• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGROFORESTRI SEBAGAI UPAYA KONSERVASI LINGKUNGAN DATARAN TINGGI DIENG

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGROFORESTRI p1 (Halaman 60-64)

PENGELOLAAN HUTAN INDONESIA Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia

AGROFORESTRI SEBAGAI UPAYA KONSERVASI LINGKUNGAN DATARAN TINGGI DIENG

(Studi Kasus Desa Kuripan, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo) 1Prasetyo Nugroho dan 2Widiyatno

1Sekolah Vokasi Pengelolaan Hutan, 2Fakultas Kehutanan UGM Jalan Agro No. 1 Bulaksumur Yogyakarta

E-mail: prasetyonugroho85@gmail.com

INTISARI

Pengelolaan lahan secara intensif untuk pertanian semusim di Desa Kuripan, Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo telah menimbulkan kerusakan lingkungan, berupa erosi, longsor dan penurunan produktivitas tanah. Saat ini, ribuan hektar area di Dataran Tinggi Dieng termasuk DAS Serayu dalam kondisi kritis dan menuju kehancuran. Kajian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mengkaji bentuk-bentuk agroforestri sebagai bentuk adaptasi dan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mengurangi serta menghindari resiko bencana kerusakan lingkungan pada ekosistem Dataran Tinggi Dieng melalui model pendekatan alternatif mata pencaharian masyarakat. Upaya rehabilitasi kawasan dilakukan dengan membangun demplot agroforestri. Dalam pelaksanaannya, secara bersama-sama masyarakat diberikan kesempatan untuk mendesain, menentukan jenis tanaman, teknik konservasi tanah dan air yang akan diterapkan. Melalui peran aktif dari masyarakat secara langsung, diharapkan akan mampu meningkatkan pemahaman, kesadaran dan keinginan masyarakat untuk dapat melestarikan lingkungan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa model pola tanam yang dilaksanakan oleh mayoritas masyarakat yaitu trees along border dan alley cropping dengan jenis tanaman keras yaitu suren, cemara gunung dan jenitri. Tanaman keras ditanam sebagai tanaman pagar dan pembatas lahan. Upaya konservasi tanah dan air secara teknik yang dipilih adalah dengan menggunakan teras bangku. Tanaman keras ditanam pada guludan teras, hal ini bertujuan untuk memperkuat agregrat tanah serta memperkuat teras dan lahan agar tidak mudah longsor. Dengan demikian, pola penggunaan lahan di Desa Kuripan di kawasan dataran tinggi Dieng dapat dijadikan sebagai percontohan model pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan yang sesuai sehingga kelestarian dan keaslian wilayah dataran tinggi Dieng dapat dipulihkan dan terjaga.

Kata kunci: Agroforestri, dataran tinggi Dieng, Kuripan, demplot

1. Pendahuluan

Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan berdampak pada semakin tingginya permintaan akan lahan yang akan digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan, pemukiman dan lain sebagainya. Sementara itu, ketersediaan lahan untuk memenuhi kebutuhan manusia tidak bertambah. Ketersediaan lahan yang tidak sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk tersebut berpotensi pada pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik, kemampuan dan daya dukung lahan. Pemanfaatan yang tidak sesuai dengan peruntukaannya akan berakibat pada penurunan produkivitas lahan sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan.

Kawasan Dataran Tinggi Dieng telah dikenal sebagai penghasil produk pertanian dan tanaman

semusim lainnya. Dampak positif dari meluasnya areal tanaman semusim di Dataran Tinggi Dieng adalah meningkatkan perekonomian masyarakat. Namun, dampak negatifnya jauh lebih besar, yaitu semakin parahnya kerusakan lahan dan lingkungan di kawasan tersebut karena tingginya alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya tanaman semusim (Andriana, 2007).

