• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIDEKA, HARAPAN BARU

Dalam dokumen Sistem Informasi Desa dan Kawasan (Halaman 152-165)

Akhir-akhir ini desa menjadi pembahasan umum dan menarik di Indonesia. Hal ini erat kaitannya dengan Undang-Undang Desa yang baru saja telah disahkan oleh DPR RI. Selain mengembalikan kedaulatan desa dengan memelihara dan melestarikan seluruh adat- istiadat desa, pokok bahasan yang sangat menarik lainnya adalah tentang otonomi desa beserta anggarannya dan yang tidak boleh luput dari perhatian masayrakat Indonesia adalah adanya Sistem Informasi Desa. Dengan adanya Sistem Informasi Desa, diharapkan seluruh desa di Indonesia bisa terus selalu berinovasi untuk memajukan desanya. Selain itu Negara bisa mengetahui secara langsung kondisi, posisi dan perkembangan desa tersebut. Dengan demikian kehadiran Negara bisa dirasakan oleh seluruh Rakyat di Indonesia, karena Negara mengetahui betul tentang Desa tersebut melalui Sistem Informasi Desa yang di sajikan oleh desa yang bersangkutan.

Sehubungan dengan pentingnya Sistem Informasi Desa maka sangat perlu seluruh desa di Indonesia di fasilitasi untuk bisa

menggunakan system informasi yang murah, mudah, cepat dan akurat. Salah satu Sistem Informasi Desa yang sangat fenomenal adalah SIDEKA (Sistem Informasi Desa Kawasan) yang dilahirkan oleh Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa Kawasan (BP2K) Jakarta. Sistem Informasi ini paling tidak sudah memenuhi kreteria yang sangat di harapkan atau sudah sangat ideal untuk saat ini. Dengan adanya Sideka, maka harapan baru untuk penataan desa ke depan akan semakin baik dan yang penting adalah sebagai salah satu cara untuk menghadirkan Negara ke Desa. Kalau Sideka ini sudah bisa di akses dan digunakan oleh seluruh desa di Indonesia, maka kehadiran Negara di tengah-tengah masayarakat akan semakin terasa. Harapan umum dari masayarakat adalah bagaimana Negara bisa hadir saat dibutuhkan, dan ini bisa dijawab dengan Sideka.

Kehadiran Sideka tentunya sangat berarti bagi seluruh Desa di Indonesia, karena sangat membantu dalam proses percepatan pembangunan yang diharapkan di desa tersebut. Disisi lain, Negara bisa mengetahui secara jelas perkembangan sebuah desa termasuk data potensi yang dimiliki, sehingga Negara bisa dengan cepat memetakan pembangunan secara nasional dengan cepat dan tepat, yang pada akhirnya seluruh pembangunan di nikmati oleh seluruh masayarakat Indonesia. Sideka merupakan salah satu ihtiayar untuk menemukan cara baru dalam menghadirkan Negara di tengah- tengah masyarakat. Oleh karena itu, maka Sideka sangat perlu untuk terus disosialisasikan dan dikembangan serta di sesuaikan dengan perkembangan zaman, sehingga Sideka selalu bisa menjawab dan memebrikan solusi terbaik bagi setiap Desa di Indonesia.

Untuk mengawal Sideka sampai ke Desa-Desa di seluruh Indonesia, mak perlu adanya pendampingan yang terus menerus sehingga SIdeka bisa diterima dengan baik oleh masayarakat desa. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam proses pendampingan

diperlukan seorang pendamping yang tangguh, tahan banting, tidak mudah mengeluh, professional dan bertanggung jawab. Kehadiran pendamping di desa-desa sebagai Tokoh Pandu Desa diharapkan bisa mempercepat kehadiran Sideka di Desa. Pendampingan yang selau dilakukan terus menerus dan berkesinambungan serta terjadwal sangat memudahkan Sideka di di terima oleh seluruh desa di Indonesia. Oleh karena itu maka peningkatan kemampuan pendamping sangat dibutuhkan, seperti kemampuan berbahasa dan berbicara dengan bahasa mereka yang sangat mudah dicerna, kemampuan bernegosiasi dan tidak berbelit- belit, kemampuan menjawab pertanyaan, kemampuan meyakinkan orang, serta kemampuan untuk menjaga penampilan dan sikap.

