• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Metode Penelitian

2. Sumber Data

Penelitian ini meliputi penelitian terhadap sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen terkait dan beberapa buku serta melakukan wawancara kepada beberapa narasumber mengenai perjanjian simulasi, tanggung jawab notaris dan akibat hukum dari perjanjian simulasi tersebut..

Sumber data dalam penelitian menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelaahan kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah

47 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 118.

48BurhanAshshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rienika Cipta,2008), hal. 27

atau materi penelitian yang sering disebut sebagai bahan hukum. Data sekunder berasal dari penelitian kepustakaan (Library Research) yang diperoleh dari :

a. Bahan Hukum Primer

Yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian diantaranya adalah norma/peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan sebagaimana yang terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris juncto Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, Undang-undang no. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 32PK/PDT/2012 dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Semua dokumen yang merupakan informasi, atau kajian yang berkaitan dengan akibat hukum terhadap perjanjian simulasi pada akta jual beli untuk mendukung bahan hukum primer antara lain mencakup:

1) Abstrak 2) Indeks 3) Bibliografi 4) Buku – buku

5) Dokumen – dokumen resmi

6) Hasil – hasil penelitian yang berwujud laporan49 c. Bahan Hukum Tertier

Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang, pada dasarnya mencakup : 1) Bahan-bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang lebih dikenal dengan nama bahan acuan bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum. Contohnya misalnya abstrak perundang-undangan, bibiografi hukum, direktori pengadilan, ensiklopedia hukum, indeks majalah hukum, kamus hukum, dan seterusnya.

2) Bahan-bahan primer, sekunder dan penunjang (tertier) diluar bidang hukum, misalnya yang berasal dari bidang sosiologi, ekonomi, ilmu politik, filsafat dan lain sebagainya, yang oleh para peneliti hukum dipergunakan untuk melengkapi ataupun menunjang data penelitiannya.50 3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu : a. Studi Kepustakaan (Library Research)

adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka untuk memperoleh data sekunder berupa buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundangundangan. Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut :

49 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1985), hal. 35

50Ibid, hal. 41

1) Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang relevan degan objek penelitian.

2) Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel- artikel media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundangundangan.

3) Mengelompokan data-data yang relevan dengan permasalahan.

4) Menganalisis data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi objek penelitian.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Yaitu melakukan wawancara yang akan digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian. Data tersebut diperoleh dengan wawancara yang dilakukan langsung kepada narasumber, dalam hal ini kepada 3 (tiga) orang Notaris senior di Kota Medan yaitu Rosniaty Siregar, Syafnil Gani dan Tony dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara dan dilakukan secara bebas dan terarah agar mendapatkan informasi yang lebih fokus dengan masalah yang diteliti.51

4. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dan dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan :

a. Studi dokumen yaitu dengan melakukan inventarisasi dan sistemasi literatur yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Yang digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan membaca, mempelajari, meneliti,

51Ronitijo Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 1990), hal. 63

mengidentifikasi dan menganalisis data sekunder yang berkaitan dengan objek penelitian.52

b. Pedoman wawancara yaitu dengan melakukan penyusunan naskah pertanyaan-pertanyaan yang terkait untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Dan hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai informan atau narasumber dari pihak yang terkait sehingga diperoleh data yang diperlukan sebagai data pendukung dalam penelitian ini yaitu 3 (tiga) orang Notaris senior di Kota Medan.

5. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan menggunakan data dalam pola, katagori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.53

Salah satu jenis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah analisis data kualitatif, yakni analisis data yang tidak mempergunakan angka-angka tetapi berdasarkan atas peraturan perundang-undangan, pandangan-pandangan, pendapat para ahli, narasumber hingga dapat menjawab permasalahan dari penelitian ini.

penelitian kualitatif adalah berupa penelitian dengan metode atau pendekatan studi kasus (Case Study). Sebagai sebuah studi kasus maka data yang dikumpulkan berasal dari berbagai sumber dan hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diselidiki.

52Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hal. 52

53 Johnny Ibrahim, Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,(Malang : Banyu Media, 2011), hal. 28

Penelitian case study dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah, keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given).

