• Tidak ada hasil yang ditemukan

KHAIRUL ISHAQ

Dalam dokumen Sistem Informasi Desa dan Kawasan (Halaman 133-141)

[Probolinggo – Jawa Timur]

Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDeKa) merupakan sebuah kreasi baru anak bangsa demi untuk menjadikan desa sebagai ujung tombak pembangunan nasional meliputi pembangunan sumberdaya manusia dan sumber daya alam. Keberadaan Sideka menjadi sebuah keniscayaan untuk memberikan nilai tambah pada desa melalui informasi yang bisa dimunculkan selalu dan diupdate setiap saat, sehingga potensi desa akan diketahui oleh masyarakat luar desa dan bahkan masyarakat internasional. Hal ini kemudian akan berdampak ketertarikan para stake holder untuk melakukan kerjasama dengan desa di dalam berbagai hal. Adanya Sideka akan menjadikan desa tidak lagi

terkungkung, terkurung atau terpinggirkan karena kondisi geografis desa, yang jauh dari kota, namun desa akan jauh uncul dipermukaan lewat informasi yang diberikan, desa akan mudah membangun kerja sama dengan desa lain yang mempunyai potensi berbeda dan kepentingan yang sama.

Undang-undang desa yang baru saja dibentuk telah memberikan hawa surgawi bagi desa untuk mengembangkan berbagai potensi desa melalui payung hukum yang dimilikinya.

Disamping akan mendapatkan kucuran dana besar dengan kisaran 1 milyar lebih, dalam Undang-undang Desa disebutkan Sumber pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh Desa berasal dari Badan Usaha Milik Desa, pengelolaan pasar Desa, pengelolaan kawasan wisata skala Desa, pengelolaan tambang mineral bukan logam dan tambang batuan dengan tidak menggunakan alat berat, serta sumber lainnya dan tidak untuk dijualbelikan, akan memberikan keleluasaan bagi desa untuk membangun desa secara mandiri dan bertanggung jawab.

Kendati pemerintah, media cetak, televisi dan media elektronik lainnya sudah banyak menyinggung, mensosialisasikan, dan mempublis keberadaan undang-undang desa, kemudian janganlah diyakini hal tersebut mampu diserap dan dimengengerti secara menyeluruh oleh para stake holder desa, namun perlu sesuatu yang lebih dari sekedar itu, yaitu perlu adanya pendamping desa atau PANDU yang mampu mengerahkan dan mengantarkan desa sesuai dengan harapannya. Seorang PANDU Desa diharapkan mempunyai kemampuan berkomunikasi sesuai dengan bahasa rakyat atau bahasa masyarakat yang ada di desa, dengan demikian Pandu desa dan masyarakat desa akan berbaur dan berkelindan dalam keakraban dan pemikiran demi untuk memajukan desa. Selain itu, seorang PANDU diharapkan juga mampu berkreasi untuk mengupdate kemampuannya di dalam membangun relasi dengan komunitas desa dan para stake holdernya, serta berkreasi dalam mengikuti perkembangan tekhnologi masa kini. Hal ini dapat dilakukan oleh seorang PANDU dengan cara sering berkomunikasi aktif dengan kelompok masyarakat lain diluar masyarakat desa, seperti kelompok bloger, LSM dan lain sebagainya.

Sepandai apapun seorang PANDU untuk berkomunikasi dengan para “pemangku” desa, untuk mengajak desa bergabung

dengan Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDeKa), namun kemudian keberadaan Sideka dirasa tidak ada nilai tambah bagi desa dan warganya, maka bukan tidak mungkin desa akan menjauhi bahkan menolak keberadaan Sidea. Oleh sebab itu Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDeKa sebagai sebuah system pengolahan informasi dari sebuah desa, diharapkan memberikan informasi kepada masyarakat luas akan keberadaan sebuah desa, nantinya akan menjadikan desa lebih maju lewat jalur informasi yang saling bertukar, dan komunikasi yang akan saling dibangun antar desa dan kawasan.

