• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL DARI PERJANJIAN

C. Akibat Hukum Yang Timbul Dari Perjanjian Simulasi

Dari perjanjian ikatan jual beli antara nyonya EFR dan tuan MY merupakan perjanjian karena sebab yang palsu karena sesungguhnya kenyataan yang merupakan kehendak yang dilakukan para pihak adalah pinjam meminjam uang dan kehendak membeli objek tersebut kembali. Sehingga antara pernyataan dan kehendak tidak sama yang disebut sebagai sebab (causa) yang palsu. Hal ini termasuk dalam perjanjian simulasi relatif, dimana perjanjian ini tetap sah karena telah memenuhi syarat sah suatu perjanjian.

Pasal 1340 KUH Perdata menyatakan bahwa ”perjanjian-perjanjian yang dibuat hanya berlaku di antara para pihak yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu”. Ini berarti bahwa setiap perjanjian, hanya membawa akibat bagi berlakunya ketentuan Pasal

158Umi Mamlu’ul Hikmah, Bambang Sugiri, Sukarmi, Op.Cit, hal. 12

1131 KUH Perdata terhadap para pihak yang terlibat atau yang membuat perjanjian tersebut.159

Semua perjanjian yang telah dibuat dengan sah yaitu telah memenuhi keempat persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata akan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Jadi perjanjian tersebut akan mengikat dan melahirkan perikatan bagi para pihak dalam perjanjian.160

Perjanjian simulasi yang dibuat untuk menutup-nutupi perjanjian sebenarnya dalam perkara di atas yaitu adanya hubungan hutang piutang antara EFR dan MY, dapat pula menyebabkan perjanjian itu tidak terlaksana. Dalam Jika perjanjian yang dibuat tersebut tidak memenuhi salah satu atau lebih persyaratan yang ditentukan Pasal 1320 KUH Perdata, maka perjanjian tersebut terancam batal.

Putusan Mahkamah Agung Nomor 32PK/Pdt/2012 yang menyatakan bahwa perjanjian pengikatan jual beli no. 25 tanggal 27 Februari 2006 adalah sah dan telah memenuhi syarat sah suatu perjanjian sesuai Pasal 1320 KUH Perdata, juga memenuhi baik syarat formil dan materil suatu akta otentik sebagaimana diatur Pasal 1868 KUH Perdata dan dilakukan di hadapan pejabat publik yang berwenang. Yang menjadi batal demi hukum adalah perjanjian sebelumnya yang tidak mempunyai kekuatan mengikat yaitu perjanjian hutang piutang diantara keduanya (EFR dan MD) sebagai suatu perbuatan simulasi. Karena dianggap mengandung suatu sebab yang terlarang dimana syarat subjektif suatu perjanjian terlanggar.

159Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op.Cit, hal. 165

160Ibid, hal.166

perjanjian bersifat simulasi, selama kedua belah pihak secara tertib memenuhi perjanjian, maka semuanya akan berjalan mulus ke arah terlaksanya perjanjian mereka. Jika perjanjian terlaksana dengan baik maka akibat hukumnya pada umumnya hanya berlaku secara internal tanpa melibatkan pihak ketiga.161

a) Pada simulasi absolute (mutlak), pihak ketiga dapat mengadakan reaksi terhadap kontrak yang disimulasikan, karena ia boleh menanggapi kesan yang ditimbulkan oleh pernyataan para pihak. Tetapi biasanya pihak ketiga mempunyai kepentingan untuk berpendirian bahwa kontrak yang diumumkan itu merupakan perbuatan semu dan oleh karena itu tidak sah, sehingga tidak mengakibatkan perubahan di dalam keadaan hukum para pihak.

