• Tidak ada hasil yang ditemukan

I o = Nilai Investas

5.6. Agroindustri farmas

Agroindustri farmasi penghasil fitofarmaka mempersyaratkan kandungan zat aktif standar sesuai dengan persyaratan dosis. Karenanya, industri melakukan pemetaan kandungan zat khasiat aktif optimal dari daerah sumber pasokan. Namun rendahnya kemampuan pasokan bahan baku petani dan kestabilan kualitas menambah kesulitan pemrosesan di tingkat pabrikan. Industri lebih memilih membeli dari pedagang dengan alasan keamanan, kepercayaan, bahan baku sudah terklasifikasi, dan dikemas.

petani. Petani mampu memasok bahan baku ke industri apabila bergabung dalam satu kelompok. Pemasok baru yang belum tercatat di dalam daftar rekanan pemasok harus memasukkan sampel terlebih dulu dan apabila diterima baru kemudian diterbitkan surat pemesanan.

Beberapa responden pengumpul menyatakan tidak mudah untuk diterima sebagai rekanan karena harus memenuhi persyaratan yang ketat mencakup kemampuan pasok, kontinuitas pasokan, kestabilan kualitas dan kualitas serta kemampuan pengelolaan.

Prosedur pembelian oleh agroindustri farmasi dimulai dari tahapan : (1) penerimaan sampel,

(2) penetapan pesanan pembelian disertai ketetapan jadwal pengiriman, (3) penyerahan barang,

(4) pemeriksaan kualitas, (5) pembayaran.

Prosedur pembelian demikian dipandang oleh petani terlalu birokratis dan menyita waktu. Cara pembayaran yang dilakukan industri kurang fleksibel dibandingkan pedagang pengumpul dimana pembayaran ditetapkan tiga minggu hingga dua bulan kemudian. Berbeda dengan pembelian bahan baku oleh pedagang pengumpul yang dilakukan secara tunai. Bahkan terhadap petani yang sudah sangat dikenal, pedagang pengumpul dapat saja bertindak meminjamkan dana bilamana terdapat kebutuhan mendesak yang dianggap sebagai pembayaran dimuka.

Hubungan industri dengan pemasok memiliki pola : a) industri – pedagang pengumpul, b) industri – kelompok petani, dan c) industri - lembaga perantara Berdasarkan informasi responden pola hubungan industri dan pedagang pengumpul paling banyak ditemui. Pembelian langsung kepada petani terutama dilakukan melalui kelompok petani terutama hasil pembinaan atau melalui lembaga perantara yang menjalin hubungan dengan petani. Lembaga dimaksud seperti balai penelitian sebagaimana dilakukan kerjasama oleh BPTO Tawangmangu.

hasil wawancara responden sebagaimana dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Aspek pengadaan bahan baku industri

No Aspek Deskripsi

1 Harga Ditetapkan berdasar harga yang berlaku di pasar. Industri akan membandingkan posisi pasokan dan permintaan untuk perkiraan tahun mendatang

2 Sediaan (stock) Diputuskan berdasarkan rencana pemasaran, rencana produksi tahun mendatang, posisi stock tersedia, dan ketersediaan pasokan

3 Seleksi pemasok Ditinjau dari hasil sampel yang dikirimkan, kemampuan pasokan, kesediaan memenuhi persyaratan dan dalam bentuk terbatas dilakukan tinjauan lokasi permrosesan.

4 Pembelian Pembelian terbatas dalam jangka pendek, setelah persyaratan dipenuhi. Hubungan lebih lama didasarkan pada kinerja pemasok.

5 Pembayaran Ditentukan dari keseluruhan hasil pemeriksaan kualitas pasokan baik pemerian maupun uji laboratorium, dan bilamana administrasi telah selesai. 6 Pengiriman dan

penerimaan

Terhadap pemasok baru, melalui pengiriman sampel dan pasokan dalam skala percobaan dengan pemeriksaan lengkap.

7 Kerjasama Dijalin sebagai bagian dari hubungan pemasok, khususnya terhadap pemasok yang telah berhubungan lama. Pembinaan ditujukan pada penanganan pascapanen.