Sebelum dilakukannya analisis, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang dikumpulkan. Disusun secara sistematis, diolah dan diteliti serta dievaluasi. Kemudian data dikelompokkan atas data sejenis, untuk kepentingan analisis, sedangkan evaluasi dan penafsiran dilakukan secara kualitatif yang dicatat satu persatu untuk dinilai kemungkinan persamaan jawaban. Oleh karena itu data yang telah dikumpulkan kemudian diolah, dianalisis secara kualitatif dan diterjemahkan secara logis sistematis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan logika berpikir induktif. Metode induktif merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum dari berbagai kasus yang bersifat individual, selain itu metode induksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengn jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum atau bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman atau pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus.54

54 Ikama Koto, Filsafat Ilmu : Penalaran, Logika, Deduktif, Induktif, Ikamakoto.worldpress: https://ikamakoto.wordpress.com/kuliah-ku/filsafat-ilmu/c-penalaran-logika-deduktif-induktif-dan-metode-ilmiah/, diakses tanggal 14 September 2017

BAB II

DASAR PERTIMBANGAN HUKUM MAJELIS HAKIM MAHKAMAH AGUNG DALAM PUTUSAN MA NO. 32PK/PDT/2012 TENTANG

PERJANJIAN SIMULASI JUAL BELI TANAH

D. Kronologi Kasus Perkara Perjanjian Simulasi Jual Beli Tanah Dalam Putusan Mahkamah Agung No. 32PK/Pdt/2012

Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 32PK/Pdt/2012 bahwa pada hari Senin tanggal 27 Februari 2006 antara EFR dan MY pernah mengadakan perjanjian pengikatan jual beli nomor 25 atas 3 (tiga) buah objek bidang tanah yang masing-masing diatasnya berdiri bangunan rumah sebagaimana disebut dalam sertifikat hak milik (SHM) nomor 1517/Desa Bandar Kidul, sertifikat hak milik (SHM) nomor 1264/Desa Bandar Kidul, sertifikat hak milik (SHM) nomor 478/Desa Tinalan, ketiganya terletak di Propinsi Jawa Timur, Kota Kediri, Kecamatan Mojoroto yang seluruhnya terdaftar atas nama penggugat EFR.

(selanjutnya disebut objek sengketa 1, 2 dan 3).

Objek yang dipersengketakan tersebut diikatkan dengan harga dan ganti rugi pengosongan atas tanah dan/atau bangunan seluruhnya sebesar Rp.

150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah). Bahwa perjanjian tersebut sebenarnya adalah sebagai kepura-puraan semata. Kesepakatan yang sebenarnya adalah antara penggugat EFR dan suaminya MD meminjam uang kepada tergugat MY sebesar Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah).

Rencananya uang tersebut dipergunakan untuk mengambil atau menebus ketiga sertifikat atas objek sengketa yang pada saat dibuat perjanjian ikatan jual beli tersebut masih terikat sebagai jaminan hutang di Bank BNI. Yang selanjutnya ketika ketiga objek sengketa tersebut ditebus dari Bank BNI, maka objek sengketa

SHM nomor 1517/Desa Bandar Kidul dan sertifikat hak milik (SHM) nomor 1264/Desa Bandar Kidul akan diagunkan kembali ke Bank Muammalat, sedangkan objek sertifikat hak milik (SHM) nomor 478/Desa Tinalan akan dijual.

Uang hasil mengagunkan kembali ke bank Muammalat atas 2 (dua) objek sengketa dan sebuah objek yang akan dijual nantinya untuk mengembalikan hutang sebesar Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) kepada tuan MY. Selanjutnya setelah perjanjian ikatan jual beli dibuat di hadapan turut tergugat notaris DP, penggugat EFR dan MD bersama-sama tergugat MY pergi ke bank BNI untuk mengambil / menebus objek sengketa tersebut. Setelah ketiga objek hak milik tersebut ditebus/diambil maka sejak saat itu pulalah seluruh sertifikat dipegang oleh tergugat MY.

Setelah dari Bank BNI tersebut para penggugat dan tergugat MY pergi ke Bank Muammalat dengan tujuan mengagunkan objek sengketa 1 dan 2 akan tetapi pada waktu itu belum dapat terealisasi karena diperlukan adanya roya terlebih dahulu terhadap objek sengketa 1 dan 2. Namun kemudian setelah dari Bank Muammalat tergugat MY sudah sulit dihubungi dan tidak pernah lagi dapat diajak untuk melanjutkan rencana mengagunkan objek sengketa 1 dan 2 kepada Bank Muammalat. Sedangkan ketiga sertifikat atas objek sengketa tetap dipegang oleh tergugat MY. Sampai akhirnya ada penolakan / pembatalan dari Bank Muammalat dikarenakan persyaratan berkaitan dengan roya atas sertifikat objek sengketa 1 dan 2 tidak terpenuhi.

Bahwa karena adanya kekhawatiran disalahgunakannya perjanjian pengikatan jual beli nomor 25 tanggal 27 Februari 2006 oleh tergugat MY, maka

penggugat EFR dan MD mengadakan pemblokiran kepada turut tergugat Badan Pertanahan Nasional (BPN) setempat agar terhadap ketiga objek sengketa tidak dipindahtangankan.

