• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil dan pembahasan 1 Sifat tanah

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGROFORESTRI p1 (Halaman 155-160)

PENGELOLAAN HUTAN INDONESIA Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia

PEMILIHAN JENIS TANAMAN UNTUK POLA AGROFORESTRY DI SUB SUB DAS KOLLONG LAU, SUB DAS MAMASA, SULAWESI BARAT

3. Hasil dan pembahasan 1 Sifat tanah

Jenis tanah pada Sub Sub DAS Kollong Lau adalah Podsolik coklat yang setara dengan Inceptisol, yaitu jenis tanah muda yang mulai mengalami perkembangan. Ditemukan ciri epipedon umbrik dan molik dengan nilai Kejenuhan Basa (KB) sedang sampai tinggi (38,6%–60,6%), serta lapisan bawah terdapat horison kambik.

Hasil analisis sifat fisika dan kimia tanah di lokasi penelitian menunjukkan sifat fisika tanah di Sub Sub DAS Kollong Lau secara umum cukup baik (Lampiran 1). Permeabilitas tanah berkisar 30,22-59,98 cm/jam. Nilai Bulk Density (BD) antara 0,81-1,007. Menurut Hardjowigeno (2003), nilai BD umumnya berkisar antara 1,1–1,6 g/cc sehingga nilai BD di bawah kisaran tersebut menunjukkan tanah cukup gembur atau kepadatan tanah cukup baik untuk pergerakan air dan akar tanaman.

Struktur tanah permukaan adalah granuler dan remah. Struktur tersebut merupakan struktur tanah yang baik dan menunjukkan tanah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara mudah tersedia dan mudah diolah. Tekstur sangat penting karena menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi (Foth, 1994). Tekstur tanah pada penutupan lahan semak belukar di Sub Sub DAS Kollong Lau adalah liat berdebu. Tanah dengan tekstur liat (halus) memiliki kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara yang tinggi, sedangkan tanah dengan kandungan debu tinggi mempunyai kapasitas tinggi untuk mengikat air tersedia yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Tekstur tanah pada penggunaan lahan hutan adalah lempung berpasir. Menurut Kartasapoetra dkk (1991), tanah dengan tekstur lempung sangat baik untuk usaha tani. Tekstur dan struktur tanah di Sub Sub DAS Kollong Lau mengindikasikan kemampuan yang baik untuk penyerapan hara dan akan responsif terhadap pupuk yang diberikan. Tanah pada lapisan atas berwarna dark yellowish brown (coklat gelap

kekuningan) dan strong brown (coklat gelap). Semakin gelap warna tanah umumnya makin tinggi kandungan bahan organik.

Sifat kimia tanah Sub Sub DAS Kollong Lau memiliki harkat sangat rendah sampai tinggi. Nilai pH tanah yang sangat asam, antara lain disebabkan oleh rata-rata hujan tahunan yang tinggi pada Sub DAS Kollong Lau (5.284 mm/th), dan umumnya nilai pH menurun sesuai dengan kedalaman lapisan tanah (Winarso, 2005). Dalam kondisi pH tanah yang sangat asam, unsur mikro Al dan Fe menjadi sangat larut dalam tanah dan mengikat P-tersedia, sehingga P-tersedia dalam tanah menjadi rendah. Unsur Al dan Fe yang berlebih dapat menjadi racun untuk tanaman. Peningkatan pH tanah akan menyebabkan unsur Al dan Fe menjadi tidak larut dan melepaskan P yang diikat, sehingga P-tersedia meningkat. Peningkatan pH tanah ini dapat dilakukan melalui pengapuran.

Kadar C-organik bervariasi sangat rendah sampai sedang. Kandungan C-organik yang sangat rendah menunjukkan jumlah bahan organik dalam tanah sangat rendah. Secara umum bahan organik dapat memelihara agregasi dan kelembaban tanah, penyediaan energi bagi organisme tanah dan penyediaan hara tanaman. Melalui proses-proses yang terjadi dalam tanah maka bahan organik memiliki fungsi produktif yang mendukung produksi biomassa tanaman dan fungsi protektif sebagai pemelihara kesuburan tanah dan stabilitas biotik tanah (Widyasunu, 2002). Dengan demikian pada lahan dengan kadar C- organik rendah perlu penambahan bahan organik melalui pupuk kandang maupun pupuk hijau.