Masyarakat peminum jamu berdasarkan wawancara responden ahli dari industri, umumnya berasal dari segmen bawah yang peka terhadap harga. Harga jamu di beberapa gerai penjualan berdasarkan pengumpulan data bulan Desember 2004, berkisar antara Rp 700 – Rp 1.000,- per sachet ukuran 7 gram dengan kandungan lima hingga delapan jenis tanaman obat.

mengandung tanaman obat yang berbeda antar satu industri dengan industri lainnya sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Kandungan tanaman obat pada jamu

No Keterangan Jenis Jamu Curcuma. xanthoriza Curcuma domestica Zingiber officinale Zingiber aromatica Zingiber purpurei Languatis rizhoma Kampferia rizhoma Temulawak Kunyit Jahe Lempuyang Bengle Lengkuas Kencur

1

Jerawat Nirmalasari

(AM) x x x

2 Encok (AM) x x x

3 Benkwat (AM) x x

4 Kuat Majun (AM) x x x x

5 Sehat lelaki (AM) x x x x

6

Jaket Jampur sari

(AM) x x x x x x x

7 Sesak Napas (AM) x x

8 Sanggageni (AM) x x

9

Sehat P erempuan

(AM) x x x x

10 Tujuh Angin (AM) x x

11 RaLinu (AM) x x x 12 Seger (AM) x x x x 13 Pegal Linu (SM) x x x x 14 Sehat wanita (SM) x x 15 Galian Sehat (NM) x AM = Air Mancur SM = Sidomuncul NM = Nyonya Meneer 5.7. Identifikasi Resiko

Berdasarkan analisis resiko, petani menghadapi kemungkinan kerugian atau kehilangan/ losses disebabkan gagal panen, panen yang tidak optimal maupun kehilangan karena penangangan pascapanen yang kurang baik, resiko kerusakan saat pengiriman dan kerugian harga. Kondisi harga yang ditetapkan pengumpul cenderung diterima mengingat kemampuan pemenuhan kualitas bahan baku pasokan, terkecuali bilamana tanaman obat tertentu sedang sulit diperoleh. Contohnya, tanaman harga selama tiga kali

pasokan. Apabila kondisi dimaksud terjadi, maka posisi tawar petani menjadi lebih kuat sehingga petani leluasa memilih pembeli yang dapat memberikan harga lebih baik.

Gejolak harga dapat mengakibatkan pedagang pengumpul menderita kerugian. Kondisi ini terjadi ketika harga jual bahan baku tiba-tiba menurun sehingga harga pembelian dari petani beberapa waktu sebelumnya menjadi lebih tinggi. Seorang pedagang pengumpul maupun industri harus memiliki ketajaman pengamatan terhadap harga, kemampuan menganalisis pasokan dari berbagai daerah dan perkiraan tanaman obat yang masih tersimpan di beberapa pedagang besar atau di gudang industri, perkiraan produksi industri, baru kemudian mengambil keputusan secara tepat apakah sudah saatnya menjual bahan baku yang dimiliki atau tersimpan di gudang.

Pedagang pengumpul juga menghadapi resiko kerugian akibat pasokan tercemar benda asing hasil dari perilaku petani yang kurang jujur maupun cara penanganan pascapanen yang kurang baik. Campuran tanah, ranting, daun dan kotoran lain, bila tidak diperhatikan secara seksama pada saat penerimaan bahan baku dari petani akan merugikan pengumpul. Tidak saja mengurangi berat bersih dari tanaman obat yang diterima, tetapi juga memerlukan tambahan aktivitas melakukan pembersihan dengan mengerahkan tenaga buruh.

Pemberat bahan baku merupakan cara tidak etis yang dilakukan petani agar memperoleh pendapatan tinggi. Namun, perilaku tersebut mendorong pedagang pengumpul melakukan tindakan pencegahan dengan memberlakukan potongan berat 5 – 10 % yang dinyatakan sebagai faktor cemaran dan mencatat petani yang terbukti telah melakukan pelanggaran dengan kemudian hari tidak lagi bersedia menerima pasokan dari petani dimaksud.