Secara umum sebagian besar lahan di Desa Kuripan digunakan untuk produksi tanaman pertanian secara intensif. Dengan demikian pengelolaan lahan di Desa Kuripan, Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan, berupa erosi, longsor dan penurunan produktivitas tanah. Pemilihan model pertanaman yang tepat dan dapat diterima masyarakat perlu dilakukan

Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 43 43 dan disosialisasikan. Model pertanaman yang

dipilih diharapkan mampu mengakomodasi kepentingan ekologi dan ekonomi. Di satu sisi memiliki fungsi peningkatan ekonomi masyarakat di sisi lain memiliki fungsi lindung bagi daerah di sekitarnya, yaitu dengan menggunakan sistem agroforestri. Agroforestri merupakan gabungan ilmu kehutanan dengan agronomi, yang memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan pedesaan untuk menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan pelestarian hutan (cari referensi). Disisi lain agroforestri dapat diartikan sebagai sistem penggunaan lahan (usahatani) yang mengkombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun lingkungan. Pada sistem ini, terciptalah keanekaragaman tanaman dalam suatu luasan lahan sehingga akan mengurangi risiko kegagalan dan melindungi tanah dari erosi serta mengurangi kebutuhan pupuk atau zat hara dari luar kebun karena adanya daur-ulang sisa tanaman (Anonim, 2004).

Usaha peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap konservasi lahan diwujudkan dalam bentuk pembangunan demplot (Anonim, 2010). Demplot (demonstration plot) adalah salah satu bentuk plot yang digunakan sebagai plot atau petak percontohan untuk suatu bentuk rancangan pertanaman. Desain pemanfaatan lahan ramah lingkungan agar kawasan dataran tinggi Dieng tetap lestari dibuat berdasarkan potensi dan kondisi kawasan setempat mela lui pembangunan demplot sistem pertanaman. Dalam pelaksanaannya, secara bersama-sama masyarakat diberikan kesempatan untuk mendesain, menentukan jenis tanaman, teknik konservasi tanah dan air yang akan diterapkan. Melalui peran aktif dari masyarakat secara langsung, diharapkan akan mampu meningkatkan pemahaman, kesadaran dan keinginan masyarakat untuk dapat melestarikan lingkungan.

Kajian ini bertujuan untuk mengevaluasi partisipasi masyarakat dalam mengurangi dan menghindari resiko bencana dengan cara mengkaji perkembangan pola agroforestri di Desa Kuripan. Pola yang diekmbangkan dapat digunakan sebagai model percontohan pola pertanaman agroforstri bagi daerah sekitarnya dan daerah lain yang memilki kondisi biofisik yang relatif sama.

2. Hasil dan pembahasan

Dataran Tinggi Dieng dalam sistem DAS Serayu merupakan daerah hulu DAS yang berfungsi sebagai daerah resapan air dan memiliki fungsi strategis dalam menjaga hidro- orologis wilayah di bawahnya (hilir). Tinggiya intensitas pengolahan lahan pertanian yang kurang memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air berdampak pada tingginya tingkat erosi dan potensi longsor lahan. Desa Kuripan merupakan desa yang terletak pada tingkat kelerengan yang tinggi. Seiring dengan menurunnya daya dukung lingkungan, masyarakat merasa perlu untuk memperbaiki pola tanam yang selama ini telah dilakukan agar lebih baik dan berwawasan lingkungan. Hal ini ditunjukkan dengan kemauan masyarakat untuk menanam jenis-jenis lokal yang dulu pernah ada dan mencoba jenis-jenis tanaman baru yang dulu pernah ada dan mencoba jenis- jenis tanaman baru yang secara ekonomi potensial (anonim, 2010).

2.1. Jenis tanaman agroforestri

Pada dasarnya program rehabilitasi dan konservasi lahan di dataran tinggi Dieng memerlukan serangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagai upaya penyadaran masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup dengan mengedepankan terpeliharanya proses ekologis yang menopang kehidupan masyarakat. Serangkaian kegiatan tersebut didasarkan pada konsep pengembangan masyarakat (community development), dengan mengutamakan keterlibatan atau partisipasi masyarakat, dan terangkum dalam sebuah program pendampingan masyarakat.