Kadar unsur hara makro di dalam tanah dapat dilihat dari nilai N-total, P-tersedia dan K-tersedia. Unsur hara makro berkisar sangat rendah sampai sedang. Untuk meningkatkan kadar N-total dalam tanah dapat dilakukan melalui pemupukan baik pupuk buatan (Urea atau NPK) maupun pupuk kandang dan pupuk hijau dengan kandungan N tinggi. Kadar P- tersedia di dalam tanah seperti yang telah disebutkan dapat ditingkatkan melalui pemberian kapur untuk meningkatkan pH, selain juga dengan pemberian pupuk buatan (TSP, SP 36 atau NPK). Kadar K-tersedia ditingkatkan melalui pemberian pupuk buatan (KCl atau NPK).

Nilai KTK yang rendah menunjukkan rendahnya kemampuan tanah untuk menjerap dan menyediakan unsur hara bagi tanaman.

138 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 Pemberian pupuk ke dalam tanah dengan KTK

rendah kurang efektif karena unsur hara akan mudah hilang oleh pencucian. Nilai KTK dapat ditingkatkan dengan pemberian bahan organik dan tanah dengan kandungan liat tinggi karena mempunyai kemampuan menjerap unsur hara yang tinggi.

Menurut Goeswono (1985) dalam Munir (1996), jenis tanah inceptisol di Indonesia banyak digunakan untuk pertanaman padi sawah, sedangkan daerah berlereng curam dapat digunakan untuk tanaman tahunan, hutan, tempat rekreasi dan kawasan hutan lindung. Inceptisol yang digunakan untuk tanah sawah memerlukan input pupuk yang tinggi baik pupuk anorganik (NPK) maupun organik (pupuk kandang, pupuk hijau serta pencampuran sisa panen ke dalam tanah saat pengolahan tanah). Pengelolaan lahan yang mengkombinasikan tanaman tahunan dan tanaman semusim perlu mempertimbangkan pengelolaan yang tepat, penyediaan hara dan tata air yang baik.

3.2. Pemilihan jenis tanaman untuk pola agroforestry di Sub Sub DAS Kollong Lau Karakteristik lahan di Sub DAS Kollong Lou berdasarkan kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan metode faktor pembatas maksimum disajikan pada tabel 1.

Berdasarkan Tabel 1, diketahui tidak banyak jenis tanaman yang sesuai untuk ditanam di Sub Sub DAS Kollong Lau. Faktor yang menjadi pembatas utama adalah nilai pH tanah yang sangat asam, kemiringan lereng yang curam dan rata-rata curah hujan tahunan yang sangat tinggi (5.284 mm). Faktor lainnya seperti drainase, tekstur, batuan dan kedalaman efektif cukup baik dan umumya sesuai untuk semua jenis tanaman. Supaya tanaman dapat tumbuh dengan baik maka faktor pembatas utama harus diminimalisasi pengaruhnya terhadap tanaman. Faktor iklim seperti curah hujan merupakan faktor relatif tetap yang sulit untuk diperbaiki. Oleh karena itu perlu dipilih jenis-jenis yang mampu tumbuh pada kondisi curah hujan yang tinggi atau tumbuhan dengan evapotranspirasi tinggi. Nilai pH tanah yang sangat rendah diatasi dengan pemberian kapur. Kemiringan lereng yang sangat curam diatasi dengan penerapan teknik konservasi tanah dan air. Untuk itu pemilihan jenis tanaman yang dapat dicobakan di Sub Sub DAS Kollong Lau didasarkan pada jenis-jenis yang memiliki persyaratan tumbuh pada kisaran curah hujan rata-rata tahunan 4000 mm dan nilai pH tanah asam dengan asumsi faktor kemiringan lereng diatasi dengan penerapan teknik RLKT.