Resiko lain yang dihadapi pedagang adalah penyusutan berat bahan baku segar bilamana tidak segera dijual adalah kerusakan penyimpanan seperti patah, kulit keriput, busuk, dan perubahan warna kenampakan visual.

kepada pihak manapun. Bilamana pembeli menemukan kondisi bahan baku tidak memenuhi persyaratan, pembeli dapat melakukan tindakan untuk mengurangi resiko dengan cara :

1. penurunan/pemotongan harga beli bahan baku 2. pengenaan potongan kualitas lebih besar dari 5 % 3. pengurangan frekuensi pasokan,

4. pengawasan lebih ketat dan inspeksi 100 % 5. penangguhan pengiriman

6. penghentian pembelian

Pemasok yang diketemukan masih mempunyai perilaku kurang etis dengan memberikan tanaman obat yang tidak sesuai persyaratan standar kualitas. Pengenaan potongan kualitas adalah sebagai bentuk pinalti atas kontaminan yang sengaja disisipkan atau karena faktor penanganan pascapanen yang kurang baik. Pihak pembeli dapat bertindak selaku pengendali bagi pihak lainnya dengan standar perlakuan yang ditetapkan bagi kepentingan operasional.

Luas cakupan pengendalian akan berbeda satu sama lain tergantung pada upaya mengamankan standar dan kelancaran aliran pasokan. Pengertian pengendalian adalah kekuatan untuk mengatur atau menetapkan ketentuan yang harus dipatuhi oleh pihak pemasok. Konsekwensi pemasok yang kurang mampu memenuhi persyaratan industri akan berakibat tidak dipilih sebagai pemasok.

Kedudukan pemasok lebih mudah dihilangkan dan dapat digantikan dengan pemasok lainnya. Sebagai contoh, industri dapat mewajibkan pemasok memenuhi ketentuan antrian pengiriman. Terhadap pemasok yang tidak memenuhi ketentuan akan berakibat terkena penjadwalan ulang yang sudah tentu akan berdampak pada penambahan biaya operasional yang dipergunakan untuk sewa kendaraan atau membayar supir dan buruh. Lama proses penyelesaian setiap satuan pengiriman tergantung jumlah kemasan

Dibandingkan dengan industri, pengendalian di tingkat pedagang pengumpul relatif lebih fleksibel dan lebih leluasa melakukan negosiasi. Pedagang pengumpul lebih melihat siapa petani pemasok berdasarkan kinerja lalu. Bilamana catatan pengiriman di masa lalu tidak pernah menghasilkan cacad yang tinggi, maka kemasan relatif tidak dibongkar seluruhnya tetapi cukup secara sampel acak.

Resiko industri dapat diakibatkan oleh pihak pada rantai pasok sebelumnya dan kelemahan internal dari industri sendiri. Bilamana kondisi ini terjadi, maka tanggungan resiko industri mencakup bidang operasional, pemasaran, dan keputusan manajemen. Variasi kualitas bahan baku sebagai contoh, merupakan bentuk resiko disebabkan pihak pada rantai sebelumnya. Apabila kondisi ini ditemui, pihak industri akan menetapkan keputusan operasional seperti pemeriksaan ulang, penataan kembali proses persiapan bahan baku dan perubahan perhitungan produksi.

Produk obat tradisional umumnya mengandung lima jenis tanaman obat. Kontinuitas pasokan dari seluruh jenis tanaman sangat menentukan kelancaran produksi. Kelangkaan pada salah satu jenis tanaman obat, akan beresiko gangguan produksi produk tersebut walaupun tanaman obat lainnya telah tersedia.

Sebagian resiko industri dapat dialihkan pada rantai pasokan sebelumnya, tetapi kesalahan akibat kebijakan dan keputusan manajemen lebih ditanggung oleh pihak industri. Kesalahan mengantisipasi pergerakan pasar dan berakibat pada ketidaktepatan keputusan manajemen atas perencanaan pengadaan bahan baku dan pengaturan aliran pasokan, akan menjadi tanggungan industri. Pembelian bahan baku dalam jumlah besar saat panen raya, berakibat diperlukannya pengaturan penyimpanan secara baik dan kebutuhan kapasitas gudang.

Penyimpanan dalam jangka lama memerlukan pencahayaan, kelembaban, kebersihan, penyusunan agar terhindar dari kerusakan bahan baku berupa kontaminasi, perubahan kenampakan dan kandungan senyawa

Yang dimaksudkan dengan pengendalian produk adalah ketentuan bentuk pasokan dalam jenis segar, atau kering dengan persyaratan bentuk, ukuran, kadar air, kenampakan visual dan berat per rimpang.