Harapan besarnya adalah suatu potensi yang ada didesa akan diketahui oleh nasyarakat luas, sehingga akan membantu desa dalam mewujudkan cita-cita dan kemakmuran masyarakatnya. Desa akan mampu dikenal dan mengenal masyarakat di luar desa dan kawasan sekitarnya tentang seputar potensi yang bisa dishare kepada desa lainnya. Seorang PANDU diharapkan mampu mengajak masyarakat desa untuk maju bersama dengan cara saling bekerja sama, bergotong royong membangun desa melalui banyak hal, seperti pembangunan Badan Usaha Milik DEsa (BUM Desa) lewat musyawarah desa, melakukan remabug desa untuk menganalisa potensi desa dan lain sebagainya.

KHAIRUNNAS

[Aceh Barat Daya – Aceh]

“Desa adalah ibarat kaki bagi negara,jika kaki lumpuh maka tubuh dan kepala tidakakan maksimal”,begitulah kutipan perkataan Mohammad Yamin dan Soepomo dalam siding BPUPKI sebelum masa Proklamasi Kemerdekaan.Sebagai ‘Kaki’ bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia, Desa tentunya merupakan elemen penting dalam cita-cita mewujudkan Negara Indonesia yang hebat dan tangguh.

Lahirnya Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa sebagai bentuk pengakuan kembali oleh Negara terhadap kedaulatan dan kemandirian Desa harus kita jadikan foundasi untuk memperbaharui Sistem Tata Kelola Negara, yang kita awali dengan membangun Sistem di tingkat Desa. Sistem yang paling terpenting dibutuhkan Desa saat ini adalah suatu Sistem dimana Desa dengan segala kewenangannya dapat mengelola segala informasi potensi asset dan Data yang dimiliki oleh Desa, dan kemudian mengintegrasikannya dengan sistem perencananaan Desa yang tentunya akan menjadi rujukan utama bagi setiap pemangku kebijakan untuk membangunDesa dan Kawasan.

telah mengamanatkan bahwa Pemerintah berkewajiban mengembangkan Sistem Informasi Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan. Merujuk dari isi pasal tersebut, pengembangan Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDeKa) tidak hanya bertumpu pada penyediaan alat berteknologi semata, lebih dari itu,SIDeKa juga harus menjadi cara untuk membangun kualitas masyarakat Desa dan mampu menghadirkan Negara disetiap langkah warga Desa dalam mewujudkan cita-cita mereka.

Gagasan besar SIDeKa sebagai cara baru untuk menghadirkan Negara harus kita maknai sebagai gerakan untuk memberikan kembali kemerdekaan bagi Desa. Terutama kemerdekaan Desa dalam mengelola dan mengembangkan informasi terkait potensi, asset dan data yang dimiliki oleh Desa itu sendiri. Dengan SIDeKa, Desa diharapkan mampu memanfaatkan kekuatan yang mereka miliki untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Misalnya seperti dalam hal optimalisasi penggunaan teknologi informasi, segala informasi tentang asset dan potensi Desa dapat disebarluaskan dengan media Website Desa sehingga dapat menarik minat para pelaku kepentingan yang ingin membangun Desa dan Kawasan.

Dengan demikian, SIDeKa bukan hanya sekedar cara untuk mewujudkan kemandirian Desa, namun jauh daripada itu, SIDeKa adalah suatu kebutuhan mutlak bagi Desa yang ingin membangun satu tatanan di tingkat Desa dan mampu menjadi sumber kesejahteraan bagi warganya.

Posisi dan Strategi Pergerakan Pendampingan

Untuk mencapai semua gagasan besar tersebut, Desa tentunya tidak akan mampu berjalan sendiri dengan segala

keterbatasan dan ketidaktahuannya. Pendampingan terhadap Desa adalah hal penting dalam tujuan pengembangan dan pengelolaan Sistem Informasi Desa dan Kawasan. Kehadiran pendamping atauPanduDesa dan menjadi bagian dari Desa itu sendiri adalah factor utama untuk menumbuhkan kesadaran warga Desa dalam implementasi SIDeKa nantinya. Oleh karena itu, seorang pendamping atau Pandu Desa harus memiliki kemampuan- kemampuan sebagai berikut :

a. Kemampuan memiliki Knowledge (pengetahuan) tentang semua hal yang berkaitan dengan Desa, baik itu mencakup regulasi maupun informasi lainnya.

