• Tidak ada hasil yang ditemukan

dan Elisabet Wijaya 2)

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGROFORESTRI p1 (Halaman 181-186)

PENGELOLAAN HUTAN INDONESIA Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia

Danu 1) dan Elisabet Wijaya 2)

1)Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Huta n, Bogor Jl. Ciheuleut, Pakuan Po Box 105 Bogor 16001 2) Herbarium Bogoriense, Puslitbang Biologi, LIPI

Jl. Raya Bogor-Jakarta Km 46 Cibinong-Bogor Jawa Barat; E-mail: danu_bptp@yahoo.co.id, ewidjaja@indo.net.id

ABSTRACT

Seed demand of Jelotung (Dyera polyphylla Miq.) are increasing inline with the needs of this seeds by people. It is necessary for seed storage techniques to enhance the quality of seeds when the people needed. Initial moisture content and seed saving space are crucials to maintain its ability to germinate the seed during storages. This research aimed to determine the ability of the seeds stored in different container types and conditions of the room and at the level of initial moisture content of certain seeds. Seeds harvested from Kumpeh, Jambi having a moisture contents of 12.57%, 10.22%, 8.00% and stored in plastic containers, alumuniun foil, plastic in tin, and cotton, then its stored at ambient room, the room is equipped by air control conditions, and refrigerator. Jelutong seeds stored at ambient room and the room with air conditioning only maintaining the percentage of germination up to a month, i.e: 35.83% and 55.33%. Seeds were stored in the refrigerator able to survive to 54.67% in the first month, after saving three months fell to 9.5% and seven months about 5%.

Key words: Jelutong, seed, storability, moisture, germination

1. Pendahuluan

Jelutung (Dyera sp.) atau dikenal sebagai pantung, labuwai, dan melabuai merupakan tanaman penting penghasil kayu dan getah (Whimore, 1972; Partadiredja dan Koamesakh, 1973; Martawijaya et al., 1981; Sudradjat, 1984; Heyne, 1987; Mandang, 1996). Jelutung tergolong dalam keluarga Apocynaceae, Genus Apocynum dan memiliki dua tipe, yaitu jelutung rawa (Dyera polyphylla Miq. sinonim Dyera lowii Hook f.) dan jelutung darat (Dyera costulata (Miq) Hook f.) (Whitmore, 1972; Heyne, 1987).

Kayu jelutung memiliki berat jenis yang ringan (0,22 -0,56) dan frekuensi parenkim yang tinggi (6-9 per mm), sehingga mudah dikerjakan sampai halus. Karena sifat ini, kayu jelutung sangat sesuai untuk pembuatan pensil, karena pensil yang dikasilkan mudah diruncingkan dan bagian grafitnya tidak mudah patah (Mandang, 1996). Kayu jelutung juga berguna untuk pembuatan cetakan, meja gambar dan ukiran (Martawijaya et al., 1981). Selain kayu, tanaman jelutung menghasilkan getah yang berguna sebagai bahan baku pembuatan permen karet dan bahan pencampur pada pengelolaan barang-barang yang terbuat dari karet (Whitmore,1972; Heyne, 1987).

Jenis ini pada awalnya banyak terdapat di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, Aceh (Whitmore, 1972), tetapi pada saat ini keadaan populasinya semakin menurun akibat tingginya tingkat penebangan yang tidak diikuti dengan kegiatan penanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemampuan daya berkecambah benih jelutung pada periode simpan dalam berbagai wadah dan ruang simpan serta pada tingkat kadar air tertentu.

2. Bahan dan metode penelitian 2.1. Bahan

Bahan–bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah buah polong jelutung yang diunduh dari Kumpeh, Jambi. Benih jelutung diekstrasi di lokasi pemanenan dengan cara buah (polong) dijemur selama 2 hari. Untuk mempercepat pengeringan sebelumnya daging buah dibersihkan terlebih dahulu, kemudian dijemur selama 1 hari. Selanjutnya benih diseleksi untuk memilih benih- benih yang dianggap baik dan masak fisiologis yang dicirikan oleh kulit benih berwarna coklat, kesan raba terasa tebal dan kaku, atau warna hitam segar dan tebal.