Tabel 13 berikut ini memperlihatkan ruang lingkup proses yang dilakukan pada masing-masing mata rantai, resiko dan komponen biaya yang ditanggung oleh masing-masing pihak.

Tabel 13 Proses – Resiko – tanggungan biaya pada rantai pasokan

AKTOR Keterangan

Petani Pedagang pengumpul Agroindustri farmasi Proses Budidaya Pascapanen Penyediaan bahan baku basah/segar Sortasi basah/segar Perajangan Pengeringan menjadi bentuk kering tipis Penggerusan menjadi bubuk Pengemasan Peracikan menjadi sediaan galenik Pengolahan produk jadi, diawali dengan persiapan bahan baku Penelitian Pemasaran

Resiko Rusak panen Rusak pascapanen Rusak seleksi rimpang segar/basah/segar Kerusakan saat pengiriman Resiko harga Kontaminan Kerusakan saat penyimpanan Kerusakan saat pengiriman Kerugian saat menunggu antrian pemeriksaan pabrik Fluktuasi harga Keragaman kualitas bahan baku Pemrosesan ulang Penambahan sumber daya dan modal kerja

Biaya Budidaya Proses panen Pascapanen Pengangkutan Sortasi Perajangan dan pengeringan Penyimpanan Pengiriman Proses ulang Kualitas rendah Variasi proses Pemeriksaan

jumlah pengiriman dan dalam kasus tertentu menetapkan jenis angkutan berupa angkutan truk ukuran tonase tertentu. Pengendalian harga juga dilakukan pembeli berupa penetapan harga pembelian per kilogram, pengurangan harga bilamana kualitas tidak memenuhi syarat dan cara pembayaran. Untuk memperoleh tingkat kualitas pasokan, pembeli industri akan menetapkan pemeriksaan kualitas, pemrosesan administrasi dan pengaturan tertentu.

Tabel 14 Bentuk pengendalian vertikal

Intensitas Katagori Bentuk pengendalian

Industri Pedagang Jenis produk T T Kemasan S R Produk Standar Produk T S Frekuensi Pasokan T S Waktu pengiriman T S

Jumlah per pengiriman T R

Pasokan Jenis angkutan R R Penetapan harga T S Bentuk pinalti S R Harga Cara pembayaran T R Pemeriksaan kualitas S S Prosedur pemrosesan R R Perlakuan Petugas pengiriman S R

keunggulan bersaing dari perspektif pembeli, didekati melalui konsep jaringan yang memfokuskan pada keterhubungan pemasok-pemasok secara kooperatif. Pemasok satu dan lainnya yang bergabung dalam satu jaringan saling bertukar informasi, sehingga lebih memahami kebutuhan pembeli dan pencapaian tujuan dibandingkan apabila dilakukan sendiri.

Kkarakteristik jaringan yang menekankan pada hubungan antar pihak menurut Choi et al. (2002); Barba et al. (1998) mempersyaratkan perilaku: kemauan bekerja bersama secara erat, berbagi keahlian, pengetahuan teknologi, aset maupun sumber daya yang akhirnya memberikan kepuasan bagi pelanggan yang menjadi tujuan pasokan.

Teori jaringan yang telah dibangun oleh peneliti terdahulu, direkayasa pada sistem pasokan bahan baku agroindustri farmasi dimana rantai pasokan distruktur ulang sehingga memungkinkan terjalin keterhubungan horisontal antar pemasok dan selanjutnya secara vertikal menjalin hubungan dengan pembeli industri. Jaringan diharapkan menyatukan sumber daya yang terpisah-pisah, keragaman kemampuan petani, menjadi kegiatan yang mencakup aspek pemasaran, produksi, pembiayaan, legalitas sehingga mampu menjawab tantangan usaha. Mengingat terdapatnya orang-orang, fasilitas, aliran fisik dan informasi maka diperlukan pengorganisasian aktivitas, sehingga jaringan juga ditinjau dari aspek organisasi.