Program pembanguan demplot rehabilitasi dan konservasi lahan di Desa Kuripan pada tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap upaya konservasi lahan melalui peran aktif masyarakat dalam pembangunannya. Adapun jenis-jenis yang telah disepakati untuk ditanam di demplot dan dikawasan Desa Kuripan diantaranya yaitu suren, cemara gunung dan jenitri.

2.2 Pola agroforestri serta teknik konservasi tanah dan air

Sebagian besar lahan di Desa Kuripan diolah secara intensif untuk pertanian semusim, yaitu tembakau, kentang dan kol. Selain itu, tingginya jumlah penduduk desa menyebabkan kepemilikan lahan rata-rata peduduk yaitu <1

44 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 ha, bahkan sebagian penduduk hanya bekerja

sebagai buruh tani. Dengan demikian, penanaman tanaman kehutanan dalam skala yang luas tidak bisa dilakukan dalam satu hamparan. Dalam perkembangannya sistem agroforestri berkembang sesuai dengan persepsi dan interpretasi masyarakat terhadap pengelolaan lahan yang optimal. Sistem agroforestri dipilih sebagai sistem pertanaman yang dianggap mampu meningkatkan produktivitas lahan serta memiliki fungsi lindung terhadap lahan. Berdasarkan hasil identifikasi dan observasi lapangan menunjukkan bahwa pola pertanaman

agroforestri yang dipilih adalah trees along border dan alley cropping.

2.2.1. Trees along border

Trees along border ditanam dalam bentuk barisan tanaman pohon (pagar hidup) yang ditanam pada batas lahan pertanian. Bila lahan pertanian berada pada lahan yang berlereng curam, maka pagar hidup akan membentuk jejaring yang bermanfaat bagi konservasi tanah. Selain sebagai tanaman pembatas, tanaman keras juga bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar rumah tangga.

Gb 1. (a) penanaman pada guludan teras; (b) dan (c) penanaman trees along border

Gb 2. (a) penanaman alley cropping; (b) ruang tanam tanaman pertanian; (c) tanaman pertanian

Cemara gunung dipilih sebagai tanaman pembatas dalam sistem ini dengan alasan mudah dikembangbiakkan, cepat tumbuh, kayu bisa dimanfaatkan untuk kayu bakar dan tidak berpengaruh signifikan terhadap produktifitas tanaman pertanian yang ditanam bersama. Penanaman tanaman keras diguludan teras bermanfaat bagi penguatan teras untuk mengurangi potensi terjadinya erosi dan tanah longsor.

2.2.2. Alley cropping

Alley cropping merupakan sistem pertanaman dimana tanaman perkebunan atau semusim ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar/pohon yang ditata menurut garis kontur. Jenis tanaman yang cocok untuk tanaman pagar adalah tergantung dari tujuan penanaman dan keadaan tapaknya (kesuburan tanah, ketinggian tempat, ketersediaan cahaya matahari

(c) (b) (a) (c) (b) (a)

Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 45 45 dll). Jenis tanaman yang dipilih pada pola ini

adalah suren dan jenitri.

Jenis suren dan jenitri dipilih karera tidak memiliki penutupan tajuk yang rapat dan umumnya tajuknya tinggi, sehingga naungannya tidak mengganggu tanaman pertanian yang ada di bawahnya. Adapun jenis pertanian yang diusahakan pada pola ini adalah ketela pohon, cabai dan tembakau.

3. Kesimpulan

Pola agroforestri trees along border dan alley cropping merupakan pola tanam yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Desa Kuripan dalam rangka meningkatkan upaya konservasi terhadap lingkungan dan meningkatkan produktivitas lahan.

4. Daftar pustaka

Anonim. 2004. Sistem agroforestry. World Agroforestry Center. Bogor.

Anonim, 2010. Upaya konservasi lingkungan dataran tinggi Dieng Desa Kuripan Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo. Kementerian Negara Lingkungan Hidup Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Jawa. Yogyakarta.

Andriana,R.,2007. Evaluasi kawasan lindung dataran tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo. Tesis;Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro.Semarang.

46 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012

AGROFORESTRI DALAM PEMBANGUNAN RENDAH EMISI

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGROFORESTRI p1 (Halaman 60-64)