Tabel 1. Karakteristik Lahan untuk Kesesuaian Lahan Metode Faktor Pembatas Maksimum

No. Karakteristik Lahan Nilai

1. Drainase (w)

- Drainase tanah Cepat

2. Retensi Hara (a)

- pH tanah 3,49-3,88

3. Media perakaran (s)

- Tekstur SiCl (liat berdebu),

ClL (lempung berliat) - Lereng % 45 – 60 - Batuan permukaan (%) 1-10 - Batuan singkapan (%) 1-10 4. Kedalaman tanah (sd) - Kedalaman efektif (cm) >200 5. Ketersediaan air ( c) - Bulan kering (<75 mm) 1 -Curah hujan/tahun (mm) 5284 6. Erosi

- Tingkat Bahaya Erosi Berat

Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 139 Tabel 2. Jenis-jenis Tanaman yang dapat dicobakan di Sub Sub DAS Kollong Lau

No Nama lokal Nama latin Persyaratan tempat tumbuh

pH Hujan mm/th

1. Jenis tanaman keras:

Pinus Pinus merkusii Sesuai : 4,5-8,0 Sesuai : 2000- 4000

Damar Agathis lorantifolia Sesuai : 5,0 – 7,5 Sesuai : 2000 - 4000 Ekaliptus Eucalypthus sp Sesuai : 5,0 – 7,5 Sesuai : 1000 - 4000

Sengon Paraserianthes

falcataria

Sesuai : 5,0 – 7,5 Sesuai : 2000 - 4000 Jeungjing Albazia falcataria Sesuai : asam - netral Sesuai : 2000 - 4000

Jabon Anthocephalus cadamba

Miq

Sesuai : asam - basa Sesuai : 1300 - 4000 Klinki pine Araucaria hunstseinii K. Sesuai : asam - netral Sesuai : 1600 - 4600 Sonobrits Dalbergia sissoo Roxb Sesuai : asam - netral Sesuai : 500 - 4000 Gmelina Gmelina arborea Roxb Sesuai : asam - netral Sesuai : 1000 - 4500 Cempaka/ uru Michelia champaca

LINN

Sesuai : netral Sesuai : 1000 - 4000 Binuang Octomeles sumatrana

Miq

Sesuai : asam Sesuai : 2000 - 5000 Caribean pine Pinus caribea Morelet Sesuai : asam - netral Sesuai : 60 - 4000 2. Jenis tanaman MPTs :

Nangka Artocarpus integra Sesuai marjinal: < 4,5 Sesuai marjinal : 3000- 4000

Sirsak Anona muricata Sesuai marjinal: < 5,0 Sesuai marjinal : 3000- 4000

Pisang Musa paradisiaca Sesuai marjinal: < 5,2 Sesuai marjinal : 3000- 4000

Sukun Artocarpus communis Sesuai marjinal: < 4,5 Sesuai marjinal : 4000- 6000

Mlinjo Gnetum Gnemon Sesuai marjinal: < 4,0 Sesuai marjinal : 3000- 4000

Kenanga Canangium adoratum Sesuai marjinal: < 5,0 Sesuai marjinal : 3000- 4000

3. Jenis tanaman semusim :

Padi Oryza sativa Sesuai : 4,5 – 7,0 Sesuai : > 1000

Andropogon sorghum Sesuai marjinal : 5,0-5,4 Sesuai marjinal : 2000- 4000

Ubi kayu Manihot utilisima Sesuai marjinal : 4,4-5,0 Sesuai marjinal : 3000- 5000

Ubi jalar Ipomea batatas Sesuai marjinal : 4,8-5,2 Sesuai marjinal : 2500- 4000

Iles-iles Amorphophalus

ancophyllus

Sesuai : < 4,0 Sesuai : 3000-5000 Uwi kelapa Dioscorea alata Sesuai : 5,0-5,5 Sesuai : 2000-5000 Gembili Dioscore acculeata Sesuai : 5,0-5,5 Sesuai : 2000-5000 Garut Marantha arundinacea Sesuai marjinal (S3):<