Hakekat berjejaring bukan dilandasi oleh semangat siapa memanfaatkan siapa, tetapi memadukan berbagai kekuatan yang dimiliki masing-masing anggota untuk menutup setiap kelemahan yang dimiliki. Kondisi masyarakat jaringan akan membentuk komposisi yang semula ruang hubungan manusia direstruktur menjadi jaringan socio technological akibat peningkatan pemahaman kehidupan ekonomi modern dan sosial (Murdoch, 2000).

pengumpul pada rantai pasokan sebelum sampai ke industri (lihat tabel 15). Walaupun terdapat spesialisasi pengumpulan bahan baku tanaman obat, tetapi rata-rata pengumpul memperdagangkan aneka tanaman obat jenis rimpang, akar, daun, maupun buah. Daerah pengumpulan tergantung kemampuan masing-masing pengumpul dalam menjangkau desa sumber pasokan hingga lokasi terpencil.

Dengan kehadiran jaringan, bahan baku mengalir dari petani ke industri sesuai dengan pengaturan dari pusat lembaga guna memenuhi kebutuhan industri. Kendala kemampuan petani yang terbatas untuk mencukupi permintaan industri dipecahkan dengan menghimpun sejumlah petani yang berdekatan yang berhimpun dalam satu kelompok.

Tabel 15 Aliran bahan baku pada rantai pasokan

Aktor Kondisi saat ini Keterangan Rekayasa sistem

Petani Bahan segar, dengan

harga lokasi petani, bahan belum terklasifikasi Pengumpul

desa (P1)

Bahan segar bersih kotoran – tanah.

Pedagang (P2)

h

Bahan segar

terklasifikasi/kering

Pedagang (P3)

h

Jenis bahan

(segar,kering,serbuk),

grading, kualitas lebih tinggi. Industri - Eksportir

1.Produk jamu/fitofarmaka 2.Bahan kering/serbuk terkemas H bahan segar

h

h

= perbedaan harga

Harapan konsumen tanaman obat terlebih dahulu dipelajari agar bahan baku diproses sesuai yang dikehendaki. Pendekatan quality function deployment, diawali dengan memperoleh informasi persyaratan kualitas tanaman obat melalui wawancara responden. Dari hasil wawancara, diperoleh tujuh atribut kualitas yakni : pemenuhan persyaratan kadar air dan kebersihan bahan baku, kontinuitas, jumlah pasokan, kandungan metabolit sekunder bahan baku. Adapun ketersediaan alat pemrosesan, dan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki pemasok merupakan persyaratan pelengkap yang apabila dipenuhi akan memberikan nilai lebih baik dibanding pemasok lain dan keyakinan kepada pembeli.

Hasil pengolahan menggunakan teknik QFD sebagaimana gambar 14 menunjukkan kadar air memiliki bobot paling tinggi, diikuti dengan persyaratan kebersihan dari cemaran. Kondisi dimaksud menunjukkan kadar air merupakan persyaratan bahan baku yang sangat diminta konsumen. Kadar air simplisia kering umumnya ditetapkan 10 %. Bilamana kadar air bahan baku lebih tinggi akan mempercepat kerusakan bahan baku selama penyimpanan karena rawan ditumbuhi mikroba. Agroindustri farmasi biasanya membeli bahan baku dalam jumlah besar kemudian disimpan untuk masa enam bulan atau lebih sampai saat pengolahan.

Atribut kualitas yang diperoleh, kemudian dianalisis berpasangan dengan aspek proses pengolahan. Hasil olahan keterkaitan antara kriteria kualitas dan aspek proses menunjukkan nilai tingkat kepentingan (TK) proses pengeringan tertinggi 102 diikuti pemilahan 98. Nilai relatif karateristik proses yang merupakan pembagian antara tingkat kepentingan proses dibagi jumlah total nilai kepentingan masing-masing, diperoleh hasil 0,15 untuk aspek pengeringan. Hasil QFD memberikan kesimpulan bahwa pengeringan

Hasil perhitungan rasio target pencapaian kualitas dan kenyataan menunjukkan kandungan nilai rasio persyaratan kualitas metabolit sekunder 1,33, kontinuitas pasokan 1,33 dan kebersihan/kemurnian 1,25. Hasil tersebut menunjukkan kinerja pasokan bahan baku saat ini masih belum memenuhi harapan.

Analisis perbandingan berpasangan antar proses satu dan lainnya dimaksudkan untuk mengkaji keeratan korelasi satu proses dan lainnya. Dengan pengertian terdapat keluaran dari satu proses yang akan langsung berakibat pada proses berikut.