164 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 2.2. Metode penelitian

Penelitian mengggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial. Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 70 butir benih (20 butir untuk pengukuran kadar air, 50 butir untuk pengukuran daya berkecambah) dan diulang 4 kali. Perlakuan yang diteliti adalah kadar air awal benih, wadah simpan, dan ruang simpan, dengan rincian sebagai berikut: kadar air awal benih : A1= benih segar (kadar air: 12,57%), A2 = kadar air sedang (kadar air: 10,22%), A3 = kadar air rendah (kadar air: 8,00 %). Wadah simpan :B1 = plastik, B2 = plastik dalam kaleng, B3 = kertas alumunium, B4 = kain blacu. Ruang simpan: C1 = ruang suhu kamar (ambien room) (suhu: 29-32oC), C2 = kulkas (refreegerator) (suhu: 10oC), C3 = ruangan ber-AC (suhu:20oC). Periode simpan 0 bulan sampai dengan 7 bulan. Respon yang diamati yaitu : kadar air dan daya berkecambah benih.

Untuk memperoleh kadar air awal benih, benih diangin-anginkan di ruang suhu kamar (suhu: 25oC – 30oC). Kadar air awal benih dikelompokkan menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu: 12, 57 % (diangin-angkinkan selama 3 hari), 10,22% (diangin-anginkan selama 4 hari), dan 8,00% (diangin-anginkan selama 5 hari). Pengukuran kadar air dilakukan dengan cara oven suhu (105oC ± 2oC) selama 24 jam. Setelah benih diseleksi kemudian dikemas dalam 4 (empat) macam wadah simpan yaitu: plastik, plastik dalam kaleng, alumunium foil, kain porus). Setiap wadah berisi 70 butir benih (50 butir untuk pengujian daya berkecambah, 20 butir untuk pengujian kadar air). Selanjutnya

benih yang telah dikemas disimpan di 3 (tiga) kondisi ruang penyimpanan, yaitu: ruang suhu kamar (suhu: 29-32 oC), kulkas (suhu:10oC), dan ruang ber-AC (suhu: 20oC). Pengukuran kadar air dilakukan dengan cara oven suhu 105oC ± 2oC selama 24 jam. Pengujian daya berkecambah dilakukan di rumah kaca. Media perkecambahan menggunakan media campuran pasir dan tanah (1:1,v/v) setebal 5 cm, pada permukaan media ditambah serbuk sabut kelapa setebal 2,5 cm.

3. Benih jelutung asal Jambi

Polong jelutung yang berasal dari wilayah Kumpeh, Jambi diunduh pada bulan Mei 2005 rata-rata berukuran panjang 22,1 cm-34,1 cm, diameter 15,1 mm-22,0 mm. Berat polong antara 47,4386 gram-118,0502 gram. Jumlah benih per polong antara 10-23 butir, dengan berat benih antara 0,7257-3,3298 gram. Polong jelutung segar (polong+benih) memiliki kadar air 69,24%, kadar air benih dalam polong sebesar 57,17%. Benih jelutung hasil ekstraksi dengan cara dijemur 1-2 hari memiliki kadar air 21,93 %.

Benih jelutung yang dikecambahkan pada media campuran pasir tanah (1:1v/v) setebal 5 cm dan pada permukaannya ditambahkan serbuk sabut kelapa setebal 2,5 cm dapat menghasilkan kecambah pada hari ke-12, dan daun mulai membuka pada hari ke-29. Perkecambahan benih jelutung tidak serempak. Akhir perkecambahan dapat terjadi pada hari ke 60 (2 bulan).