4,5

Sesuai marjinal : 3000- 4000

Kencur Kaempferia galayga Sesuai marjinal : < 4,5 Sesuai marjinal : 3000- 4000

Lada Piper nigrum Sesuai marjinal : < 4,0 Sesuai marjinal : 3000- 4000

Jahe Zingiber officinale Sesuai : 4,0-5,0 Sesuai : 3500-4000 Kapulaga Elettoria cardomommum Sesuai : 4,0 – 5,0 Sesuai : 4000-7000

Kunyit Curcuma domestica Sesuai marjinal : < 4,5 Sesuai marjinal : 3000- 4000

Lengkuas Alpina galanga Sesuai marjinal : < 4,5 Sesuai marjinal : 3000- 4000

Cabe jamu Piper retrofractum Sesuai marjinal : < 4,0 Sesuai marjinal : 3000- 4000

140 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 Persyaratan tumbuh jenis tanaman yang

dijadikan acuan adalah Klasifikasi Kesesuaian Lahan dalam Wahyuningrum et.al. (2003) dan persyaratan tempat tumbuh beberapa jenis pohon hutan tanaman dalam Gintings et.al. (1996). Selain itu juga dipertimbangkan jenis- jenis tanaman yang mampu tumbuh dengan baik di lokasi Sub Sub DAS Kollong Lau dari hasil survei lapangan dan berdasarkan keinginan masyarakat melalui PRA. Jenis- jenis tanaman yang dapat dicoba ditanam di lokasi penelitian terdapat pada tabel 2.

3.3. Tindakan pengelolaan lahan yang diperlukan

Beberapa perlakuan/ tindakan pengelolaan lahan yang diperlukan agar jenis-jenis tanaman yang dicobakan dapat berproduksi optimal dan berkelanjutan, yaitu :

a. Pengapuran perlu dilakukan terlebih dahulu untuk meningkatkan nilai pH tanah sampai mencapai nilai pH tanah yang dipersyaratkan. b. Perlu penerapan teknik konservasi tanah dan air terutama pada lahan-lahan yang sangat curam, menggunakan metode mekanik maupun vegetatif. Metode mekanik antara lain penterasan (teras individu dan teras intermiten), rorak, pembuatan penguat teras (trucuk bambu dan trucuk batu) dan pembuatan saluran pembuangan air. Metode vegetatif antara lain penanaman tanaman penutup tanah, penanaman tanaman penguat teras, penanaman menurut kontur, pengembalian sisa-sisa tanaman dan sebagainya.

c. Lahan dengan lereng yang sangat curam (>40%) sebaiknya hanya ditanami tanaman keras saja dengan jarak tanam yang rapat yaitu 3 x 3 m dengan tanaman penutup tanah sebagai tanaman bawah.

d. Lahan dengan kemiringan lereng agak curam sampai curam (25% - 40%) dengan solum yang dalam dapat dikombinasikan dengan tanaman MPTS dan tanaman semusim dalam pola agroforestry namun harus menerapkan teknik konservasi tanah dan air.

e. Semua penanaman jenis tanaman harus diikuti dengan pemberian pupuk baik pupuk kandang, pupuk hijau, dan pupuk buatan. 4. Kesimpulan

Kajian pemilihan jenis untuk pola agroforestry di Sub Sub DAS Kollong Kau menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut:

4.1. Sifat fisik tanah secara umum cukup baik, sedangkan sifat kimia tanah memiliki harkat sangat rendah sampai tinggi. 4.2. Faktor pembatas utama dalam kesesuaian

lahan adalah pH tanah yang sangat asam, kemiringan lereng dan rata-rata curah hujan yang tinggi.

4.3. Analisis kesesuaian lahan menghasilkan beberapa jenis tanaman yang dapat diterapkan dalam pola agroforestry, yaitu jenis-jenis tanaman keras, MPTS dan semusim.

