• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGUS DASUK

Dalam dokumen Sistem Informasi Desa dan Kawasan (Halaman 30-36)

[Gresik – Jawa Timur]

“ Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan yang luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas....”

“....memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta dalam perdamaian dunia...”

SIDeka dan Posisinya:

Cara baru menghadirkan negara dalam jalur yang benar dalam merealisasikan tujuannya.

Indonesia merupakan negara besar, tidak hanya besar dan luas secara geografis tetapi juga besar dan melimpah dalam sumber daya alam, apa yang tidak ada dinegeri bernama Indonesia ini. Sebagai bentuk syukur kepada tuhan atas karunia itu, maka para pendiri bangsa ini menuangkan rasa syukur itu dalam naskah teks pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada Alinea ke-2 dan merumuskan tujuan dan arah bangsa ini pada Alinea ke-4.

Bunyi kalimat dalam teks pembukaan Undang-undang Dasar 1945 tersebut, bagi anak bangsa mungkin sudah hafal di luar kepala,

karena sering kita baca dan kita dengar tidak hanya pada moment upacara kenegaraan atau tujuhbelasan melainkan setiap harisenin saat upacara di sekolah semenjak kita masih kecil, bahkan rutinitas tersebut terusberlangsung hingga putra-putri kita sekarang ini.

Pertanyaannya adalah setelah hampir 70 tahun Indonesia merdeka; Sudahkah kalimat yang kita baca dan dengar tersebut terwujud? atau apakah negara telah hadir di tengah-tengah rakyatnya ? Sudahkah negara berhasil mensejahterakan rakyatnya? Sebelum menjawab pertanyaan di atas, maka sebagai gambaran akan kasus yang dihadapi sebagian rakyat banga ini. Pusat data dan Informasi yang dihimpun KIARA (Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan) menyebutkan bahwa Hingga hari ini, tidak ada kerangka perlindungan dan pemberdayaan terhadap nelayan tradidional atau nelayan skala kecil, bahkan sampai periode Juni 2014 kita mencatat setidaknya ada 255 nelayan tradisional hilang dan meninggal dunia di laut, jumlah tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun. Fakta menunjukkan lebih dari 95,6% dari 2,7 juta jiwa nelayan adalah nelayan tradisional/nelayan kecil yang beroperasi dipesisir pantai atau beberapa mil saja dari lepas pantai.

Pusat data dan Informasi KNTI (Kesatuan Nelayan Tradisional) juga menerangkan bahwa saat ini tidak ada jaminan keselamatan dan dana asuransi kecelakaan di laut sebagaimana yang diberikan Jasa Raharja bagi kecelakaan didarat , subsidi BBM buat nelayan, asuransi untuk cuaca ekstrim, bea siswa pendidikan dan kesehatan untuk nelayan dan anak-anak nelayan dan masih banyak lagi hal lain yang semestinya menjadi hak bagi masyarakat nelayan dan kewajiban negara untuk rakyatnya, masalah lain yang tidak kalah pentingnya adalah gambaran tentang kesenjangan pendidikan, kurang meratanya pembangunan Infrastuktur dibeberapa daerah, kesenjangan sosial, ekonomi, pendidikan, budaya dan masih banyak

lagi masalah di lapangan.

Dari sekelumit paparan di atas, maka jawabandari beberapa pertanyaan adalah, apa yang tertuang dalam naskah Pembukaan Undang-Undang dasar 1945 tersebut saat ini masih sebatas tulisan dan pelengkap seremoni upacara tujuhbelasan atau upacara di sekolah-sekolah, karena implementasinya di lapangan “masih Jauh Panggang dari api “, apa yang kita lihat di lapangan menunjukkan akan jauhnya keinginan dan kenyataan.

SIDeKa merupakan terobosan baru sekaligus langkah strategis yang diambil oleh beberapa orang yang tergabung dalam BP2DK yang menjadi embrio untuk terus mengggerakkan, membakar serta menggelorakan semangat keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan dan pengembangan desa dan Kawasan.

Gaung dari langkah bijak orang-orang cerdas dalam BP2DK ini, tidak lain bukan untuk mengawasi apalagi mengontrol pemerintah akan tetapi menjadi mitra agar pembangunan dan pengembangan desa dan Kawasan terus melaju pada jalur yang benar, sehingga tujuan awal berdirinya bangsa ini - tetap sesuai dengan apa yang tertulis dalam naskah Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 - sebagai kerangka fundamental lahirnya bangsa ini segera terwujud.