Pada intinya seorang pendamping harus memiliki kemampuan berorganisasi, manajerial, leadership, skill serta mampu menjadi seorang negosiator dan tim loby yang sangat tangguh. Oleh karena itu maka seorang pendamping memerlukan sebuah panduan tugas- tugas kerja serta kode etik dalam menjalankan tugasnya, sehingga tidak melenceng terlalu jauh dengan apa yang diharapkan. Garis komando sebagai pusat informasi juga harus jelas sehingga dalam keadaan darurat, seorang pendamping bisa memiliki orang yang diajak untuk berkoordinasi, komunikasi, konsultasi serta selalu memberikan alternative-alternatif lain yang memberikan pencerahan kepada pendamping sehingga selalu menemukan cara dan jalan lain menuju ke arah yang telah ditetapkan. Dengan demikian maka Sideka akan terus hidup di seluruh Indonesia dan dengan demikian desa-desa kawasan akan cepat berkembang dan muncul dengan seluruh potensi yang dimiliki.

Langkah-langkah lain yang sangat penting untuk dilakukan dalam proses percepatan Sideka ke desa-desa antara lain :

sehingga betul-betul menjadi menjadi pandu desa

2. Pemberdayaan Pandu Desa yang telah diadakan pembekalan awal terutama tentang penguasaan program Sideka oleh Pandu Desa.

3. Aplikasi Sideka harus cepat dan mudah diakses oleh desa-desa diseluruh Indonesia tentunya dengan biaya murah meriah. 4. Harus ada evaluasi dan koordinasi terus menerus antara Desa,

Pandu Desa dan BP2DK dalam mengawal Sideka, sehingga Desa merasa diayomi, dibina dan diarahkan dalam menggunakan Sideka.

5. Adanya respon yang sangat cepat dalam setiap menerima keluhan dan pengaduan.

Dengan adanya Sideka disetiap desa, maka harapan baru untuk pembangunan desa yang berkelanjutan akan cepat tercapai. Sideka adalah harapan baru untuk menata masayarakat pedesaan di Indonesaia dimasa yang akan dating. Sideka, harapan baru bai Indonesia.

MISRIATUL HIKMAH SPd.I

riyahikmah@yahoo.com [Lamongan – Jawa Timur]

1. Pandangan tentang “Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDeKa)” dalam posisinya sebagai “cara baru” menghadirkan “Negara” sedemikian rupa sehingga “Negara” menempuh jalan benar dalam merealisasi tujuannya.

Pandangan umum yang dapat digarisbawahi sejak disahkannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa memberikan sikap optimisme yang tinggi bahwa telah tiba saatnya desa bergerak sebagai subjek pembangunan yang berdaulat dan masyarakat hokum yang mempunyai ketentuan untuk mengatur, mengurus kepentingan pemerintah, kepentingan masyarakat berdasarkan prakrasa desa tersebut, oleh karena itu desa memiliki ruang kesempatan yang luas untuk tumbuh dan berkembang sebagai kekuatan yang mendorong percepatan pembangunan di Indonesia. Dalam Upaya untuk menempuh jalan pembaruan desa tentunya membutuhkan langkah-langkah untuk memperkuat desa setidaknya kini desa memiliki posisi dan tanggungjawab yang sangat besar. Oleh sebab itu desa berhak atas ruang kesempatan yang lebih luas dalam meningkatkan pelayanan publik yang lebih baik, efektif dan

efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut sudah seharusnya desa kini memulai melakukan pengembangan tata perencanaan, penganggaran, pelaksanaan pembangunan yang akuntabel dan transparan serta di ikuti oleh penguatan kapasitas pemerintah desa sebagai penunjang pelayanan publik termasuk didalamnya hak untuk mendapatkan informasi pembangunan merupakan langkah awal untuk menjadikan desa sebagai subjek pembangunan yang ditandai dengan partisipasi aktif masyarkat desa.

Desa sebagai realitas historis sosio-kultural itu kini beroperasi dalam tata kedaulatan & jurisdiksi tata-negara modern, Desa sebagai komunitas sosio-kultural dan keanggotaan seorang di dalamnya tidak lenyap, namun dalam kedaulatan tata-negara modern dengan „kewarganegaraan (citizenship) sbg identitas keanggotaan, status komunitas sosio-kultural desa secara legalformal “di-absorbsi” dalam bangunan kedaulatan baru ini.

