• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam dokumen 3. Makalah Teori Akuntansi Nenda and Ren (Halaman 90-95)

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan yang telah dipaparkan di bab 2 adalah sebagai berikut:

1. Konsep kesatuan usaha memisahkan secara fisis dan konseptual antara manajemen dan pemilik. Ekuitas pemegang saham (ekuitas) menggambarkan hubungan yuridis antara perseroan dengan para pemegang saham. Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal yuridis dan modal setoran lain (Suwardjono, 2010:570).

2. Teori ekuitas terdiri dari : teori proprietary, teori entitas, teori ekuitas residual, teori enterprise, teori dana, dan posisi FASB adalah menganut teori ekuitas residual.

3. Ekuitas didefinisikan secara sintatik sebagai hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas terpaksa didefinisi secara sintatik bukan sematik karena keperluan untuk mempertahankan artikulasi statment keuangan. Ekuitas mengandung makna pemilikan. Oleh karena itu, untuk organisasi nonbisnis ekuitas sering disebut aset bersih (Suwardjono, 2010:571).

4. Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam 3 hal yaitu hak atas penyelesaian klaim, hak penggunaan aset, dan substansi perjanjian (yuridis). Walaupun demikian, atas dasar konsep kesatuan usaha kreditor dan investor dipandang sebagai pihak luar perusahaan yang terpisah dari manajemen (Suwardjono, 2010:571).

5. Modal setoran perlu dibedakan dengan laba ditahan karena modal setoran merupakan suatu bentuk kontrak yuridis yang harus dipertahankan keutuhannya sedangkan laba ditahan merupakan modal yang tercipta atau terhimpun karena pemanfaat aset. Modal setoran merupakan perubahan aset

dalam rangka pendanaan (transaksi modal) sedangkan laba ditahan merupakan perubahan aset dalam rangka produksi (tansaksi operasi) (Suwardjono, 2010:571).

6. Kontrak yang sesungguhnya antara pemegang saham dan perseroan ditunjukan oleh keseluruhan dana yang disetor (modal setoran) tanpa memperhatikan adanya modal yuridis atau modal saham yang sering dianggap sebagai batas perlindungan bagi pihak lain. Pemisahan dan pelaporan modal yuridis tidak menjadi masalah secara teknis. Akan tetapi, secara konseptual modal yuridis dan modal setoran lain harus ditotal untuk menunjukan modal setoran yang harus dibedakan dengan laba ditahan. Dari segi akuntansi, yang mendasarkan diri pada konsep dasar substansi di atas bentuk, ekuitas pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik tertanam dalam perseoran termasuk laba ditahan (Suwardjono, 2010:571).

7. Modal setoran dapat bertambah karena pemesanan saham, konversi status obligasi, konversi status saham istimewa, dividen saham, dan hak beli saham. Transaksi yang menyangkut hal-hal tersebut merupakan transaksi modal sehingga tidak melibatkan sama sekali laba atau rugi meskipun dalam beberapa kasus dapat melibatkan laba ditahan. Modal setoran dapat berkurang karena saham treasuri. Masalah yang berkaitan dengan saham treasuri adalah (1) penentuan jumlah rupiah yang harus dianggap mempengaruhi modal setoran dalam laba ditahan dan (2) pengungkapan pengaruhnya terhadap modal yuridis bila saham treasuri dijual kembali. Dua konsep dapat diterapkan yaitu konsep satu-transaksi (single transaction) dan dua transasksi (two transaction) (Suwardjono, 2010:571).

8. Beberapa pos yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi laba ditahan dan dilaporkan sebagai penyesuai laba ditahan adalah penyesuaian periode lalu, koreksi kesalahan, pengaruh perubahan akuntansi, dan kuasi reorganisasi. Secara umum, perubahan akibat ketiga komponen pertama diperlakukan sebagai transaksi operasi sehingga dilaporkan dalam statment laba rugi. Kuasi

reorganisasi akan mempengaruhi laba ditahan secara langsung (Suwardjono, 2010:571).

9. Kuasi reorganisasi dilakukan apabila terdapat defisit yang cukup besar tetapi perusahaan masih berjalan baik dan mempengaruhi prospek yang baik pula. Hal ini dilakukan untuk mengatasi keadaan yang disebut bankrut secara teknis sehingga perusahaan bebas dari kemungkinan bankrut atau pailit secara hukum yang mengarah ke likuidasi (Suwardjono, 2010:571).