NH adalah pihak ketiga yang terkena dampak dari sengketa antara EFR dan MY. Erwin Engsun dalam penelitiannya menjelaskan bahwa menjadi permasalahan adalah akibat hukum yang timbul dari perjanjian simulasi tersebut kepada pihak ketiga, yang menurut Imam Sudiyat harus diperhatikan perbedaan antara simulasi obsolute (mutlak) dengan simulasi relatif, yakni :

b) Pada simulasi relatif, bagi pihak ketiga terbuka tiga kemungkinan :

1) Pihak ketiga dapat menanggapi perjanjian yang disimulasikan karena ia dapat menyatakan reaksi atas perjanjian semu yang dapat dipertanggungjawabkan. Pandangan ini sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang. Bagi pihak ketiga yang tampak hanyalah perjanjian yang disimulasikan, sehingga ia dilindungi dari janji-janji yang tersembunyi. Pasal 1873 KUH Perdata menentukan : “Perjanjian-perjanjian menyusul yang diadakan dengan akta / perbuatan tersendiri yang bertentangan dengan perjanjian semula hanya mempunyai bukti bagi para pihak-pihak yang menjadi peserta dalam akta tersebut beserta ahli waris atau yang memperoleh hak, tetapi tidak mempunyai kekuatan hukum terhadap pihak ketiga.”

2) Pihak ketiga dapat menanggapi perjanjian yang disimulasikan jika ia mengetahui sejak semula maupun kemudian. Kebanyakan kemungkinan ini dipandang sebagai akibat langsung dari ketentuan Pasal 1873 KUH Perdata, alat-alat bukti yang bertentangan tidak dapat merugikan pihak

161MU Sembiring, Op.Cit, hal.18

ketiga sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa alat-alat bukti tersebut dapat berpengaruh menguntungkan bagi pihak ketiga.

3) Pihak ketiga yang mengetahui seluruh manipulasi / tipu daya para pihak, dapat menyatakan :

a) Bahwa perjanjian semu sebagai perjanjian yang tidak dikehendaki para pihak – tidak mempunyai kekuatan hukum.

b) Bahwa perjanjian yang disimulasikan itu memang dikehendaki terbukti dari pernyataan timbal balik diantara mereka berdua.162

Pihak ketiga tidak dapat dirugikan dengan adanya perjanjian simulasi ini, hal ini disebabkan karena perjanjian simulasi merupakan perbuatan pura-pura yang tidak diketahui NH sebagai pihak ketiga. Oleh karenanya menurut Pasal 1873 KUH Perdata kepentingan pihak ketiga harus dilindungi. NH sebagai pihak ketiga yang membeli salah satu objek sengketa EFR dan MY turut sebagai tergugat, namun karena perjanjian simulasi berupa utang piutang yang dilanjutkan dengan perngikatan jual beli dianggap tidak memiliki kekuatan hukum dan batal demi hukum sehingga peralihan hak dengan jalan jual beli oleh MY kepada NH tetap sah. Perlindungan hukum bagi NH dapat dilihat dalam Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 7 tahun 2012 butir IX yang telah dijelaskan sebelumnya.

Dalam putusan banding dan kasasi sebelumnya, hakim dianggap kurang cermat dalam memutus suatu perkara disebabkan oleh beberapa hal yang menurut Adami Chazawi dibagi atas 4 (empat) ketentuan yaitu :

1) pertimbangan hukum putusan atau amarnya secara nyata bertentangan dengan asas-asas hukum dan norma hukum.

2) amar putusan yang sama sekali tidak didukung pertimbangan hukum

162 Erwin Engsun, Kekuatan Hukum Akta Notaris Yang Bersifat Simulasi, (Medan : Universitas Sumatera Utara, 2007), hal. 38-39, dipublikasikan.

3) putusan peradilan yang sesat, baik karena kesesatan fakta (feitelijke dwaling) maupun kesesatan hukumnya (dwaling omtrent het recht).

4) pengadilan telah melakukan penafsiran suatu norma yang secara jelas melanggar kehendak pembentuk undang-undang mengenai maksud dibentuknya norma tersebut. 163

Kekhilafan dan kekeliruan nyata tersebut menurut hasil penelitian tim peneliti Mahkamah Agung di bawah koordinasi Djoni Witanto melakukan kajian kepustakaan, ditambah diskusi kelompok terfokus dan wawancara dengan para narasumber. Hasilnya telah dibukukan Puslitbang Hukum dan Peradilan Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung tahun 2015 lalu yang telah melakukan kajian terhadap masalah ini, khususnya dalam perkara perdata menemukan fakta tentang inkonsistensi hakim dalam menggunakan anasir kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata sebagai dasar mengabulkan Peninjauan Kembali (PK).

