• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil dan pembahasan 1 Perakaran dan batang

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGROFORESTRI p1 (Halaman 192-196)

PENGELOLAAN HUTAN INDONESIA Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia

DENGAN ZONA PERAKARAN DALAM SISTEM POLA AGROFORESTRI (Studi Kasus Lahan Miring di Pulutan Wetan Wonogiri)

3. Hasil dan pembahasan 1 Perakaran dan batang

Perbedaan jarak tanam belum nampak pengaruh perbedaan volume batang maupun akar, karena kondisi di lapangan sebagian tanaman ditanam pada galengan atau pinggiran batas pemilikan lahan. Kecenderungan yang sama yaitu bahwa volume batang selalu lebih besar dari pada volume perakaran, untuk ketiga jenis tanaman, dengan umur berbeda dan jarak tanam berbeda. Untuk tanaman muda < 5 tahun atau tepatnya berumur lebih kurang 1 tahun terbesar pada volume batang jati (16,6 m3) dan diikuti volume akar yang besar pula. Volume akar tersebut untuk mengimbangi beban volume batang yang ada diatasnya, jika tidak maka tanaman akan mudah tumbang.

Volume batang selalu lebih besar dari pada volume perakaran, kecuali pada tanaman umur 5-10 tahun untuk tanaman petai justru akarnya lebih banyak. Hal tersebut bisa disebabkan karena sebagian batang sudah patah atau berkurang. Namun sebagian besar volume batang selalu lebih besar dari pada volume perakaran. Terutama untuk tanaman Petai umur > 10 tahun perkembangan volume batang sangat pesat , karena banyak cabang yang bermanafaat ntuk menghasilkan polong/petai. Pada tanaman Mete baik pertumbuhan volume batang maupun volume perakaran paling lambat, karena Mete seperti tanaman perdu

yang tidak bisa meninggi tetapi banyak cabang-cabang kecil untuk menghasilkan buah. Komposisi dan penyebaran perakaran secara vertikal, horizontal dan jumlah akar serabut untuk tanaman jati, petai (pete cina) dan mete (jambu mede atau jambu monyet), penyebaran komposisi perakaran jati kecil (muda) banyak menyebar kesamping dan banyak akar serabut, dan sebaliknya yang kurang berkembang perkarannya pada tanaman petai yang hanya dominan akar vertikal (tunggang). Jumlah akar serabut berurutan dari yang terbanyak yaitu untuk akar serabut jati (Tectona grandis), petai (Parkia speciosa Hassk), dan mete (Anacardium occidentale). Semakin banyak akar serabut maka akan semakin banyak mengganggu dan bersaing dengan tanaman semusim, seperti pada tanaman jati. Begitu juga dengan semakin banyak akar horizontal maka akan semakin mengganggu tanaman disebelahnya seperti pada tanaman petai.

Dari tiga jenis tanaman Jati (A1), Pete (A2) dan Mete (A3) dengan umur tanaman berbeda B1 (< 5 tahun), B2 (5-10 tahun), dan B3 (>10 tahun) serta 3 jarak tanam C1 (5x5 m), C2 (5x7 m), C3 (5x9 m), sehingga total perlakuan rancangan uji coba berjumlah 3 x 3 x 3 = 27 perlakuan. Selanjutnya diuji dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) berdasarkan kelompok jarak tanam.

Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 175 Tabel 2. Hasil Analisis Rancangan Percobaan Perakaran Tanaman Jati, Pete dan Mete

SK db JK KT F-hitung F (2,10) 5% 1% p-A 2 132129416,74 66064708,37 2,21 4,10 7,56 p-B 2 890706216,91 445353108,46 14,89 ** F (4,10) p-C 2 587366975,40 293683487,70 9,82 ** 5% 1% p_AB 4 796793823 199198455,75 6,66 ** 3,48 5,99 Galat 10 359734143,3 35973414,33 Total 26 2766730575,3

Keterangan : *) berbeda nyata 5%, dan **) berbeda sangat nyata 1% SK = Sumber Kesalahan

,db = derajat bebas JK = Jumlah Kwadrat KT = Kwadrat Tengah

Pada Tabel 2 nampak bahwa yang tidak berbeda nyata hanya pada perbedaan jenis tanaman antara Jati, Petai dan Mete artinya perkembangan perakarannya relatif sama untuk ketiga-tiganya. Tetapi untuk umur yang berbeda maka akan nampak perbedaan yang sangat nyata pada taraf uji 1% dan juga pada interaksi antara umur dengan janis tanaman yang berbeda.