Gambar 1. Polong dan benih jelutung (a), kecambah jelutung pada hari ke-29 (b) (b) (a)

Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 165 4. Kadar air dan daya simpan benih

4.1. Kadar air benih

Kadar air benih jelutung selama penyimpanan terjadi fluktuasi. Wadah dan ruang simpan berpengaruh terhadap kadar air benih selama penyimpanan. Rata-rata kadar air benih dalam wadah simpan plastik dan alumunium masing- masing sebesar 9,72% dan 9,35 %, sedangkan kadar air benih dalam wadah simpan kaleng dan kain blacu masing-masing sebesar 6,68 % dan 8,73 %. Ruang simpan berpengaruh juga terhadap kadar air benih selama penyimpanan. Rata-rata kadar air benih dalam ruang simpan kamar dan ruang AC masing-masing sebesar 8,15 % dan 8,71 %. Nilai ini berbeda nyata dengan kadar air benih yang disimpan dalam ruang kulkas yaitu sebesar 9,05 %.

4.2. Daya simpan benih

Berdasarkan Gambar 2, 3, dan 4, kondisi ruang simpan lebih memiliki pengaruh terhadap daya simpan jelutung dibandingkan dengan kadar air awal benih dan wadah simpan. Perbedaan kadar air awal benih antara 8 % - 12,57 % tidak berpengaruh terhadap daya simpan benih. Benih jelutung yang disimpan di ruang simpan suhu kamar (suhu: 29-32oC) dan Ruang AC (suhu 18 oC) mampu mempertahakan persentase daya berkecambah sampai satu bulan yaitu masing-masing 35,83 % dan 55,33 %. Pada periode simpan 3 bulan benih jelutung masih memiliki daya kecambah walaupun yang sangat rendah. Pada periode simpan selanjutnya benih jelutung tidak mampu lagi mempertahankan viabilitasnya. Semua benih yang disimpan mengalami kematian (Gambar 2

dan 3). Kadar air benih jelutung selama penyimpanan di ruang suhu kamar dan ruang AC masing-masing 8,15 % dan 8,71 % .

Benih yang disimpan pada ruang simpan kulkas, masih mampu mempertahankan daya berkecambah sampai periode simpan 7 bulan. Pada bulan pertama penyimpanan, benih jelutung yang disimpan di ruang kulkas memiliki daya kecambah sebesar 54,67%, 3 bulan setelah penyimpanan turun menjadi 9,5 % dan 7 bulan setelah penyimpanan memiliki daya berkecambah rarta-rata 5 % (Gambar 3). Kadar air benih selama penyimpanan di kulkas sebesar 9,06 % yang berbeda nyata dengan kadar air di suhu kamar (8,15 %) pada taraf 5%.

Berdasarkan uji daya berkecambah (Gambar 2, 3 dan 4), benih jelutung masih termasuk katagori intermediet (semirekasitran), meskipun demikian kadar air yang dimiliki menyebabkan benih jelutung mendekati ortodok. Benih yang ortodok, bila diturunkan kadar airnya sampai 5% mampu disimpan dalam suhu -20oC selama minimal 3 bulan (Hong & Ellis, 1996). Benih jelutung yang disimpan di ruang AC (suhu: 20oC) dan ruang suhu kamar hanya mampu bertahan sampai periode 3 bulan, sedangkan benih jelutung yang disimpan di kulkas (suhu 10oC) mampu bertahan sampai 7 bulan. Selain itu teknik ektraksi jelutung umumnya dilakukan dengan cara dijemur selama 1-2 hari masih dapat menghasilkan daya berkecambah yang tinggi, sedangkan benih rekalsitran dan intermediet umumnya dilakukan dengan cara diangin- anginkan pada ruang suhu kamar (Willan, 1995).

Tabel 1. Kadar air rata-rata benih jelutung selama penyimpanan (%). Wadah

simpan

Periode simpan (bulan)

Ruang Simpan Rata-rata

periode simpan Rata-rata wadah simpan Suhu kamar (A1) Kulkas (A2) Suhu Ber-AC (A3) Plastik 1 10.75 9.17 12.45 10.79 9.78 2 8.98 9.04 14.08 10.70 3 7.77 8.08 7.74 7.86 Aumunium- foil 1 9.61 10.02 9.25 9.63 9.36 2 9.38 12.61 8 10.00 3 7.1 10.82 7.41 8.44 Kaleng 1 5.22 5.98 5.52 5.57 6.70 2 6.57 8.74 7.19 7.50 3 7.29 7 6.78 7.02 Kain blacu 1 8.93 8.28 8.94 8.72 8.74 2 9.19 10.4 9.61 9.73 3 7.14 8.6 7.57 7.77