SIDeKa, menorehkan secercah harapan baru untuk mengarahkan gerbong besar bernama Indonesiaagar tetap terarah pada tujuan awalnya dan merealisasikan tujuan tersebut dalam bentuk pemerataan, kemakmuran, keadilan, kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Posisi dan Strategi Pergerakan Pendampingan

keberlangsungan program pendampingan pengembangan Desa dan Kawasan yang digagas BP2DK ini, dimana Pandu menjadi jembatan penghubung antara desa - sebagai bagian terkecil dari pemerintahan - di satu pihak dengan BP2DK sebagai Inisiator, sehingga Pandu merupakan kepanjangan tangan BP2DK diseluruh nusantara, sehingga Ruh dari keberhasilan program ini sangat ditentukan oleh kemampuan seorang Pandu di lapangan. Seorang Pandu tidak cukup hanya bermodal kepandaian, melainkan harus disertai kerja keras, kemauan dan komitmen yang kuat untuk mengubah bangsa ini kearah yang lebih baik, mengubah budaya masyarakat yang acuh, cuek terhadap keberlangsungan jalannya pemerintahan desa menuju masyarakat yang ikut terlibat untuk mengawal, memberi masukan, gagasan dan solusi positif.

Mungkin ada yang berpikir negatif bahkan apriori terhadap gagasan BP2DK ini, namun pandu-pandu diseluruh wilayah Indonesia harus tetap yakin, tetap fokus dengan tugas mulia ini, terus mengasah kemampuan karena mengubah kearah yang lebih baik tidak semudah membalik telapak tangan dan membutuhkan waktu yang tidak singkat.

Adapun beberapa kemampuan yang harus dimiliki, antara lain: 1. Kemampuan dalam menterjemahkan gagasan BP2DK untuk

di implem asikan di lapangan.

2. Kemampuan melakukan Analisis Sosial (AnSos), pemetaan sosial terhadap klasif ikasi masyarakat, sehingga dapat menentukan langkah-langkah yang diambil di lapangan beserta solusi dan antisipasinya.

3. Kemampuan memberikan pemahaman kepada masyarakat akan hak dan kewajibannya terhadap negara / Desa.

4. Kemampuan menejerial, baik memenej dirinya sendiri maupun kelompok-kelompok masyarakat.

Kemampuan tersebut dapat diperoleh seorang pandu tidak serta merta diperoleh dari bangku sekolah / kuliah, melaikan dapat pula dari media sosial, media electronik, gemar membaca, pengalaman di lapangan, ditempah dari organisasi, mengikuti pelatihan-pelatihan, memahami tujuan berdirinya serta tetap berkomunikasi secara kontinyu dengan BP2DK sebagai regulator dan inisiator.

Langkah-langkah percepatan dalam mewujudkan SIDeKa yang bermakna bagi Desa

Rasanya kurang afdzol menunda-nunda inisiatif yang sangat baik dan bermanfaat bagi desa, karena semakin lama program ini dilakukan, maka semakin lama pula waktu yang terbuang, maka BP2DK haruslah memaksimalkan pandu dengan melakukan percepatan Program SIDeKa melalui langkah yang terstruktur dan terencana antara lain :

a. Menjalin komunikasi Struktural

Komunikasi ini dilakukan dengan pemangku dan penentu kebijakan (Camat, Kepala Desa, Lurah)

b. Menjalin komunikasi horizontal

Komunikasi dilakukan dengan tokoh masyarakat (BPD, tokoh masyarakat, Ulama)

c. Menjalin komunikasi dengan pemuda, karang taruna, organisasi masyarakat, organisasi profesional.

Langkah yang kita ambil melalui penjelasan sekaligus memahamkan kepada mereka tentang SIDeka dan apa pula manfaatnya buat desa dan masyarakatnya, bisa dilakukan pula dengan memberi contoh

profil desa yang terkonek dengan desa.id. Penjelasannya bisa dilakukan secara individu maupun berkelompok, bagi mereka yang mengerti akan manfaat SIDeKa maka mereka akan menjadi corong dan akan berpartisipasi secara tidak langsung terhadap percepatan program ini.

“...Sukses dapat dimulai dengan filsafat telor, telor jangan pecah dari luar sebab tidak akan bisa dimanfaatkan, tapi usahakan telor pecah dari dalam itu berarti akan ada kehidupan baru yang mengubah tatanan...” (Gus Das)

Dalam dokumen Sistem Informasi Desa dan Kawasan (Halaman 30-36)