Inkonsistensi terutama karena perbedaan cara menafsirkan Pasal 67 huruf f Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung (UUMA). Ada yang menghubungkan norma itu dengan norma Pasal 67 huruf a yang berbasis pada kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan. Ada juga inkonsistensi karena tumpung tindihnya alasan ketentuan kasasi dengan Pasal 67 huruf f UUMA. Menurut para peneliti, inkonsistensi menimbulkan ketidakpastian hukum acara perdata mengenai kasasi. Seolah-olah kasasi bukanlah upaya terakhir, melainkan Peninjauan Kembali.164

163Hukum Online, Makna Kekhilafan Hakim atau Kekeliruan Nyata,

Pada perkara antara Tuan MY dan Nyonya EFR tersebut di atas ketidakcermatan hakim dalam putusan terdahulu

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5778a934e3ab2/makna-kekhilafan-hakim-atau-kekeliruan-nyata, diakses pada tanggal 23 April 2018

164Ibid

dapat disimpulkan penulis disebabkan oleh perbedaan cara penafsiran hakim dalam menemukan hukum.

Sehingga dalam pertimbangan hukum Majelis Hakim Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam putusan peninjauan kembali (PK) nomor 32PK/Pdt/2012 telah memenuhi rasa keadilan dimana kepastian hukum atas kepemilikan 3 (tiga) buah objek SHM No.1517, SHM No. 1264 dan SHM No.

478 terletak di Propinsi Jawa Timur, Kota Kediri, Kecamatan Mojoroto sesuai dengan hukum, 1 objek terdaftar atas nama MY dan 2 objek terdaftar atas nama NH serta tidak terdapat kekhilafan hakim maupun kekeliruan nyata dalam memutus.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Dasar pertimbangan hukum Majelis Hakim dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 32PK/Pdt/2012 menyatakan berdasarkan bukti otentik berupa Perjanjian Pengikatan Jual Beli nomor 25 tanggal 27 Februari 2006 yang dibuat di hadapan Notaris DP membuktikan adanya hubungan hukum berupa pengikatan jual beli objek sengketa antara penggugat EFR sebagai penjual dan Tergugat I MY sebagai pembeli dengan harga Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah), sehingga bukti berupa akta otentik tersebut adalah sah karena telah memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian sesuai Pasal 1320 KUH Perdata dan memenuhi baik syarat formil maupun materil sebagai sebuah akta otentik dan memiliki kekuatan pembuktian sempurna di Pengadilan sebagaimana diatur pada Pasal 1868 KUH Perdata. Dengan demikian terdapat cukup alasan hukum bagi Majelis Hakim Mahkamah Agung untuk membenarkan peralihan hak atas tanah dan bangunan ke atas nama MY sebagai pemohon peninjauan kembali. Dalam hal ini putusan Mahkamah Agung No.32PK/Pdt/2012 telah tepat dan benar serta tidak terdapat kekeliruan hakim dalam memutus.

2. Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundang-undangan bertanggung jawab atas kebenaran materiil atas akta notaris yang dibuat di hadapannya meliputi akta yang berisi