3.2. Perakaran dan kanopi

Shoot Rooty Ratio (SRT) yang merupakan perbandingan antara kanopi volume batang dengan volume perakaran, yaitu semakin besar perbandingan SRT maka akan semakin lebar penutupan kanopi yang akan menaungi atau mengganggu tanaman dibawahnya seperti pada tanaman petai.

Fraksi akar horizontal (FAh) merupakan perbandingan jumlah kwadrat akar horizontal dengan jumlah kwadrat diameter akar horizontal dan vertikal. Nilai rasio tertinggi untuk Fraksi akar horizontal sebesar 0,99 (A2B1C3) dan 1,00 (A1B3C1), dan nilainya berkisar dari 0,00 sampai 1,00 lihat Gambar 1. Semakin tua umur tanaman akan semakin meningkat perbandingan rasio FAh untuk ketiga jenis tanaman, hal tersebut menunjukkan semakin tua tanaman maka akar horizontal akan semakin meningkat jumlahnya. Meningkatnya akar horizontal sebagai upaya tanaman untuk memperluas penyerapan unsur hara, sehingga semakin tua tanaman akan semakin mengganggu tanaman disebelahnya dalam perebutan unsur hara.

176 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 Shoot Root Ratio (SRT) merupakan

perbandingan kwadrat diameter batang dibagi dengan jumlah kwadrat diameter horizontal dan vertikal. Hasil perhitungan SRT untuk ketiga jenis tanaman pada umur tanaman dan jarak tanam berbeda akan sangat bervariasi dari 0,19 (A2B2C1) sampai 3,32 (A1B2C3). Kecenderungan tanaman Jati memiliki SRT tinggi, walaupun bervariasi sesuai dengan umur dan jarak tanam. Semakin jauh jarak tanam maka nilai SRT akan semakin tinggi seperti pada tanaman Jati muda dengan jarak tanam 5x9 m (A1B2C3) yang memiliki nilai tertinggi 3,32. Begitu juga untuk tanaman dengan jarak tanam jarang 5x9 m maka nilai SRT akan semakin tinggi.

Luas kanopi dan luas perkaran yang tidak selaras kecuali untuk tanaman Petai, karena memang perakaran Petai lebih banyak mengarah kebawah atau menembus secara vertical sehingga luas perkaran menyempit. Sehingga SRT Petai paling selaras. Hubungan regresi antara luas perakaran dengan luas kanopi untuk ketiga tanaman Jati, Pete, dan Mete di Pulutan Wetan Wonogiri merupakan hubungan positif artinya setiap kenaikan luas perakaran akan diikuti dengan luas kanopi. Keadaan tersebut karena disamping r2 (kudrat) yang kurnag dari 0,7 juga kenyataan di lapangan sifat dari cabang dan ranting dari Pete yang mudah patah, sehingga dalam pertumbuhannya kadang tidak sesuai dengan luas kanopi aslinya. Dalam hal ini perkembangan kanopi tanaman Pete tidak teratur seperti kanopi pada tanaman Mete maupun Jati. Kanopi Mete relatif lebih menyebar sedangkan kanopi Jati tidak terlalu menyebar.

3.3. Perakaran dan batang

Jika dibandingkan dengan hubungan antara volume perkaran dengan volume batang maka kondisinya berlaku hubungan regresi dengan nilai r2 (kuadrat) lebih dari 0,9 (lihat. Dalam hal ini pertumbuhan perakaran akan diikuti dengan perkembangan batang secara linier, walaupunn volume batang selalu lebih tinggi dibandingkan volume perakaran. Keadaan tersebut jika tidak diimbangi dengan kondisi agregat tanah yang mantap dengan struktur yang kuat, maka tanaman akan selalu mudah tumbang. Sehingga untuk keperluan konservasi diperlukan tanaman yang ebrasal dari biji agar terdapat akar tunggang yang

menembus kedalam sampai lapisan regolit. Jika tanaman berasal dari cangkok maka yang ada hanya akar serabut, sehingga tanaman tidak begitu kokoh karena volume batang yang lebih luas dari volume perkaran.