Hasil perbandingan antar proses perajangan dan pengeringan berkorelasi sangat erat (++). Kondisi ini menyimpulkan proses perajangan mempengaruhi pengeringan sehingga perlu dikendalikan. Setiap keluaran proses perajangan yang tidak memenuhi kriteria proses pengeringan berkibat pengeringan tidak berjalan sempurna. Sebagai contoh : perajangan yang terlalu tebal berakibat pengeringan berlangsung lebih lama. Perajangan yang terlalu tipis mendorong tingkat kehilangan lebih tinggi karena lebih mudah hancur.

Ketepatan perajangan membantu lama proses pengeringan secara alamiah. Ketebalan pengirisan dan luas penampang irisan menjadi penting. Irisan dengan ketebalan yang tepat, rata dan lebar membantu sinar matahari atau panas pengering buatan mengenai seluruh bidang secara merata. Mengingat umumnya industri membeli dalam bentuk irisan kering, maka proses perajangan yang tepat perlu diturunkan kepada anggota jaringan sehingga keluaran dari masing- masing proses memiliki kualitas hasil yang sama. Proses perajangan dilakukan oleh buruh perajang secara manual atau menggunakan alat bantu.

- pembersihan dan pencucian,

- pemeriksaan dan pengemasan,

- pemilahan dan pemerikaan

- pengelolaan lahan dan dana.

Proses pembersihan berkorelasi erat dengan pencucian dengan penjelasan bahwa bahan baku lepas panen harus dipisahkan dari tanah, sulur, daun, dan akar kemudian dicuci menggunakan air bertekanan atau dalam bak pencucian. Pembersihan dimulai saat tanaman obat selesai dipanen dan dibersihkan oleh petani.

Petani adalah pihak pertama yang mengolah tanaman obat segar. Bahan baku yang tidak bersih akan mempercepat tumbuhnya mikroba yang mengganggu proses berikutnya. Bahan baku yang mengandung kontaminan selain berakibat dikenakan peningkatan potongan pinalti, juga menurunkan kepercayaan pembeli. Proses pemeriksaan berhubungan dengan pengemasan untuk mencegah bahan baku tidak sesuai standar, tidak lolos kepada pembeli.

Melalui hubungan berpasangan antar dua proses, membantu anggota memahami pentingnya pengendalian yang menjamin setiap keluaran proses sesuai dengan persyaratan proses berikutnya. Melalui pendekatan QFD, tergambar secara jelas korelasi harapan pelanggan dan proses sehingga jaringan perlu memperhatikan dalam menjabarkan pada langkah-langkah operasional.

6.2.2. Analisis elemen kunci pembentukan jaringan

Guna menstrukturikan jaringan, elemen–elemen kunci dikaji menggunakan Intrepretative Structural Modeling - ISM yang mencakup tujuan sistem rantai pasokan, kendala, dan aktivitas dalam pembentukan sistem, serta perubahan yang diharapkan. Dari setiap elemen dibagi menjadi sejumlah sub-elemen dalam jumlah memadai yang menggambarkan situasi. Penelaahan setiap sub-elemen akan memberikan pengertian mendalam pembentukan jaringan guna mencapai pemecahan terbaik.

sejumlah sub-elemen yang dikaji hubungan kontekstual. Penjenjangan struktur diperlukan untuk lebih menjelaskan hal yang dikaji (Eriyatno, 1999). Sub-elemen tujuan yang terletak pada hirarki lebih tinggi beroperasi dengan jangka waktu yang lebih lambat dan mencakup tujuan pada tingkat yang lebih rendah. Terdapat tujuh sub- elemen tujuan jaringan berdasarkan masukan petani sebagaimana diuraikan pada Tabel 16.

Harapan utama petani adalah perbaikan pendapatan sehingga memberikan peluang terwujudnya kesejahteraan. Untuk mencapai tujuan kesejahteraan dimaksud, terdapat sub-sub elemen tujuan lainnya yang harus diperhatikan.

Tabel 16 Elemen tujuan

Kode Sub-elemen Deskripsi

E1 Kesejahteraan petani Kemampuan jaringan untuk memberikan manfaat bagi petani secara finansial. E2 Kelangsungan

hubungan anggota

Lama periode bertahan petani sebagai anggota dan aktif memberikan kontribusi. Dengan kata lain, petani merasakan manfaat bergabung.