Sedangkan Fungsi pelayanan publik adalah salah satu manfaat dasar dari SIDeKa bagi desa, selain untuk mendukung perencanaan pembangunan desa dan pemetaan potensi/sumber daya desa. Dengan berjalannya fungsi dasar pelayanan publik, diharapkan SIDeKa bisa lebih terkomunikasikan keberadaan dan manfaat layanannya bagi masyarakat desa.

Tujuan umumnya untuk melakukan pengembangan jaringan SIDeka di tingkatan desa pesisir sehingga mampu melasanakan pengembangan teknologi didesa yang bisa di nikmati dan diakses oleh desa, kecamatan dan kabupaten dalam pembuatan berita perkembangan desa tersebut.

Tujuan khusus hasil pengembngan teknologi di tingkat desa mampu dinikamati oleh semua kalangan agar mengerti mengenai perkembangan yang ada di daerah pesisir.

untuk pemetaan wilayah pesisir dan laut dalam pengembangan dan pengelolaan sumberdaya perikanan berdasarkan kapasitas dan daya dukung sumberdaya alam. Sebagai landasan pengaturan manajemen pengelolaan sumber daya perikanan.

Penelitian ini dapat memberikan:

a) Tersedianya data dan informasi menyangkut penggunaan lahan di wilayah pesisir dan laut yang ada pada saat ini, meliputi komoditas, teknologi, potensi pengembangan yang tersedia, serta keberadaan sarana dan prasarana pendukung. b) Memantapkan sistem data base untuk pengelolaan kawasan pesisir dan laut bagi keperluan pemerintah daerah dan pusat serta investor swasta.

c) Memantapkan batas kawasan pesisir dan laut berdasarkan ekosistem untuk berbagai tipe seperti ekosistem tambak, ekosistem mangrove, ekosistem terumbukarang dan ekosistem padanglamun.

d) Gambaran tingkat teknologi yang tepat guna dan sesuai bagi pilihan jenis spesies/komoditi serta komoditi wilayah. e) Menyusun konsep penataan ruang kawasan pesisir untuk

pengembangan pertambakan dan penangkapan ikan. f) Menyusun konsep pengembangan kawasan sentraproduksi

perikanan yang diunggulkan dalam upaya pemerataan pembangunan perikanan dalam artiluas sebagai kegiatan usaha untuk peningkatan nilai tambah produk primer yang dihasilkan.

Dalam UU Desa pasal 86 ayat 2 menyatakan bahwa “Pemerintah wajib mengembangkan sistem informasi desa dan pembangunan kawasan perdesaan” dan pada ayat 6 dinyatakan “Pemerintah Daerah Kabupaten menyediakan informasi perencanaan pembangunan Kabupaten untuk Desa”, dalam hal ini kita

menyaksikan bahwa sesungguhnya Negara diarahkan untuk berpihak pada desa dengan menjadikan desa sebagai wilayah yang memungkinkan masyarakat desa dengan seluruh sumberdaya yang dimilikinya memfungsikan peran strategis dengan menjadi bagian dalam usaha percepatan pencapaian cita-cita proklamasi kemerdekaan. Dalam pengembangan teknologi di tingkatan desa itu masih sangat dibutuhkan bagi masyarakat karena di dalam masayarakat itu masih terdapat banyak sekali potensi yang tidak terpublikasikan sehingga membuat minim bagi mereka mengenai informasi yang dari luar. Dengan adanya pelatihan atau pembuatan informasi yang bertaraf teknologi sangat di inginkan bagi mereka agar bisa memenuhi apa yang belum bisa di lakukan oleh mereka. Adanya bentuk sebuah informasi bahwasannya Masayarakat nelayan untuk Usaha penangkapan ikan laut di Kabupaten Lamongan terpusat di beberapa titik perairan Laut Jawa pada wilayah Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran yang memiliki 5 (lima) Tempat Pendaratan Ikan (TPI), yaitu mulai dari arah timur ke barat (Weru, Kranji, Brondong, Labuhan dan Lohgung). Dilihat dari produksinya paling tinggi adalah Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang mencapai kurang lebih 100 ton/hari, dibandingkan dengan keempat pangkalan pendaratan ikan yang lain yaitu Weru, Kranji, Labuhan dan Lohgung yang hanya mencapai 10 ton/hari agar bisa disampaikan melalui Sisitem Informasi Desa dan Kawasan (SIDeka).