Namun kenyataannya walau telah dilakukan pemblokiran terhadap objek sengketa tersebut, tergugat MY dengan dibantu oleh BPN tetap melanjutkan proses pemindahtanganan ketiga objek sengketa dan mendaftarkan peralihan hak tersebut kepada turut tergugat notaris DP berdasarkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli dikarenakan dalam perjanjian tersebut harga jual beli yang disepakati telah dibayar lunas maka pemberian kuasa untuk menjual / mengalihkan hak atas tanah-tanah tersebut kepada diri sendiri maupun pihak lain yang diberikan dalam rangka suatu perjanjian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perjanjian ikatan jual beli. Sehingga akhirnya ketiga sertifikat atas objek sengketa berubah menjadi atas nama tergugat MY. Tergugat MY kemudian menjual objek sengketa 1 dan 2 kepada turut tergugat NH, sedangkan objek sengketa 3 masih dimiliki tergugat MY.

Merasa dirugikan oleh tergugat MY dan turut tergugat DP selaku Notaris/PPAT dan turut tergugat BPN maka para penggugat EFR dan tuan MD mengajukan gugatan ke Pengadilan. Hasil putusan pengadilan dalam setiap tingkatan adalah sebagai berikut :

1) Tingkat I di Pengadilan Negeri Kediri dengan Putusan No.

18/Pdt.G/2007/PN.Kdr Tanggal 30 Januari 2008

Peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan putusan dalam perkara gugatan antara EFR dan MD sebagai para penggugat melawan MY (tergugat I),

DP (tergugat II), NH (tergugat III), untuk selanjutnya disebut para tergugat. Dan Badan Pertanahan Nasional Kota Kediri (BPN) sebagai turut tergugat. Hakim dalam putusannya menyatakan menolak gugatan para penggugat seluruhya dan menghukum para penggugat untuk membayar biaya perkara. Hakim berpendapat:

a. bahwa para penggugat tidak mempunyai kedudukan / hak mengajukan gugatan sebagai para penggugat mengingat tergugat I dan II sudah tidak mempunyai hubungan hukum dengan penggugat yang terkait dengan objek gugatan.

b. Bahwa gugatan para penggugat terhadap tergugat I dan II, adalah obscuur libeli, karena gugatan para penggugat tidak jelas, karena posita

(fondamentum pitendi) tidak menjelaskan dasar hukum (rechts grond) yang mendasari gugatan, dengan demikian dalil gugatan tidak memenuhi asas jelas dan tegas dan dalam perkara ini alamat tergugat III dalam surat gugatan tidak benar, artinya tergugat III tidak bertempat tinggal di alamat tersebut, akan tetapi bertempat tinggal di alamat lain, dengan demikian gugatan para penggugat yang ditujukan kepada tergugat III adalah obscuur libeli / kabur.

c. Bahwa gugatan para penggugat tidak lengkap (plurium ltis consortium) mengingat dalam posita perkara ini para penggugat telah mengakui bahwa objek sengketa 1 dan 2 dalam surat gugatan telah dipindah tangankan kepada pihak ke-3, dengan demikian ada pihak yang seharisnya ditarik sebagai tergugat dalam perkara ini yaitu PPAT sebagai pejaat yang mengakibatkan beralihnya hak milik tergugat I kepada pihak

lain, hal sesuai Yurisprudensi MA RI tanggal 25 Mei 1977 Nomor 621K/Sip/1975, yang intinya adanya orang / pihak yang dapat ditarik sebagai tergugat jika tidak diikut sertakan, maka gugatan masuk katagori tidak lengkap (plurium litis consortium).

2) Tingkat Banding di Pengadilan Tinggi Surabaya dengan Putusan No.

192/Pdt/2008/PT.SBY tanggal 7 Juli 2008

Hakim dalam putusannya pada peradilan tingkat banding antara para penggugat EFR dan MD melawan para tergugat MY (tergugat I), DP (tergugat II), NH (tergugat III), dan Badan Pertanahan Nasional Kota Kediri (BPN) sebagai turut tergugat menyatakan menerima permohonan banding dari kuasa para penggugat – pembanding (EFR dan MD) dan membatalkan putusan pengadilan Negeri Kediri tanggal 30 Januari 2008 No. 18/Pdt.G/2007/PN.Kdr yang dimohonkan banding. Hakim menyatakan :

a. Mengabulkan gugatan penggugat – pembanding untuk sebagian;