166 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012

Gambar 2. Daya berkecambah jelutung (Dyera sp.) sampai periode simpan 3 bulan dalam ruang suhu kamar (suhu: 29-32oC)

Gambar 3. Daya berkecambah jelutung (Dyera sp.) sampai periode simpan 3 bulandalam ruang ber-AC (suhu 20oC)

Gambar 4. Daya Berkecambah Jelutung (Dyera sp.) sampai periode simpan 7 bulan dalam ruang refreegerator (suhu 10oC)

Ruang kulkas lebih mampu mempertahan daya berkecambah benih selama penyimpanan serta mampu mempertahankan kadar air benihnya yang relatif tetap tinggi (9,06 %), sedangkan ruang suhu kamar dapat menurunkan kadar air benih menjadi 8,15 %. Viabilitas benih akan menurun menjadi separonya untuk setiap kenaikan 5oC suhu ruang simpan dan kenaikan 1 % kadar air benih (Harrington 1972 dalam Justice & Bass, 1978).

Selain itu rendahnya daya simpan benih jelutung dapat disebabkan oleh keadaan mutu fisik-fisiolgis benihnya. Benih yang dipanen diduga masih belum masak fisiologis. Hal ini

disebabkan karena a) ciri buah masak sulit diketahui secara praktis di lapangan, b) terjadinya perebutan panen buah antar pengumpul benih, c) lokasi tanaman menyebar secara sporadis sehingga sulit dalam pengendalian terhadap sumber benih. Benih jelutung memiliki kulit yang tipis dan endosperm yang tipis namun sangat permiabel, sehingga benih jelutung mudah menyerap dan melepaskan air. Untuk itu diperlukan penanganan khusus selama pemanenan terutama kondisi masak fisiologis benih saat pengunduhan dan wadah dalam kegiatan transportasi benih.

Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 167 5. Kesimpulan

Benih jelutung termasuk benih semi- rekalsitran (intermediet) yang memiliki daya simpan yang rendah. Sehingga bila dilakukan penyimpanan memerlukan wadah yang kedap dengan kondisi ruangan yang sejuk seperti kulkas (suhu 10oC). Untuk memperpanjang daya simpan, kadar air awal benih dapat diturunkan sampai dengan 8%.

6. Daftar Pustaka

Justice, O.L. & L.N. Bass. 1978. Principle and Practice of Seed Storage. Castle ,House Publishing. Co. London.

Heyne, K. 1987.Tumbuhan berguna Indonesia. Jilid III. Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan, Jakarta Whimore, T.C. 1972. Tree flora of Malaya. Volume Two. Longman, London.

Hong,T.D. & R.H. Ellis. 1996. A Protocol to Determine Seed Storage Behavior. Departemen of Agriculture, The University of Reading, Earley Gate, P.O. Box. 236. Reading RG6 6AT. UK. In Press.

Mandang, Y.I. 1996. Pencarian pengganti kayu jelutung (Dyera sp) untuk bahan baku batang pensil. Bulletin Penelitian Hasil Hutan 14(6):211-225.

Martawijaya, A. Kartasujana, I; Kadir, K. dan Prawira S.A. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor.

Partadiredja, S. & Koamesakh, A. 1973. Beberapa catatan tentang getah jelutung di Indonesia.Seri No.IX. Direktorat Pemasaran, Direktorat Jenderal Kehutanan, Jakarta.

Sudradjat, R. 1984. Pembuatan permen karet dari jelutung, Laporan PPPHH 170:19-28 Willan, R.L. 1985. A Guide to Forest Seed

Handling. FAO Forest Paper 20/2 DANIDA, Food and Agriculture Organization of the United Nations, Roma

168 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGROFORESTRI p1 (Halaman 181-186)