Seorang PanduDesa yang memiliki pengetahuan luast entang Desa tentunya akan sangat mudah memberi pemahaman dan pencerdasan kepada Desa terkait dengan kewenangan dan hak Desa. Bagi seorang Pandu, kemampuan ini bisa didapatkan dengan cara memperbanyak Diskusi tentang Desa dan memperkaya bahan bacaan yang berkaitan dengan regulasi Desa.

b. Kemampuan Fasilitasi dan Komunikasi. Dalam pergerakan pendampingan, kemampuan ini merupakan hal penting yang harus dimiliki setiap Pandu. Seorang Pandu adalah fasilitator, dan sejatinya fasilitator akan senantiasa hadir bersama dengan Desa dan cerdas dalam mengelola komunikasi dengan setiap pemangku kebijakan mulai dari level Desa hingga Kabupaten. Untuk mendapatkan kemampuan ini, seorang Pandu harus mengasah diri dengan mengikuti ToT tentang fasilitasi dan bisa membangun kepercayaan diri dalam berkomunikasi.

c. Kemampuan Penguasaan Teknologi Informasi yang berkaitan dengan Desa.Ketika seorang Pandu bicara tentang Sistem Informasi, maka sesungguhnya dia telah bicarat entang inovas

iteknologi informasi. Dalam pengembangan SIDeKa, kemampuan ini akan dibutuhkan ketika Pandu dituntut untuk mampu mendemontrasikan tools penting dalam SIDeKa, seperti pengelolaan Website, penggunaan aplikasi Sistem Informasi Desa, manajemen perkantoran online bahkan sampai dengan optimalisasi jejaring social. Kemampuan ini akan didapatkan seorang Pandu dengan carap elatihan Teknologi Informasi dan memperbanyak praktek dalam penggunaan teknologi yang berkaitan dengan Desa.

d. Kemampuan Manajemen Arsip dan Pelaporan. Setiap kegiatan dari proses pendampingan SIDeKa yang dilaksanakan oleh Pandu tentu harus dicatat dan didokumentasikan untuk memudahkan Pandudalam mengelola target dan rencana kegiatan. Manajemen arsip dan Pelaporan akan sangat dibutuhkan Pandu, terutama ketika ada kegiatan yang dilaksanakan bersama mitra yang mengharuskan Pandu menyampaikan Dokumentasi dan laporan pelaksanaan kegiatan di Desa. Kemampuan ini bisa didapatkan Pandu dengan melatih dir untuk terbiasa mencatat dan mendokumentasikan setiap proses dari pendampingan SIDeKa.

Langkah-langkah Percepatan dalam Mewujudkan SIDeKa

T idak ada upaya yang lebih baik selain membangun kesepahaman antara Pemerintah Pusat, Daerah dan Desa dalam mengartikan maksud dan tujuan untuk mewujudkan SIDeKa. Kesepahaman tersebut akan tercapai apabila adanya langkah- langkah sebagai berikut :

mengatur tentang penerapan SIDeKa di seluruh Indonesia dan menjadi pijakan Pemerintah Daerah dan Desa dalam melahirkan regulasi di tingkat lokal.

- Kedua, adanya dukungan infrastruktur dari Pemerintah terkait memaksimalkan fungsi dan tujuan SIDeKa di Desa. Seperti ketersediaan jaringan teknologi informasi dan tools yang memudahkan Desa dalam menjalankan SIDeKa.

- Ketiga, adanya apresiasi dan pengakuan dari Pemerintah terhadap Database (kemiskinan dan social ekonomi) tingkat Desa yang dihasilkan Desa melalui pola partisipatif dan terbuka.

- Keempat, evaluasi dan revitalisasi sistem pendataan yang dilakukan oleh istansi terkait seperti BPS, Kemensos dan Pemerintah Daerah. Serta mengsinergikan Data base yang dihasilkan Desa dengan Data dari instansi tersebut.

- Kelima, menegaskan posisi dan kedudukan Pandu Desa dalam Keputusan Presiden atau Menteri sebagai elemen penting dalam mengembangkan SIDeKa di Desa.

- Keenam, adanya dukungan pendampingan dan fasilitasi dari BP2DK terhadapPandu –Pandu yang memiliki kendala saat bekerja di lapangan.

Semoga dengan segala upaya dan langkah-langkah tersebut di atas, cita-cita kita dalam menjadikan SIDeKa sebagai ‘carabaru’ untuk menghadirkan ‘Negara’ segerat erwujud dan menjadi semangat baru dalam memperkokoh Indonesia.

Dalam dokumen Sistem Informasi Desa dan Kawasan (Halaman 133-141)