b. Menyatakan perjanjian ikatan jual beli No. 25 tanggal 27 Februari 2006 adalah batal;

c. Menyatakan para tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum;

d. Pemindah tanganan ketiga objek sengketa dari penggugat I kepada tergugat I adalah tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum;

e. Menyatakan perbuatan balik nama terhadap objek sengketa dari atas nama penggugat I kepada tergugat I adalah tidak sah dan tidak mempunyaai kekuatan hukum;

f. Pemindah tanganan objek sengketa 1 dan 2 dari tergugat I kepada tergugat III adalah tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum;

g. Menyatakan ketiga objek sengketa adalah Hak Milik Penggugat I;

h. Menghukum para tergugat atau siapa saja yang memperoleh hak dari padanya untuk menyerahkan objek sengketa, demikian pula termasuk ketiga SHM atas objek sengketa tersebut kepada para penggugat dalam keadaan kosong dengan tanpa syarat apapun serta bebas dari beban tanggungan pada pihak lain dan apabila perlu dengan bantuan polisi;

i. Menghukum para tergugat secara tanggung renteng untuk membayar biaya perkara ini pada kedua tingkat peradilan;

j. Menolak gugatan para penggugat – pembanding untuk selebihnya.

k. Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Kediri no.

18/Pdt.G/2007/PN.Kdr tanggal 30 Januari 2008.

3) Tingkat Kasasi di Mahkamah Agung dengan Putusan No. 661 K/Pdt/2009 tanggal 28 Februari 2011.

Hakim dalam putusannya pada tingkat Kasasi pada perkara antara para pemohon Kasasi dahulu para tergugat terbnding yaitu MY, DP dan NH melawan EFR dan MD sebagai para termohon kasasi dahulu para penggugat / pembanding dan Badan Pertanahan Nasional Kota Kediri (BPN) sebagai turut termohon kasasi dahulu turut tergugat / terbanding menyatakan menolak permohonan kasasi dari Pemohon kasasi MY, DP dan NH tersebut. Dan menghukum para pemohon kasasi

/ para tergugat untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi. Dalam hal ini Majelis Hakim menyatakan :

a. bahwa alasan-alasan yang diajukan pemohon kasasi tidak dapat dibenarkan karena judex facti tidak salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku dan mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan dalam tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya kesalahan dalam penerapan hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku, adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan Perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan atau bila Pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas wewenangnya, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Undang-Undang tentang Mahkamah Agung (UU No. 14 Tahun 1985) sebagaimana yang telah diubah dengan UU No. 5 Tahun 2004 dan UU No. 3 Tahun 2009);

b. bahwa perjanjian yang terjadi antara Pemohon Kasasi dengan Termohon Kasasi pada hakekatnya adalah pinjam meminjam uang sebesar Rp.

150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) bukan jual beli SHM No.

1517, 1264 dan 478 atas nama Penggugat I (EFR) disertai surat kuasa mutlak yang dilarang berdasarkan instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1982;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, ternyata bahwa putusan judex facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau

undang-undang, maka pemohon kasasi yang diajukan oleh para Pemohon Kasasi MY dan kawan-kawan tersebut harus di tolak.

4) Tingkat Peninjauan Kembali (PK) di Mahkamah Agung dengan Putusan No.

32 PK/Pdt/2012 tanggal 29 Juni 2012.

Hakim dalam putusannya pada tingkat Peninjauan Kembali (PK) pada perkara antara para Pemohon Peninjauan Kembali dahulu para Pemohon Kasasi yaitu MY dan NH melawan EFR dan MD sebagai para termohon Peninjauan Kembali dahulu para termohon kasasi/para penggugat/para pembanding dan DP serta Badan Pertanahan Nasional Kota Kediri (BPN) sebagai turut termohon Peninjauan Kembali dahulu pemohon kasasi dan turut termohon kasasi/ tergugat II dan turut tergugat/ terbanding dan turut terbanding menyatakan mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali MY dan NH tersebut. Membatalkan putusan Mahkamah Agung No. 661K/Pdt/2009 tanggal 28 Februari 2011 dan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya No.

192/Pdt/2008/PT.SBY tanggal 7 Juli 2008 dan menolak eksepsi tergugat I, tergugat II dan tergugat III dan turut tergugat seluruhnya. Dalam hal ini Majelis Hakim menyatakan :

a. Mengabulkan permohonan permohonan para pemohon Peninjauan Kembali;

b. Menolak gugatan para Penggugat seluruhnya;

c. Menghukum para termohon peninjauan kembali / para penggugat untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan yang dalam pemeriksaan peninjuan kembali ini.