4.4. Diperlukan beberapa tindakan pengelolaan lahan agar jenis tanaman yang diterapkan dapat berproduksi optimal dan berkelanjutan, yaitu pengapuran, teknik konservasi tanah mekanik maupun vegetatif, jarak tanam, pemberian pupuk. 5. Daftar pustaka

Foth, H.D. 1994. Dasar-dasar ilmu tanah. Erlangga. Jakarta.

Gintings, A.N., C.A. Siregar, Masano, Hendromono, M.Y. Mile dan Hidayat. 1996. Pedoman pemilihan jenis pohon untuk hutan tanaman dan kesesuaian lahan. badan litbang kehutanan. Jakarta Hardjowigeno, H.S, 2003. Ilmu tanah.

Akademika Pressindo. Jakarta.

Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra dan M.M. Sutedjo. 1991. Teknologi konservasi tanah dan air. Rineka Cipta. Jakarta

Munir, M., 1996. Tanah-tanah utama Indonesia. Karakteristik, Klasifikasi dan Pemanfaatannya, Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.

Wahyuningrum,N., C.N.S.Priyono, Wardojo, B. Harjadi, E. Savitri, Sudimin, Sudirman, 2003. Pedoman teknis klasifikasi kemampuan dan kesesuaian lahan. Info DAS, No. 15. BP2TPDASIBB, Surakarta. Widyasunu, P. 2002. Manfaat pupuk organik

bagi pertanian berkelanjutan. Makalah Pendidikan dan Pelatihan Pupuk Terpadu. Fakultas Pertanian. Universitas Jenderal Soedirman.

Winarso, S. 2005. Kesuburan tanah (Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah). Penerbit Gava Media. Yogyakarta.

Lampiran 1. Sifat fisika dan kimia tanah di lokasi Sub Sub DAS Kollong Lau No Sifat fisika & kimia

tanah

Lokasi I Kriteria* Lokasi II Kriteria* Lokasi III

Kriteria* Lokasi IV Kriteria* A. Sifat fisika tanah

1. Permeabilitas (cm/jam) 30,22 57,21 59,98 54,34

2. BD (g/cm3) 0,88 1,007 0,81 0,91

3. Struktur (atas) granuler remah remah remah

4. Tekstur Liat berdebu Liat Lempung Liat

Liat (%) 41,66 8,05 37,66 10,46

Debu (%) 41,5 22,45 24,74 52,02

Pasir kasar (%) 10,59 52,01 30,08 28,23

Pasir halus (%) 6,25 17,49 7,5 9,29

5. Warna tanah (atas) 7,5YR5/8 coklat gelap

10YR3/4 coklat gelap

kekuningan

- -

6. Drainase tanah cepat cepat cepat cepat

B. Sifat kimia tanah

1. pH 3,79 sangat asam 3,88 sangat asam 3,55 sangat asam 3,49 sangat asam

2. C-organik (%) 0,61 sangat rendah 1,22 rendah 2,18 sedang 2,88 sedang

3. N-total (%) 0,25 sedang 0,1 rendah 0,15 rendah 0,2 rendah

4. P-tersedia (ppm) 3,252 sangat rendah 3,081 sangat rendah 3,552 sangat rendah 3,615 sangat rendah

5. K-tersedia (cmol(+)/kg) 0,24 rendah 0,21 rendah 0,25 rendah 0,27 rendah

6. KTK (cmol (+)/kg) 12 rendah 11 rendah 11 rendah 14 rendah

7. KB (%) 55,5 Tinggi 47,8 sedang 60,6 tinggi 38,6 sedang

Sumber : Analisis Data Primer (2006),

Lokasi I = semak belukar, Lokasi II = hutan dengan tumbuhan bawah rapat, Lokasi III = semak belukar, Lokasi IV = semak belukar (tinggi > 3m),* = kriteria sifat kimia tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (Hardjowigeno, 2003)

142 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012

POTENSI AGROFORESTRY DALAM PENGENDALIAN EROSI DAN PERBAIKAN

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGROFORESTRI p1 (Halaman 155-160)