E3 Kelangsungan hubungan pembeli

Lama waktu pembeli memanfaatkan produk jaringan dalam memenuhi kebutuhan pasokan tanaman obat

E4 Perluasan pasar Merupakan kemampuan pertambahan jumlah pembeli yang tersebar di beberapa tempat.

E5 Operasionalisasi fungsi jaringan

Sejauh mana jaringan mampu melaksanakan fungsinya seperti pengadaan/pengumpulan, pembinaan, pemasaran, dan pengelolaan.

E6 Tercapainya kualitas pengelolaan

Adalah kesanggupan organisasi dalam mengelola kepercayaan anggota, dan manajemen anggota.

E7 Terwujudnya sistem organisasi

Adalah kesanggupan membuat prosedur dan tata cara pengorganisasian yang efektif .

dan O dan pada tabel reachability matrix simbol dimaksud diganti menjadi bilangan 1 dan 0 dimana simbol 1 terdapat hubungan kontekstual dan simbol 0 tidak terdapat hubungan kontekstual. Hasil SSIM final yang memenuhi syarat transivity rule dengan pengecekan aturan lingkaran sebab akibat dari hubungan kontekstual yang telah dikoreksi diwujudkan dalam bentuk matriks tertutup, sebagaimana Tabel 17.

Tabel 17. Hasil reachability matrix final elemen tujuan E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 DEP DRP E1 1 0 0 0 0 0 0 7 1 E2 1 1 0 1 1 1 0 6 5 E3 1 1 1 1 1 1 0 2 6 E4 1 1 0 1 1 1 0 6 5 E5 1 1 0 1 1 1 0 6 5 E6 1 1 0 1 1 1 0 6 5 E7 1 1 1 1 1 1 1 1 7

DRP Driver Power * Elemen Kunci

DEP Dependence

Hasil pengolahan reachibility matriks yang telah memenuhi aturan

transivity tersebut tersusun struktur berjenjang dari elemen tujuan sebagaimana dinyatakan pada Gambar 15 dimana E7 struktur dan sistem organisasi jaringan berada pada tingkat paling bawah hirarki dan dinyatakan sebagai sub-elemen kunci.

E5 = Operasionalisasi Fungsi Jaringan E6 = Kualitas pengelolaan E4 = Perluasan pasar anggota

E3 = Kelangsungan hubungan pembeli E7 = Struktur dan Sistem E2 = Kelangsungan hubungan

anggota

E 2 KELANGSUNGAN HUBUNGAN ANGGOTA E 4 PENCAPAIAN PERLUASAN PASAR E 5 FUNGSI JARINGAN E 6 KUALITAS PENGELOLAAN ANGGOTA E 3 KELANGSUNGAN HUBUNGAN PEMBELI E 7

STRUKTUR & SISTEM ORGANISASI

E1 E3

E7

E2, E4, E5, E6 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 1 2 3 4 5 6 7 8 sektor I sektor II sektor III sektor IV Dependence D r i v e r p o w e r

Sub-elemen struktur jaringan menetapkan siapa yang menjadi anggota, garis komunikasi, prosedur dan pengorganisasian yang memungkinkan anggota berinteraksi dalam berbagi pengetahuan, keterampilan, informasi akses pasar atas prinsip kepercayaan.

Gambar 15 Struktur hirarki dari elemen tujuan.

anggota sesuai keahlian dan pengetahuan teknologi yang dimiliki.

Penetapan sistem berimplikasi pada pengaturan aliran bahan baku, informasi, uang, pengetahuan. Dengan kata lain, sinkronisasi proses mendorong mengalirnya fisik material, informasi dan sumber daya lainnya guna memenuhi preferensi konsumen. Hak kepemilikan anggota, konvensi atau aturan yang jelas mengajarkan anggota cara beroganisasi, berbagi manfaat bersama, sehingga anggota aman bergabung di dalam jaringan.

Sub-elemen kunci struktur dan sistem pada disertasi ini berbeda dengan apa yang dinyatakan oleh Barba et al. (1998) yang menekankan kepemimpinan sebagai elemen kunci. Transparansi dan kejelasan menjadi penting dalam membangun kepercayaan untuk mencegah kondisi