keterangan kesepakatan para pihak, keterangan perbuatan hukum dan pembuatan akta disengaja dimaksudkan sebagai bukti. Berdasarkan fakta dalam putusan pengadilan perkara antara EFR dan MY, Notaris DP telah memenuhi ketiga syarat materil diatas dalam pembuatan aktanya, maka pengadilan menyatakan DP tidak dapat dimintakan pertanggung jawabannya atas kerugian yang ditimbulkan. Tanggung jawab DP sebagai Notaris yang dimaksud disini adalah tanggung jawab secara perdata yakni yang menimbulkan kerugian tentang penggantian biaya, rugi dan bunga karena akta notaris yang mengandung cacat hukum karena syarat formil dan materil tidak terpenuhi sehingga dinyatakan akta yang dibuatnya batal ataupun menjadi batal demi hukum. Sebaliknya apabila dapat dibuktikan bahwa seorang Notaris turut serta dalam pembuatan akta bersifat simulasi maka hakim dapat meminta notaris yang bersangkutan untuk membayar ganti rugi, biaya dan bunga sesuai yang dituntut. Bagi seorang Notaris tidak ada kewajiban untuk membuktikan secara materil hal-hal yang dikemukakan para pihak dalam akta yang dibuatnya apabila terjadi gugatan di Pengadilan. Pembuktian materil harus dilakukan oleh pihak yang mengajukan keberatan itu sendiri. Hal ini disebabkan karena akta notaris berisikan keterangan dan pernyataan para pihak dan dibuat atas kehendak para pihak dan notaris hanya mengkonstantir kehendak para pihak yang dituangkan kedalam suatu akta yang bentuknya sudah ditentukan menurut Undang-undang berlaku.

3. Akibat hukum yang timbul dari perjanjian simulasi dalam Putusan Mahkamah Agung No.32PK/Pdt/2012 adalah batal demi hukum atas perjanjian hutang piutang sebagai perjanjian simulasi antara EFR dan MY dan tidak dapat dijadikan suatu alat bukti di Pengadilan. Bahwa perbuatan pura-pura dalam perjanjian tersebut tidak memenuhi syarat sah suatu perjanjian sebagaimana ternyata dalam Pasal 1320 ayat 4 KUH Perdata tentang sebab yang halal, Pasal 1337 KUH Perdata dan Pasal 1338 KUH Perdata. Oleh karenanya EFR tidak dapat menuntut kembali haknya atas 3 (tiga) buah objek yang secara hukum telah beralih ke MY sebagai penerima hak yang sah.

B. Saran

1. Hendaknya putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dapat dilaksanakan sesuai prosedur hukum yang berlaku untuk memberikan kepastian hukum bagi penerima hak yang sah dan memberikan perlindungan hukum bagi siapa saja pembeli beritikad baik. Dan memberikan sanksi tegas terhadap pihak-pihak yang melakukan perbuatan yang bersifat simulasi / topengan yang dapat menimbulkan kerugian pihak lainnya.

2. Hendaknya dalam menjalankan tugas dan jabatannya Notaris sebagai pejabat umum bertindak jujur, amanah dan mandiri sesuai sumpah jabatan sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang Jabatan Notaris (UUJN) dan Kode Etik Notaris. Serta dalam melaksanakan tugas jabatannya harus didasarkan kepada ketentuan perundang-undangan yang berlaku sehingga tidak merugikan pihak lain. Selain itu Notaris dapat menolak membuat akta

dengan alasan yang dianggap patut sesuai perundangan jika terdapat hal-hal yang mencurigakan dan dirasa tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Hendaknya para pihak yang datang menghadap Notaris dalam menyatakan kehendak atas suatu perjanjian memberikan keterangan yang sebenarnya kepada Notaris, tanpa ada yang ditutup-tutupi sehingga apabila terdapat suatu kekeliruan atau hal-hal yang tidak dipahami para pihak, Notaris dapat memberikan penyuluhan hukum dan solusi hukum terbaik untuk menghindari akibat hukum atas penyalahgunaan akta otentik yang dapat menimbulkan kerugian baik perdata maupun pidana.

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku - Buku

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Ahmadi ,Wiratni, Sari Wahjuni, Ahmad S Djoyosugito, 2006, Teknik Pembuatan Akta Notaris, Bandung : Logoz Publishing.

Ashshofa, Burhan, 2008, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Rienika Cipta.

Ansori, Ghofur, Abdul, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia : Perspektif Hukum dan Etik, Yogyakarta : UII Press.

