• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. AGAMA-AGAMA DI DUNIA DAN DI INDONESIA. DI DUNIA DAN DI INDONESIA

C. AGAMA-AGAMA DI DUNIA

Istilah monoteisme padang pasir kadang-kadang digunakan untuk maksud perbandingan serupa dalam konteks historis, tetapi bukan untuk agama-agama modern, dan sekarang istilah ini dianggap menghina. Saat ini di dunia diperkirakan ada sekitar 3,7 milyar orang pemeluk agama Abrahamik.

Agama samawi atau disebut juga agama langit, adalah agama yang dipercaya oleh para pengikutnya yang dibangun berdasarkan wahyu Allah.

Beberapa pendapat menyimpulkan bahwa suatu agama disebut agama Samawi jika:

a). Mempunyai definisi Tuhan yang jelas;

b). Mempunyai penyampai risalah (yaitu Nabi atau Rasul);

c). Mempunyai kumpulan wahyu dari Tuhan yang diwujudkan dalam Kitab Suci.

Agama-agama besar di dunia ini yang dianggap sebagai Abrahamik atau agama samawi, di antaranya adalah:Yahudi, Kristen, dan Islam.

Kebalikan dari agama samawi adalah Agama Ardhi. Baha’i juga sering dianggap sebagai agama Abrahamik.

2. Cara-cara Beragama

Di dalam menjalankan ajaran sesuatu agama, dikenal beberapa cara yaitu:

a). Tradisional, yaitu cara beragama berdasarkan tradisi. Cara ini mengikuti cara beragama dari nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya penganutnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan tidak ada minat.

Dengan demikian kurang terbuka dalam meningkatkan ilmu amal keagamaannya.

b). Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh.

Pada umumnya keyakinannya tidak begitu kuat dalam beragama.

Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau pada masyarakat yang berbeda dengan cara beragamanya.

Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya saja.

c). Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya.

Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa

berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.

d). Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) di bawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.

(Anonymous, 2010).

3. Pengelompokan agama oleh para ahli.

Menurut Pendeta Dr. A. A. Yewangoe (2002), perkembangan-perkembangan mutakhir dalam sejarah agama-agama telah menampilkan banyak ahli yang semuanya menekankan studi agama yang lebih berorientasi pada sosiologis dan deskriptif fenomenologis. Dalam diskripsi itu ditetapkan paling tidak 4 (empat) kelas dalam memandang agama-agama yang terdapat di dunia dewasa ini, yaitu:

a). pandangan agamawi mengenai orang-orang primitif dan yang belum mengenal tulisan;

b). pandangan agamawi tentang world-view (pandangan tentang dunia) yang ditampilkan oleh agama-agama monoteistis, seperti yang ditemukan dalam agama-agama yang memiliki kitab suci;

c). pandangan agama seperti yang ditampilkan agama-agama India;

d). pandangan agama seperti yang ditampilkan agama-agama Cina dan Jepang.

4. Konstruksi pemahaman tentang sebuah agama.

Lebih lanjut, Pendeta A. A. Yewangu (2002) mengatakan: “agama selalu mempunyai kaitan dengan dunia yang tidak kelihatan dan dunia roh-roh. Sedangkan konsep sentralnya adalah keselamatan, yang memiliki arti yang juga sangat luas. Ia dapat dikaitkan dengan kesehatan, kebebasan dari malapetaka, kebebasan dari ketakutan, kelaparan, bahkan dengan kehidupan tanpa makna.

Pada saat yang sama, seseorang diselamatkan bagi pengharapan, kasih, keamanan dan pemenuhan dari apa yang diharapkannya. Dengan demikian, agama adalah cara manusia mencari makna kehidupan dan pengharapan untuk memperoleh pertolongan dari berbagai kekuatan dan kekuasaan yang tidak kelihatan, namun dipercayai bekerja dalam alam semesta. Berbagai kekuatan dan kekuasaan yang menolong ini membantu

seseorang supaya terhindar dari kejahatan, juga menjamin makna positif baginya seperti kesehatan dan umur panjang.

