• Tidak ada hasil yang ditemukan

Opsi Saham Imbalan

Dalam dokumen 3. Makalah Teori Akuntansi Nenda and Ren (Halaman 36-40)

2.8. Perubahan Modal Setoran

2.8.6. Opsi Saham

2.8.6.2. Opsi Saham Imbalan

Kalau program opsi saham tidak memenuhi kriteria sebagai opsi saham non imbalan, tentunya opsi saham tersebut merupakan opsi saham imbalan. Misalnya saja, opsi saham ditawarkan hanya kepada para eksekutif tertentu bukan pada seluruh karyawan. Kalau banyaknya saham dan harga pengambilan sudah diketahui pada saat opsi ditawarkan maka kompensasi dapat diukur pada saat itu atas dasar selisih harga pasar dan harga pengambilan. Akan tetapi kalau cacah saham dan harga pengambilan tergantung pada hal-hal yang akan terjadi di masa

mendatang, kompensasi yang diperhitungkan dan diakui sebagai biaya biasanya adalah selisih harga pengambilan dan harga pasar pada tanggal pengukuran (measurement date). Tanggal pengukuran alteratif ini akan ditentukan berdasarkan tanggal yang informasi berikut diketahui lebih dulu :

1. Banyaknya saham yang dapat dibeli oleh karyawan. 2. Harga pengambilan .

Tidak brarti bahwa karyawan harus mengambil opsi pada tanggal tersebut (Suwardjono, 2010:530).

Alasan pengukuran biaya pada saat opsi ditawarkan atau pada tanggal alternatif adalah :

a) Pada tanggal tersebut kompensasi dapat diukur dengan cukup pasti baik bagi perusahaan maupun karyawan.

b) Harga pada tanggal tersebut dapat dianggap merupakan harga kesepakatan bagi kedua belah pihak sehingga jumlah rupiahnya objektif.

c) Selesih harga pada tanggal penawaran opsi tetap dapat dianggap sebagai kos untuk mencapai tujuan penerbitan opsi.

d) Keputusan untuk mengambil opsi saham ada ditangan karyawan sehingga perubahan harga saham bukan merupkan cos perusahaan (Suwardjono, 2010:530-531).

Dalam program opsi saham imbalan, begitu opsi diambil perusahaan menerima kas atau aset lainnya dan potensi jasa karyawan. Potensi jasa karyawan ini bersifat seperti gaji dibayar dimuka sehigga merupakan aset perusahaan. Secara umum jurnal untuk mencatat transaksi opsi saham adalah sebagai berikut (Suwardjono, 2010:531):

Kas (atau aset lain)……….Rp XXXX Potensi jasa karyawan ………...Rp XXXXX

Modal saham………Rp XXXXXX Agio modal saham ………..Rp XXXXXX

Secara teoritis kos potensi jasa karyawan harus disebar menjadi biaya ke periode – periode yang menikmati jasa tersebut. Secara intuitif kos potensi jasa ini adalah selisih antara harga saham dan harga pengambilan pada tanggal pengukuran. Akan tetapi secara teoritis terdapat berbagai alternatif pengukuran dan tanggal pengakuannya beserta argumen yang melandasi. Pembahasan mendalam mengenai hal ini adalah diluar konteks pembahasan modal setoran ini (Suwardjono, 2010:531).

2.8.7. Waran

Perusahaan dapat juga menjual hak beli saham (rights) kepada non pemegang saham dengan menjual kupon pembelian saham atau waran. Dalam PSAK No. 41, IAI mendefinisikan waran sebagai berikut:

Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga dan jangka waktu tertentu (pasal 03).

Pemegang waran dapat membeli sejumlah saham dengan mengembalikan waran tersebut dan membayar sejumlah uang kas tertentu. Waran berbeda dengan hak beli saham dan opsi saham dalam beberapa aspek yaitu :

1. Waran diterbitkan oleh perusahaan sedangkan hak beli saham (call dan put) diterbitkan oleh investor (baik individual maupun institusional).

2. Jangka waktu opsi waran biasanya lebih lama (dapat tahunan) dari pada jangka waktu opsi hak beli saham.

3. Waran dijual atau diterbitkan kepada umum (bukan kepada pemegang saham atau karyawan perusahaan) dan biasanya hal ini menjadi syarat bagi pembeli 4. Saham dijual dengan harga tertentu atau tunai (tidak gratis).