Adjie, Habib, 2008, Hukum Notariat di Indonesia - TafsiranTematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris , Bandung : Refika Aditama.

---, 2009, Menopang Khazanah, Notaris dan PPAT Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti

---, 2013, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Bandung : Refika Aditama

---, 2015, Kompilasi Persoalan Hukum Dalam Praktek Notaris dan PPAT, Surabaya: Bahan Diskusi Notaris PPAT Indonesia.

---, 2016, Kapita Selekta Notaris dan PPAT(1), Surabaya : Indonesia Notary Community (INC).

Badrulzaman, Darus, Maryam, 1983, KUH Perdata Buku III, Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Bandung : Penerbit Alumni.

---, 1986, Menuju Hukum Perikatan Indonesia, Medan : Fakultas Hukum USU.

Budiharso,Teguh, 2006 Panduan Lengkap Penulisan Karya Ilmiah, Skripsi, Thesis dan Disertasi, Yogyakarta : Venus

Budiono, Herlien, 2011, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Bandung : Citra Aditya Bakti.

---, 2012, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata Di Bidang Kenotariatan, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Effendi, Bachtiar, 1993, Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah, Bandung : Alumni.

Fuady, Munir, 2002, Perbuatan Melawan Hukum, Cetakan I, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Harahap, M Yahya, 1986, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung : Alumni.

Harsono, Boedi, 2003, Hukum Agraria Indonesia : Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta : Djambatan.

H.S, Salim, 2004, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.

Ibrahim, Johnny, 2011, Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang : Banyu Media.

Koentjaraningrat, 1991, Pengantar Antropologi, Jakarta: Aksara Baru.

---, 1997, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Kie, Tan Thong, 1994, Serba Serbi Praktek Notaris, Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve

Keraf , Sonny, 1998, Etika Bisnis Tuntunan dan Relevansinya, Yogyakarta : Kanisius.

Lubis, M Solly , 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Madju.

---, 2005, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Madju.

Mertokusumo, Sudikno, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta:

Liberty

Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, 2003, Seri Hukum Perikatan : Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

---, 2003, Seri Hukum Perikatan : Jual Beli, Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada.

---, 2003, Seri Hukum Perikatan : Perikatan Pada Umumnya, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

---, 2007, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Marzuki, Mahmud, Peter, 2006, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana.

---, 2005, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana.

---, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana Pranada Media Group.

Manullang, Fernando, 2007, Menggapai Hukum Berkeadilan Tinjauan Hukum Kodrat dan Antinomi Nilai, Jakarta : Penerbit Kompas.

Marwanto, Rustam, 2011, Pembuatan Akta Pengikatan Jual Beli (Tinjauan Yuridis dan Praktis), Jakarta : Salemba VI, Ghalia Indonesia.

Notodisoerjo, R Soegondo, 1993, Hukum Notariat Di Indonesia, Suatu Penjelasan, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Nasution, S, 2002, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara.

Notodisoerjo, 1982, Hukum Notaril di Indonesia (Suatu Penjelasan), Jakarta : Rajawali Pers

---, 2002 Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta : Bumi Aksara.

Prodjodikoro, Wirjono, 1960, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Cetakan Ke Lima, Bandung : Sumur Bandung.

---, 1974, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Bandung : Sumur.

---, 1988, Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung : Bale Bandung.

Patrik, Perwakhid, 1982, Asas Itikad Baik Dan Kepatuhan Dalam Perjanjian, Semarang : UNDIP

---, 1994, Dasar-dasar Hukum Perikatan (Perikatan yang lahir dari Perjanjian dan dari Undang-undang), Bandung : Mandar Maju.

Prasetyo, Teguh, 2010, Unsur-unsur Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta : Sinar Grafika.

Rahardjo, Satjipto, 1991, Ilmu Hukum, Bandung: Alumni.

Ranuhandoko, I.P.M., 1992 Terminologi Hukum Inggris-Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika.

