• Tidak ada hasil yang ditemukan

AHLI DARI PEMERINTAH:

3. Abdul Halim

 Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.

 Bahwa keterangan ini saya berikan berdasar latar belakang keilmuan akuntansi dan manajemen keuangan publik atau keuangan negara dan daerah.

 Dalam kaitan ini, bahwa titik pandang lebih bersifat mikro. Selain itu, mengingat sudah banyak keterangan Ahli Pemerintah pada persidangan terdahulu, maka sebagaimana keterangan Ahli Pemerintah terdahulu, bahwa memasukkan alat berat atau alat besar sebagai objek pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor di Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sama sekali tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28D ayat (1). pendapat hal tersebut tidak bertentangan.

 Negara Kesatuan Republik Indonesia pada dasarnya merupakan sebuah organisasi. Setiap organisasi pasti punya tujuan. Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia jelas tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut, tentu diperlukan manajemen atau pengelolaan yang baik. Salah satunya adalah manajemen keuangan, untuk itu kita dapat pahami mengapa Undang-Undang Dasar 1945 mencantumkan hal keuangan pada bab tersendiri yaitu bab 8.

 Dengan wilayah yang lebih dari 1,9 juta km² dan dengan jumlah penduduk lebih dari 200 jiwa, mengelola NKRI bukanlah suatu yang mudah. Salah satu yang pasti dalam hal ini adalah terdapatnya pendelegasian wewenanglegalitas.org

dan tanggung jawab. Undang-Undang Dasar 1945 telah mengantisipasi hal ini dengan Pasal 18 ayat (1) yang akhirnya memungkinkan kita mengenal istilah Pemerintah Pusat (pemerintah) dan Pemerintah Daerah.

 Pendelegasian ini menjadi lebih jelas pada Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang membawa kita kepada pemahaman adanya desentralisasi. Dalam konteks manajemen keuangan, maka kita dapat memahami adanya manajemen keuangan pemerintah pusat dan ada manajemen keuangan daerah. Dalam ilmu manajemen keuangan, pokok masalah yang dipelajari adalah how to get fun and how to use or allocate the fun. Dengan demikian, pemerintah akan berusaha untuk memperoleh dana atau pendapatan dan kemudian menggunakan dana tersebut sebaik mungkin. Usaha tersebut tercermin atau diwujudkan dalam manajemen atau pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN). Inilah yang kita dapat baca pada Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945.

 Pendapatan negara yang utama adalah pajak, dalam hal ini pajak dipahami berfungsi sebagai fungsi budgeter. Kalau kita tidak mengelola pajak dengan baik, dana yang kita perlukan menjadi bisa tidak mencukupi dan hal tersebut dapat berakibat usaha mencapai tujuan bernegara tidak tercapai.

 Untuk itu dapat kita pahami, Pasal 23A Undang-Undang Dasar 1945 yang intinya bahwa pajak sebagai pendapatan negara bersifat memaksa.

Manajemen pendapatan pajak sebagai bagian dari manajemen keuangan pemerintah, menjadi suatu yang krusial bagi negara. Pada tingkat pemerintah, pendapatan dari pajak mendominasi anggaran pendapatan, saat ini dari total pendapatan negara, sepertiganya menjadi dana transfer ke daerah sebagai sumber pendapatan daerah.

 Bagi pemerintah daerah provinsi, pendapatan atau sumber dana lain, selain yang diperoleh dari dana transfer adalah pajak daerah. Dalam konteks desentralisasi, maka Pemerintah Daerah harus mengelola pajak daerahnya sebagai bagian dari manajemen keuangan daerah. Ini tercermin dalam pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah atau APBD. Dengan adanya konsep desentralisasi dan otonomi daerah yang telah disepakati bersama di NKRI saat ini, maka daerah diberi kelonggaran dalam mengelola APBD-nya, termasuk mengelola pajak daerah.

 Pada tingkat provinsi ada beberapa jenis pajak daerah, salah satunya adalah pajak kendaraan bermotor. Selanjutnya, dengan konsep manajemen pemerintahan modern, dapat dipahami jika pemerintah daerah mengelola pajaknya dengan konsep-konsep ekonomi. Salah satu konsep dalam pengelolaan pajak adalah konsep cost benefit. Untuk itu, dapat dipahami bahwa bila ada daerah yang dengan perhitungan mereka, mereka memutuskan memungut atau tidak memungut pajak tertentu di daerahnya.

Jadi dengan demikian, bisa saja Kaltim memungut, provinsi lain tidak memungut.

 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam mengelola pajak, tentulah berdasar undang-undang tentang pajak daerah. Undang-Undang tersebut telah melalui proses yang tidak sebentar. Saya berkeyakinan, argumen-argumen yang mendasari suatu Undang-Undang dari konsideran hingga penentuan subjek pajak dan objek pajak, tentu telah didiskusikan dengan sangat memadai. Argumen-argumen dimaksud dari sisi pemerintah, baik dari aspek teoritis maupun praktis, seperti tentang definisi kendaraan bermotor telah banyak dikemukakan para ahli sebelumnya pada sidang yang sangat terhormat ini.

 Dari tinjauan manajemen keuangan daerah, dengan adanya pajak kendaraaan bermotor yang didasari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi tersebut, menjadi sebuah ajang pula untuk lebih mencerdaskan pemerintah daerah dalam mengelola pajak daerahnya. Tarif yang lebih fleksibel misalnya, membuat pemerintah daerah dapat mengekspresikan kecerdasan manajemen pajak daerahnya.

 Persoalan yang kita hadapi dalam persidangan ini lebih kepada pertanyaan, mengapa alat besar atau alat berat menjadi objek pajak? Khususnya pajak kendaraan bermotor. Oleh sebab itu, saya pikir hal ini lebih kepada masalah nomenklatur dalam Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah atau dalam bahasa keilmuan sering disebut sebagai definisi operasional, bukan pada masalah bahwa hal ini bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. Jadi bisa saja definisi sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing mengartikan sesuatu.

 Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang ada saat ini justru membawa kita kepada tujuan bernegara dan berbangsa, khususnya

tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Yang dalam hal ini, mencerdaskan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya.

 Pokok permasalahan yang hanya pada definisi operasional. Dari pasal-pasal yang dipersoalkan tersebut, tidak ada maksud dari pemerintah dan juga tentu DPR untuk perlakuan diskriminasi terhadap warga negaranya.

Justru dengan pasal-pasal tersebut manajemen keuangan pemerintah, apalagi pemerintah daerah, di kemudian hari dapat menjadi lebih baik.