ditambah pengungkapan dalam catatan kaki mengenai hakikat perubahan. Disajikan dalam klasifikasi yang sama dengan yang digunakan sebelumnya untuk estimasi yang bersangkutan.

Kesalahan mendasar Penyesuai laba ditahan dengan kewajiban penyesuaian retrospektif bila dipandang praktis ditambah pengungkapan dalam catatan kaki tentang hakikat dan informasi lain yang berpaut.

Komponen laba-rugi bila kesalahan tidak mendasar.

Perubahan kebijakan akuntansi Penyesuai laba ditahan secara retrospektif atau prospektif ditambah pengungkapan tentang alasan perubahan dan informasi lain yang berpaut.

Karena ada pos-pos penerobos, IAI tidak menerapkan konsep penyusunan statment laba-rugi semua-termasuk secara penuh. Dengan kata lain, laba bersih (angka akhir) dalam statment laba-rugi versi IAI tidak dapat dikatakan sebagai laba komprehensif penuh. Dalam PSAK no.25 tidak dibahas atau dikenal yang disebut efek kumulatif perubahan akuntansi yang harus dilaporkan dalam statemen laba-rugi berjalan (currently) sebagai alternatif perlakuan. Pendekatan semacam ini disebut dengan current atau catch-up method sebagaimana dicontohkan dalam Penyajian Statemen Laba-Rugi Komprehensif Pendekatan Dua Statment di atas. Walaupun demikian, PSAK no.25 memperlakukan perubahan estimasi akuntansi sebagai komponen statemen laba-rugi (Suwardjono, 2010:569-570).

BAB III

Dalam dokumen 3. Makalah Teori Akuntansi Nenda and Ren (Halaman 81-90)

Dokumen terkait