Perkembangan volume akar selaras dengan volume batang, agar tanaman tidak mengalami tumbang dan tetap dapat menopang berdirinya tanaman. Petai memiliki volume batang dan akar lebih luas dibandingkan tanaman lain, artinya pertumbuhan tanaman Petai lebih cepat dan paling lambat tanaman jati. Jati mendominir akar serabut dan Mete mendominir dalam percabangan tanaman, artinya tanaman Jati dominan dalam perolehan unsur hara dan Mete dominan dalam proses fotosintesis untuk pertumbuhan tanaman. 4. Kesimpulan

Manfaat akar bagi konservasi tanah adalah untuk memperkuat agregasi tanah agar tanah semakin kuat dan tidak mudah mengalami degradasi lahan. Dari ketiga jenis tanaman maka yang paling banyak akar serabutnya berurutan adalah akar serabut jati (Tectona grandis), petai (Parkia speciosa Hassk), dan mete (Anacardium occidentale). Sedangkan untuk akar horizontal dan vertical komposisi dan penyebaran perakaran secara vertikal, horizontal dan jumlah akar serabut untuk tanaman jati, petai (pete cina) dan mete (jambu mede atau jambu monyet), penyebaran komposisi perakaran jati kecil (muda) banyak menyebar kesamping dan banyak akar serabut, dan sebaliknya yang kurang berkembang perkarannya pada tanaman petai yang hanya dominan akar vertikal (tunggang).

Seiring dengan semakin berkembangnya perakaran tanaman maka akan mengganggu tanaman semusim disekitarnya karena perebutan hara. Tanaman semusim di sekitarnya tersebut disamping terganggu oleh perakaran juga oleh naungan karena dengan semakin lebar akar maka kanopi juga akan semakin melebar. Dalam hal ini semakin jauh jarak tanam maka nilai SRT (Shoot Root Ratio) akan semakin tinggi seperti pada tanaman Jati muda dengan jarak tanam 5x9 m (A1B2C3) yang memiliki nilai tertinggi 3,32. Begitu juga untuk tanaman dengan jarak tanam jarang 5x9 m maka nilai SRT akan semakin tinggi, hal tersebut berarti batang tanaman lebih cepat berkembang dibandingkan dengan perkembangan perakarannya.

Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 177 Secara umum perakaran antara jenis

tanaman antara Jati, Petai dan Mete relatif sama, tetapi untuk umur yang berbeda akan nampak perbedaan yang sangat nyata pada taraf uji 1% dan juga pada interaksi antara umur dengan janis tanaman yang berbeda. 5. Daftar pustaka

Ericsson, T., 1995. Growth and shoot: root ratio of seedlings in relation to nutrient availability. Department of Ecology and Environmental Research, Swedish University of Agricultural Sciences, P.O. Box 7072, Plant and Soil 168-169: 205- 214, 1995. © 1995 Kluwer Academic Publishers. Printed in the Netherlands. Harja D. dan Vincént, G., 2008. Sexi-FS

Spatial Explicit Individual-based Forest Simulator. User Guide and Software Versio 2.1. World Agroforestry Centre (ICRAF) and Institut de Recherche pour le Développement (IRD).

Herawati, N., 2007. Rancangan Percobaan. Makalah disajikan pada Penataran Metodologi Penelitian untuk Dosen Muda di Lingkungan Universitas Lampung yang diselenggarakan oleh Universitas Lampung, tanggal 23- 31Juli 2007

Kamus, 2009. Organ Tumbuhan : Akar (Radix).http://kamuspengetahuan.blogspot .com/ 2009/08/organ-tumbuhan-akar- radix.html

Murniati, 2010. Arsitektur Pohon, Distribusi perakaran dan Pendugaan Biomassa Pohon dalam Sistem Agroforestry. Jurnal penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Baltibanghut.P3HKA, vol. VIII no.2 tahun 2010, Bogor.

Poduska. J., 2008. Building Split-Plot Designs in Statistical Software. Intel Confidential, November 2008.

Uddin M.R., Wade L.J., Pyon J.Y., Md Abdul Mazid M.A., 2009. Rooting Behavior of Rice Cultivars under Different Planting Methods. J. Crop Sci. Biotech. 2009 (March) 12 (1) : 17 ~24, Research Article, DOI No. 10.1007/s12892-008-0057-

178 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN ENDOFIT DARI KLON TANAMAN

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGROFORESTRI p1 (Halaman 192-196)