Rasjidi, Lili dan I.B Wyasa Putra, 1993, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Rachmat, Sutan, 2009, Perlindungan Hukum Terhadap Notaris Berdasarkan UUJN No. 30 Tahun 2004, Jakarta : Pustaka Ilmu.

Subekti, R, 1979, Hukum Perjanjian, Jakarta : Internusa.

---, 1982, Aneka Perjanjian, Bandung: Alumni.

---, 1983, Hukum Perjanjian, Jakarta : Internusa.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1982, Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3ES.

Samidjo, 1985, Pengantar Hukum Indonesia, Bandung : CV.Armico.

Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 1985, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

---, 2003, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Suryabrata, Sumadi, 1989, Metodelogi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Soemitro, Hanitijo, Ronitijo, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Satrio J, 1995, Hukum Perikatan,Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Sunggono, Bambang, 1997, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Saputro, Dwi, Angke, 2008, 100 Tahun Ikatan Nootaris Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sjaifurrachman dan Habib Adjie, 2011, Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta, Bandung: Mandar Maju.

Soeroso, 2011, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Sinar Grafika.

Sugiarto, Said, Umar, 2012, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika.

Syaifuddin, Muhammad, 2016, Hukum Kontrak, Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat, Teori, Dogmatic dan Praktik Hukum, Cetakan Ke II, Bandung : Mandar Maju.

Widjaja, Gunawan dan Kartini Muljadi, 2003, Jual Beli, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

2. Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Dasar Tahun 1945

undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang-undang No. 30 Tahun 2004 Jo Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Instruksi Mendagri nomor 14 Tahun 1982 tanggal 6 Maret 1982

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

3. Sumber lainnya

Putusan Mahkamah Agung Nomor: 32PK/PDT/2012

Engsun, Erwin, 2007, Kekuatan Hukum Akta Notaris Yang Bersifat Simulasi, Medan : Universitas Sumatera Utara, dipublikasikan.

Hikmah, Mamlu’ul, Umi, Bambang Sugiri, Sukarmi, Jurnal Tanggung Jawab Notaris Dalam Membuat Perjanjian Simulasi Yang Berbentuk Akta Notaris Ditinjau Dari Hukum Perjanjian, Universitas Brawijaya, di Publikasi.

Hukum Pedia : Akibat Hukum, http://hukumpedia.com/index.php?title=Akibat hukum,diakses tanggal 20 Juli 2017.

Hukum Online, Makna Kekhilafan Hakim atau Kekeliruan Nyata,

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5778a934e3ab2/makna-kekhilafan-hakim-atau-kekeliruan-nyata, diakses pada tanggal 23 April 2018

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990, (Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Balai Pustaka.

Koto, Ikama, Filsafat Ilmu : Penalaran, Logika, Deduktif, Induktif, Ikamakoto.worldpress : https://ikamakoto.wordpress.com/kuliah-ku/filsafat-ilmu/c-penalaran-logika-deduktif-induktif-dan-metode-ilmiah/, diakses pada tanggal 14 September 2017

Makalah Pembekalan Dan Penyegaran Pengetahuan Ikatan Notaris Indonesia, (Solo : 2018)

Sembiring, M.U, 1999, “Simulatie (Schjinhandeling – Perbuatan Semu)”, Makalah yang disampaikan pada Dies Natalis Fakultas Hukum ke 45 &

Program Pendidikan Notaris ke 30.

Sanusi, Pengertian Perjanjian dan Unsur Perjanjian, Tabir Hukum,

http://tabirhukum.blogspot.co.id/2016/12/pengertian-perjanjian-dan-unsur.htmldiakses pada tanggal 2 Maret 2018

Puspa, Pramadya,Yan, 1977, Kamus Hukum Lengkap, Semarang : Aneka Ilmu.

Wawancara

Hasil wawancara dengan Rosniaty Siregar, Notaris Kota Medan, tanggal 28 Maret 2018

Hasil wawancara dengan Tony, Notaris Kota Medan, tanggal 28 Maret 2018 Hasil wawancara dengan Syafnil Gani, Notaris Kota Medan, tanggal 27 April

2018