Penyeragaman (bagian menimbang UU No.5 tahun 1979 menyatakan: bahwa sesuai dengan sifat Negara Kesatuan Republik Indonesia maka kedudukan pemerintahan Desa sejauh mungkin diseragamkan, dengan mengindahkan keragaman keadaan Desa dan ketentuan adat istiadat yang masih berlaku untuk memperkuat pemerintahan Desa agar makin mampu menggerakkanmasyarakat

dalam partisipasinya dalam pembangunan dan menyelenggarakan administrasi Desa yangmakin meluas dan efektif),

2. Pandangan tentang posisi dan strategi pergerakan pendampingan, dan karenanya perlu diuraikan kemampuan dasar yang sangat dibutuhkan pandu dan bagaimana cara mendapatkan kemampuan tersebut.

Pandangan tentang posisi pergerakan pendampingan adalah: Untuk mendorong upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa melalui loncatan-loncatan yang signifikan dari “keterisolasian” dengan mendorong optimalisasi sistem informasi dan teknologi, sehingga desa lebih leluasa menggali berbagai potensi sumber daya untuk di kembangkan lebih lanjut melalui hubungan terintegrasi dalam desa, antar desa dan kawasan. Sebagai upaya mendukung pengembangan SIDeKa sekali lagi peran pendamping atau tenaga professional menjadi penting dalam proses tersebut, mengingat kondisi SDM di desa secara umum masih kurang memadai dalam pemanfaatan berbagai perangkat dalam konsepsi SIDeKA. Ada banyak kualifikasi keahlian yang harus dimiliki oleh para pendamping desa seperti penguasaan atas berbagai teknologi informasi yang dibutuhkan dalam konsep SIDeKA, seperti penguasaan pengelolaan informasi desa, penggunaan aplikasi tata kelola pemerintahan desa serta pemanfaatan media sosial dalam mewujudkan transparansi dan keterbukaan informasi pembangunan desa yang partisipatif dan demokratis. Maka kami dibutuhkannya fasilitas bagi para pendamping desa dalam penguatan kapasitas dan peningkatan berbagai keterampilan yang berkaitan dengan program pengembangan SIDeKA, sehingga pada gilirannya para pendampingpun dapat menularkan ilmu dan

pengetahuannya di desa dampingannya masing-masing. Strategi pergerakan pendampingan adalah :

1. Persiapan

Dengan melakukan koordinasi dulu melalui tingkat desa tuk melihat kesiapannya, mengukur kapasita desa supaya bisa dilibatankan dalam pendampingan desa mengenai Sistem Informasai Desa dan Kawasan (SIDeka), khususnya pengembangan teknologi di desa. Kalaupun desa tersebut tidak mau untuk di dampingi, maka sebagai Pandu harus bisa mengkomunikasikan lagi ke desa lainnya dengan sistem cepat dan setelah semua selesai pengoordiniran di tingkat desa maka pandu akan mengkomunikasikan ke pihak kecamatan bahwasannya ada beberapa desa yang akan dilasanakan pendampingan mengenai SIDeka sehingga pemerintah kecamatan mampu mengkoordinir tingkat desa.

2. Pelaksanaan Pendampingan

Sedangkan pelaksanaan pendampingan ada beberapa langkah mulai dari tingkat desa sampai di tingkat kabupaten. Ø Melasanakan Workshop.

Ø Meningkatkan kapsitas warga dan perangkat agar bisa menguasi teknologi informasi desa “menjadi pencari informasi tentang desa”.

Ø Pelatihan pengelolaan website desa dan penggunaan media sosial untuk meningkatkan peran serta masyarakat desa dalam mewujudkan pemerintahan yang transparan dan akuntabel.

Ø Melasanakan Lokakarya di tingkat Kabupaten

Ø Adanya pertemuan forum multistakeholder untuk mempertemukan pemerintah desa dengan pihak

kecamatan dan pihak SKPD yang terkait di tingakatan kabupaten, agar ada kerjasama yang baik dan pemerintah kabupaten lamogan mengetahui kalau desa yang ada di kecamatan tersebut mendapat pendampingan mengenai Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDeka).

Ø Melakukan Pelatihan untuk pengetahuan tentang internet bagi desa.