5. Harga pembelian saham total (harga waran plus tambahan kas) pada saat pengambilan opsi biasanya melebihi harga pasar saham pada saat waran ditawarkan

6. Bila hak opsi tidak diambil kos waran tidak dapat ditarik kembali oleh pemengang waran

7. Waran dapat diterbitkan menyertai penerbitan surat utang (obligasi) (Suwardjono, 2010:531-532).

Karena terdapat aliran masuk dana, jumlah rupiah yang diterima dari penjualan kupon saham dapat diakui dan dikategorikan sebagai modal setoran baik sebagai modal saham atau modal setoran lain (agio saham) (Suwardjono, 2010:532).

Persoalan teoritis timbul bila waran dijual sebagai bonus atau “pemanis” (sweetener) penjualan surat berharga lain misalnya obligasi atau saham prioritas. Sebagai contoh setiap pembelian 10 lembar obligasi atau 1 lot saham prioritas akan mendapat 1 waran. Persoalannya apakah jumlah uang yang diterima perusahaan dialokasi seluruhnya ke obligasi atau saham prioritas bersangkutan atau sebagian dialokasikan ke waran sebagai setoran saham biasa. Keputusan tentang hal ini akan mempengaruhi klasifikasi model setoran (Suwardjono, 2010:532).

Pedukung pemisahan beragumen bahwa sekuritas dan waran mempunyai nilai terpisah karena terjadinya nilai bersal dari sumber yang berbeda. Nilai pasar obligasi atau saham prioritas terbentuk dari kekuatan pasar yang berkaitan dengan tingkat bunga. Nilai pasar waran terbentuk dari presepsi investor tentang kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa datang. Sementara itu, penentang alokasi berdasarkan argumennya pada objektivitas penentuan nilai karena pada ummnya harga pasar masing – masing sekuritas tersebut tidak tersedia dipasar. Jadi dapat dikataka pula bahwa argumen untuk menolak alokasi adalah kepraktisan (Suwardjono, 2010:532).

Pertimbangan tentang pemisahan kos juga didasarkan pada karakteristik waran tersebut yaitu apakah bersifat lepas, lekat atau bebas. Waran lepas adalah waran yang diterbitkan menyertai sekuritas utama dan dapat diperdagangkan secara terpisah dari sekuritas tersebut. Waran lekat adalah waran yang melekat pada sekuritas sebagai satu kesatuan sehingga tidak dapat di perdagangkan secara independen. Waran bebas adalah waran yang diterbitkan sendiri bukan sebagai penyerta atau pemanis sekuritas tertentu (Suwardjono, 2010:532).

Kalau suatu sekuritas (obligasi atau saham prioritas) di terbitkan dengan waran lepas, pemegang waran pada dasaranya mempunyai dua macam sekuritas. Tindakan yang bersangkutan dengan salah satu jenis sekuritas adalah independen terhadap tindakan yang berkaitan dengan sekuritas yang lain. Oleh karena itu perlakuan yang masuk akal adalah mengalokasi kos untuk menentukan harga masing – masing sekuritas. Hal yang sama juga berlaku pada penerbit. Kalu kupon saham bersifat melekat, maka obligasi atau saham prioritas akan mempunyai sifat seperti sekuritas terkonveksi. Berkaitan dengan masalah diatas maka PSAK No 41 telah menetapkan perlakuan akuntansi untuk berbagai jenis waran sebagai berikut.

Jumlah rupiah hasil peneribitan sekuritas (utang atau ekuitas) yang disertai waran lepas dialokasikan ke sekuritas dan waran atas dasar nilai wajar masing-masing komponen pada saat penerbitannya. Jumlah rupiah yang melekat pada waran dilaporkan sebagai modal setoran lainnya dan jumlah rupiah yang melekatpada sekuritas dilaporkan sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal 15).

Apabila waran diambil, jumlah rupiah yang melekat pada waran dikapitalisasi ke modal saham dan agio saham (bila ada). Apabila waran tidak diambil sampai masa opsi berakhir, jumlah rupiah tercatat waran tetap diperlakukan sebagai modal setoran lain (pasal 16).

Seluruh jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang atau ekuitas) yang disertai waran lekat diakui seluruhnya sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal 17).

Penerbitan waran bebas diperlakukan sebagai modal setoran lain sebesar jumlah rupiah hasil penerbitan tersebut. Bila waran bebas diterbitkan secara cuma-cuma, tidak diberlakukan penaksiran nilai waran untuk diakui sebagai modal setoran lain (pasal 18-19) (Suwardjono, 2010:533).

Dalam dokumen 3. Makalah Teori Akuntansi Nenda and Ren (Halaman 36-40)

Dokumen terkait