Karena manusia adalah makluk sosial, maka agama diberikan pengungkapan konkrit dalam kehidupan yang sedang berjalan dari masyarakat bersangkutan, dalam mitologi dan ritus-ritus, serta praktek-praktek kultus. Pada masyarakat yang sudah maju, agama diberi bentuk konkrit dalam tulisan-tulisan kudus atau kitab-kitab suci.

Untuk adanya konstruksi pemahaman yang baku tentang keberadaan sesuatu agama, maka Pendeta A. A. Yewangoe mengatakan bahwa ada 8 (delapan) unsur penting dalam suatu agama, yaitu:

a). Kosmos:

Ajaran agama itu tentang asal-usul dan hakekat dunia dan alam semesta;

b). Keilahan/Dewa:

Pendapat atau pandangan agama itu tentang dunia adi kodrati (supranatural);

c). Manusia:

Bagaimanakah kedudukan dan peranan manusia menurut faham agama itu;

d). Kuk manusia:

Kadang-kadang kehidupan ini tanpa makna. Maka, apakah yang menjadi ancaman terhadap manusia dan apa peranan agama itu untuk menolong manusia;

e). Keselamatan:

Dengan penekanan pada seorang dewa pencipta dan penyelamat yang tujuannya adalah untuk mengganjar seseorang yang setia dengan keselamatan, atau kegembiraan surgawi, dan sebaliknya menghukum mereka yang tidak setia dengan siksaan naraka, maka membuat kita untuk cenderung berpikir tentang “nasib terakhir” manusia.

f). Perilaku:

Pola perilaku ini terdapat pada semua agama. Peri laku manusia ini ada yang dinilai positif dan ada yang negatif, masing-masing dengan ganjarannya.

g). Nasib:

Bagaimanakah ajaran atau pandangan agama ini tentang nasib manusia sesudah kematian ?

Dalam uraian tentang agama Marapu, Penulis mengungkapkannya dalam bab IV tentang “faham kepercayaan Marapu”. Mungkin tidak semua komponen atau unsur di atas terdapat dalam bab itu, akan tetapi ada yang diungkapkan pada bab yang berbeda, sehingga sebenarnya semua komponen ini terdapat dalam kepercayaan Marapu.

5. Agama-agama di dunia

Pada tabel III.1 di bawah ini, dimuat sekitar 29 buah nama agama dari sekian banyak agama di dunia, yang masing-masing mempunyai penganut sendiri, baik yang terikat pada etnis tertentu saja, terikat pada lokasi tertentu saja, atau pun yang bersifat kosmopolitan, yaitu yang penganutnya terdapat di seluruh dunia.

Tabel III.1. Agama-agama yang dianut penduduk dunia.

NO. NAMA AGAMA KETERANGAN

1. Baha, Baha’i agama yang muncul di Persia 2. Buddha agama besar & tua di Asia

3. Cao Dai agama yang muncul di Vietnam Selatan 4. Druze salah satu aliran agama Abrahamik 5. Gerakan Rastafari agama yang muncul di benua Afrika 6. Hindu agama besar & tua di Asia/ India

7. Islam agama besar di dunia

8. Jainisme aliran kepercayaan di India

9. Juche kepercayaan ideologis di Korea Utara 10. Kristen Katolik agama besar di dunia

11. Kristen Protestan sda

12. Kristen Ortodoks agama penting di Eropa Utara 13. Konfusianisme agama tua di Asia Timur 14. Konghucu sda

15. Mormonisme aliran Kristen di Amerika 16. Paganisme aliran kepercayaan polyteistik 17. Neo-Paganisme sama di atas

18. Raelianisme berdasarkan ilmu pengetahuan 19. Saintologi Hampir sama dengan sekte Scientology 20. Shinto agama asli di Asia Timur

21. Sikh agama di India

22. Spiritisme salah sebuah sekte 23. Tenrikyo agama yang timbul di Jepang 24. Taoisme agama asli di Asia Timur

25. Unitarian Universalisme Agama yang berdasarkan teologi bebas 26. Achmadiah aliran Islam yang berasal India 27. Yahudi agama Negara di Israel 28. Yudaisme sda

29. Zoroastrianisme agama kuno di Persia 30. Dan lain-lain