B. Dasar Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Mahkamah Agung RI dalam Putusan No.32PK/Pdt/2012

Perkara ini menunjukkan bahwa terdapat bukti baru adanya surat pernyataan bawah tangan yang berisi termohon peninjauan kembali EFR dan suaminya MD dahulu para penggugat telah menjual rumah dan tanah kepada MY sebagai pemohon peninjauan kembali dan dihadiri saksi-saksi yang hakikatnya adalah pinjam meminjam uang sebesar Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah). Terdapat pula surat perjanjian antara EFR dahulu para penggugat dengan pemohon peninjauan kembali MY yang isinya bahwa termohon peninjauan kembali EFR bersedia membeli kembali ketiga sertifikat objek sengketa seharga Rp. 260.000.000 (dua ratus enam puluh juta rupiah). Akan tetapi tidak pernah terjadi pembelian kembali atas ketiga objek tersebut, yang dengan demikian atas ketiga objek sengketa masih terdaftar atas nama pemohon peninjauan kembali dahulu tergugat yaitu MY dan NH. Sehingga dalam hal ini Majelis Hakim menyimpulkan dalam aktaPerjanjian pengikatan jual beli tersebut tidak ada kehendak hutang piutang antara pemohon peninjauan kembali dan pihak termohon peninjauan kembali sebagaimana putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 661K/Pdt/2009.

Pencatatan data pendaftaran tanah dari BPN Kota Kediri menegaskan bahwa Sertifikat Hak Milik objek sengketa 1 dan 2 di Kelurahan Bandar Kidul serta objek sengketa 3 di Kelurahan Tinalan telah dilaksanakan pencatatan peralihan haknya kepada MY dan dengan demikian dalam perkara ini pemohon peninjauan kembali adalah pemilik sah dari tanah dan rumah Sertifikat Hak Milik objek sengketa 1,2 dan 3 tersebut.

Bukti lainnya bahwa pemohon peninjauan kembali telah membayar harga pembelian atas ketiga objek sengketa Sertifkat Hak Milik tersebut untuk kepentingan para termohon peninjauan kembali EFR dan MD sebesar Rp.

151.669.669 melalui Bank BNI. Dengan demikian jelas telah terjadi jual beli terhadap ketiga objek sengketa yang dikuatkan dengan tiga buah Akta Jual Beli yang dibuat di hadapan turut tergugat DP, Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagai dasar peralihan ketiga objek sengketa. Oleh karenanya Majelis Hakim menyatakan sah dan tidak ada perbuatan melawan hukum yang dilakukan pemohon peninjauan kembali.

Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Timur di Surabaya nomor 192/Pdt/2008/PT.Sby dan putusan Kasasi Mahkamah Agung Republik Indonesia nomor 661K/Pdt/2009 dan terdapat suatu kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata dalam pertimbangan hukum kasasi yang menyatakan bahwa perjanjian yang terjadi adalah pinjam meminjam uang yang disertai surat kuasa mutlak yang mengatur pemberian kuasa dengan mengadakan pemindahan hak atas tanah secara terselubung dengan menggunakan bentuk kuasa mutlak yang adalah suatu bentuk

perbuatan hukum yang mengganggu usaha penerbitan status dan penggunaan tanah sehingga perlu untuk segera dicegah, yang dalam hal ini dilarang berdasarkan instruksi Menteri Dalam Negeri nomor 14 tahun 1992.

Pertimbangan tersebut disebabkan oleh karena peralihan hak ketiga sertifikat objek sengketa kepada pemohon peninjauan kembali MY telah dilakukan di hadapan pejabat publik yaitu di hadapan DP, turut termohon peninjauan kembali selaku Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Pasal 37 ayat (1) yang menyatakan bahwa “untuk peralihan hak atas tanah diperlukan suatu akta otentik yang dibuat oleh seorang pejabat umum yang disebut dengan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang diangkat oleh pemerintah.”

Dalam perkara ini kuasa yang dimaksud di atas tidak dikategorikan sebagai kuasa mutlak karena kuasa tesebut diberikan untuk kepentingan penerima kuasa yang tidak terpisahkan dari suatu perjanjian dan bukan merupakan suatu surat kuasa mutlak yang berdiri sendiri sebagaimana dimaksud Instruksi Menteri

Dalam perkara ini kuasa yang dimaksud di atas tidak dikategorikan sebagai kuasa mutlak karena kuasa tesebut diberikan untuk kepentingan penerima kuasa yang tidak terpisahkan dari suatu perjanjian dan bukan merupakan suatu surat kuasa mutlak yang berdiri sendiri sebagaimana dimaksud Instruksi Menteri