3. Penguatan Pendampingan

Kemudian kalau langkah-langkah tersebut sudah bisa dilakukan untuk penguatan di tingkat kabupaten sebagai proses tahapan pendampingan. Maka perlunya komunikasi aktif dengan stakeholders dan membuat forum di tingkatan desa agar masyarakat yang ada di desa tersebut tau semua khususnya pemerintah desa dan mulai melakukan pendampingan untuk menggali potensi yang ada desa tersebut dan setelah kegiatan tersebut dilasanakan pandu mulai memahami mengenai desa tersebut sehingga memudahkan kita untuk melakukan pendampingan, memahami mulai dari adat istiadata, ekonomi desanya dan kebijakan atau aturan-aturan yang sudah dibuat oleh desa tersebut, mengetahui berapa masyarakat yang di desa tersebut menjadi nelayan, tambak, petani dan yang berpergian ke luar kota (memahami profil desa). Untuk mendukung program pengembangan SIDeka mengawal pemerintah agar menfasilitasi jaringan internet di tingkatan desa.

Bagaimana cara mendapatkan kemampuan tersebut adalah : Dengan cara belajar mengikuti beberapa pelatihan mengenai strategi pendampingan dan pemahaman tentang desa dengan

melasanakan strategi untuk mengaktifkan kesadaran yang kritis untuk membantu masyarakat dalam melasanakan pembangunan desa maka pendamping membutuhkan beberapa cara :

Ø Pengetahuan dan Pemikiran mendasar mengenai Undang- undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa.

Ø Mengetahui dan memahami tentang sejarah desa (profil desa).

Ø Mengetahui tentang pembangunan dan perkembangan desa. Ø Mengetahui Keterampilan,Sikap dan tata cara /adat istiadat

desa.

Ø Membikin keterampilan dalam pelatihan pengelolaan media informasi desa.

Ø Mendapatkan pelatihan teknologi sistem informasi dan teknologi.

3. Usulan konkret tentang bagaimana melakukan langkah-langkah percepatan dalam mewujudkan SIDeKa yang bermakna bagi desa.

Langkah Percepatan dalam Mewujudkan SIDeka yaitu :

Pada dasarnya data SIDeKa akan melasanakan kemudahan dalam penggunaan sistem informasi bagi desa, terkait dengan kebijakan desa dan strategi untuk pengembangan kawasan desa tersebut. Dengan langkah pecepatan sebagai berikut :

Ø Membangun jaringan di tingkat Desa, Kabupaten dan Provinsi. Ø Melihat kapasitas desa peisir agar bisa mengembangkan

percepatan dalam sistem informasi. Ø Menggali informasi tentang desa pesisir. Ø Mengumpulkan data mengenai desa pesisir.

Ø Berkomunikasi atau koordinasi dengan tingkat desa , kecamatan dan kabupaten.

Ø Memberi pelatihan tentang sistem informasi di desa. Ø Melasanakan sosialisasi mengenai SIDeka di desa. Ø Mewujudkan desa yang maju di sistem informasi. Ø Menguatkan jaringan desa yang sudah ada. Ø Adannya perkembangan infomasi di desa pesisir. Ø Melasanakan Workshop di tingkatan kabupaten.

Dalam pelaksanaan langkah-langkah tersebut maka SIDeka akan lebih mudah lagi untuk dikembangkan dengan adanya bentuk kesadaran masyarakat menempakan sistem informasi sebagai titik penting dalam keseluruhan pergerakan desa untuk membangun desa, perlunya keterampilan dalam menghimpun, mengelolah menggunakan informasi baru dan desa mampu mempurgunakan semua informasi menjadi elmen penting untuk diakses oleh desa sehingga menjadi desa yang bisa maju dan berkembang sehingga sisitem informasi bukan menjadi hal yang asing bagi masyrakat desa. Dalam Konsepsi ditegaskan UU No. 6 tahun 2014 tentang desa, yang menyatakan bahwa desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apa yang kita lihat adalah semangat: (a) menempatkan desa sebagai subyek pembangunan; dan (b) mengakui adanya keberagaman,

Dengan demikian desa mendapatkan ruang kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kenyataan- kenyataan yang ada di desa supaya bisa mengetahui informasi dari kawasan desa yang lain maupun dari pemerintah.

Dalam dokumen Sistem Informasi Desa dan Kawasan (Halaman 152-165)