10. Penyusunan kembali struktur ekuitas pemegang saham melalui kuasi- reorganisasi menempatkan perusahaan dalam posisi baru berdiri (fresh start). Statment keuangan untuk tahun terjadinya kuasi-reorganisasi harus mengungkapan rincian jumlah yang membentuk struktur model yang baru. Laba ditahan sebelum reorganisasi tidak dapat diteruskan lagi dan laba ditahan dalam neraca setelah reorganisasi harus diberi tanggal mulai terbentuknya (tanggal reorganisasi). Kuasi reorganisasi hanya dapat dilakukan kalau syarat-syarat tertentu dipenuhi (Suwardjono, 2010:572). 11. Tradisi penyusunan kewajiban dan ekuitas dalam neraca sebenarnya didasari

oleh dua konsep urutan penting yaitu urutan penyerapan rugi dan urutan perlindungan. Urutan penyerapan rugi menggambarkan komponen apa yang lebih dahulu menyerap rugi sampai pihak nama (ekuitas atau kewajiban) yang akan terpengaruh. Urutan perlindungan berkaitan dengan siapa yang akhirnya harus menanggung rugi seandainya perusahaan dilikuidasi. Dengan demikian, urutan perlindungan menunjukan siapa yang harus didahulukan untuk menerima distribusi aset bila perusahaan dilikuidasi (Suwardjono, 2010:572). 12. Seluruh jumlah rupiah laba ditahan secara konseptual dapat dipandang

sebagai perlindungan atau penyangga umum (general pupose buffer) untuk berbagai tujuan dan perlindungan. Oleh karena itu, sedikit atau tidak ada manfaatnya kebiasaan atau tradisi untuk memerinci laba ditahan atas dasar tujuan (by purposes) atau atas dasar sumber (by sources). Jumlah rupiah laba ditahan melekat pada berbagai aset sebagai satu kesatuan. Laba ditahan tidak dapat dikaitkan dengan aset tertentu (Suwardjono, 2010:572).

13. Pemisahan yang tegas antara transaski operasi (nonpemilik) dan transaski pemilik yang berakibat pemisahan secara tegas antara modal setoran dan laba ditahan mempunyai konsekuensi bahwa segala perubahan yang berkaitan dengan operasi dalam arti luas dilaporkan dalam statment laba rugi. Hal ini menjadi landasan penyajian laba dengan pendekatan semua-termasuk sebagai lawan pendekatan kinerja sekarang (Suwardjono, 2010:572).

14. Alasan mendasar dianutnya pendekatan penyajian laba semua-termasuk adalah konsep menanfaat aset. Statment laba-rugi harus menyajukan secara efektif semua akibat dari pemanfaatan aset yang diserahkan sepenuhnya kepada manajemen. Pemisahan laba menjadi normal dan tidak normal dalam dua statment (laba-rugi dan laba ditahan) akan cenderung mengalihkan pusat perhatian pemakai secara tidak semestinya ke laba normal dan dengan demikian secara tidak sadar mengurangi perhatian pembaca akan keefektifan manajemen secara keseluruhan (Suwardjono, 2010:572).

15. Pendekatan kinerja sekarang dilandasi oleh kekhawatiran akan adanya fiksasi fungsional. Bila pendekatan kinerja sekarang dianut, beberapa komponen akan dilaporkan sebagai komponen perubahan laba ditahan. Komponen tersbut antara lain operasi hentian, pos-pos luar biasa, pengaruh kumulatif perubahan akuntansi, dan koreksi mendasar (Suwardjono, 2010:572).

16. Pendekatan semua termasuk dilandasi oleh konsep kontinuitas usaha serta upaya dan hasil yang menegaskan bahwa statment laba-rugi harus memuat semua perubahan ekuitas kecuali yang berasal dari transaki dengan pemilik. Perubahan ekuitas harus dipisahkan dengan tegas menjadi ekuitas yang berasal dari transaki modal dan transaksi operasi. Laba ditahan hanya akan berisi laba komprehensif yang dipindah dari statment laba-rugi dan berbagai komponen transaski modal seperti dividen dan saham treasuri (Suwardjono, 2010:572).

17. FASB menganut pendekatan semua-termasuk secara penuh dengan mengenalkan apa yang disebut laba komprehensif. Dalam pendekatan semua- termasuk, pos-pos penerobos masih dilaporkan dalam statment perubahan laba ditahan. Dalam laba komprehensif, pos-pos penerobos dilaporkan

melalui statment laba rugi. Laba komprehensif dapat disajikan dengan pendekatan satu-statment atau dua-statment. IAI belum secara penuh mengadopsi konsep laba komprehensif. Hal ini terrefleksi dalam ketentuan- ketentuan PSAK No.25 (Suwardjono, 2010:573).

3.2. Saran

3.2.1. Saran Teoritis

Bagi penulis selanjutnya yang akan melakukan pembuatan makalah yang sama diharapkan melakukan pembuatan makalah dengan pembahasan yang lebih jelas dan lengkap, misalnya saja dengan mencantumkan lebih banyak referensi. 3.2.2. Saran Praktis

Berdasarkan penarikan kesimpulan yang didapatkan dari hasil pembahasan pada Bab II, maka saran yang diberikan penulis adalah bagi para pengamat ekuitas dan manajer perusahaan agar lebih paham mengenai teori akuntansi mengenai ekuitas, agar dalam parktik nyata tidak ada kesalahan dalam penafsiran teroritis mengenai ekuitas.

Dalam dokumen 3. Makalah Teori Akuntansi Nenda and Ren (Halaman 90-95)

Dokumen terkait