• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TANGGUNG JAWAB NOTARIS JIKA ADANYA

C. Tanggung Jawab Notaris Jika Adanya Keputusan Pengadilan

1. Peran Dan Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta

Notaris dalam menjalankan tugas dan kewenangannya sebagai pejabat publik memiliki ciri utama yaitu dalam kedudukannya tidak memihak dan mandiri. Notaris memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pembuatan

86ibid

akta otentik sebagai bentuk perbuatan hukum para pihak yang berkepentingan dalam bentuk tertulis. Hakekatnya seorang notaris hanya merekam secara tertulis apa yang menjadi kehendak para pihak. Oleh karena itu, akta otentik tidak menjamin bahwa pihak-pihak “berkata benar”. Tetapi yang dijamin oleh akta otentik adalah pihak-pihak “berkata benar” seperti yang termuat di dalam akta perjanjian mereka.87

1) Notaris mempunyai kewenangan untuk melakukan penyuluhan hukum berkaitan dengan akta yang dibuatnya (Pasal 15 ayat 2 huruf e UUJN)

Notaris dalam melaksanakan kewenangannya tidak menutup kemungkinan bahwa akta otentik yang dibuatnya dapat mengandung cacat hukum. Untuk menghindari cacat hukum, notaris menggunakan 2 (dua) indikator yaitu :

2) Notaris wajib menolak membuat akta jika keterangan dan atau data-data formal yang disampaikan bertentangan dengan aturan hukum (Pasal 16 ayat 1 huruf d UUJN).

Notaris selaku pejabat umum bertanggung jawab atas kebenaran materiil terhadap suatu perjanjian simulasi dalam bentuk akta notaris dibedakan menjadi 4 (empat) poin yaitu :

a) Tanggung jawab notaris terhadap kebenaran materiil dalam membuat perjanjian simulasi yang berbentuk akta otentik secara perdata;

b) Tanggung jawab notaris terhadap kebenaran materiil dalam membuat perjanjian simulasi yang berbentuk akta otentik secara pidana;

c) Tanggung jawab notaris terhadap kebenaran materiil dalam membuat perjanjian simulasi yang berbentuk akta otentik berdasarkan Undang-undang Jabatan Notaris;

87Sjaifurrachman dan Habib Adjie, Op.Cit, hal. 65

d) Tanggung jawab notaris secara moral dan etika terhadap kebenaran materiil dalam membuat perjanjian simulasi yang berbentuk akta otentik berdasarkan Kode Etik Notaris.88

a) Tanggung jawab notaris terhadap kebenaran materiil dalam membuat perjanjian simulasi yang berbentuk akta otentik secara perdata

Tanggung jawab hukum secara perdata terhadap kebenaran materiil atas akta yang dibuat oleh notaris tidak dapat dilepaskan dari unsur perbuatan melawan hukum. Suatu perbuatan dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum apabila perbuatan tersebut melanggar hak orang lain, bertentangan dengan aturan hukum, kesusilaan dan kepatuhan. Perbuatan melawan hukum dapat pula diartikan sebagai suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum dimana akibat perbuatan tersebut ada yang disengaja dan ada pula yang tidak disengaja oleh pihak yang membuatnya.89

a. Adanya perbuatan;

KUH Perdata mengatur perbuatan melawan hukum dalam Pasal 1365 yang menyatakan bahwa “tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Dalam Pasal tersebut suatu perbuatan dikatakan melawan hukum apabila terpenuhi 4 (empat) unsur pokok, yaitu :

b. Adanya unsur kesalahan;

c. Adanya kerugian yang diderita;

88Abdul Ghofur Ansori, Lembaga Kenotariatan Indonesia : Perspektif Hukum dan Etik, (Yogyakarta : UII Press, 2009), hal. 34

89Teguh Prasetyo, Unsur-unsur Perbuatan Melawan Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010), hal. 3

d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.90

Perbuatan melawan hukum dapat dilakukan baik sengaja, tidak sengaja ataupun lalai. Pasal 1366 KUH Perdata menyatakan bahwa “setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang kehati-hatian”.

Sehingga dalam hal ini perjanjian simulasi dalam akta notaris sepanjang tidak menimbulkan kerugian bagi para pihak maka notaris tidak dapat diminta tanggung jawab perdatanya.

Sebaliknya jika suatu putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap menyatakan akta notaris yang berkekuatan pembuktian yang sempurna, mengandung cacat hukum, karena syarat-syarat formil dan materil dari prosedur pembuatannya tidak terpenuhi, sehingga menjadi akta di bawah tangan atau dinyatakan batal ataupun menjadi batal demi hukum, dan mengakibatkan suatu kerugian, maka terhadap hal tersebut Notaris / PPAT wajib bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Ganti rugi atas kasus karena perbuatan melawan hukum diatur dalam Buku Ke III Bagian Keempat tentang penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan yaitu dalam Pasal 1243 sampai dengan Pasal 1252 KUH Perdata.

90Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum, Cetakan I, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 3

b) Tanggung jawab notaris terhadap kebenaran materiil dalam membuat perjanjian simulasi yang berbentuk akta otentik secara Pidana.

Undang-undang Jabatan Notaris (UUJN) tidak mengatur secara pidana terhadap kebenaran materiil dalam akta yang dibuat oleh notaris. UUJN hanya mengatur sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh notaris terhadap UUJN, sesuai Pasal 84 UUJN sanksi tersebut dapat berupa akta yang dibuat oleh notaris tersebut tidak memiliki kekuatan sebagai akta otentik atau hanya mempunyai kekuatan sebagai akta di bawah tangan. Sedangkan Pasal 85 UUJN menyatakan terhadap notaris yang bersangkutan dapat diberikan sanksi berupa teguran hingga pemberhentian dengan tidak hormat.

Keterangan palsu yang disampaikan oleh para pihak yang dituangkan oleh notaris ke dalam suatu akta adalah menjadi tanggung jawab para pihak itu sendiri.

Notaris tidak bertanggung jawab atas ketidaksesuaian kehedak atau keterangan palsu yang berasal dari para pihak itu sendiri. Dengan kata lain, yang dapat dipertanggungjawabkan oleh notaris adalah penipuan atau tipu muslihat yang bersumber dari notaris sendiri.91

a. Kepastian hari, tanggal, bulan dan tahun;

Menurut Habieb Adjie aspek-aspek suatu tindak pidana yang dilakukan oleh notaris antara lain :

b. Para pihak (siapa orang) yang menghadap notaris;

c. Tanda tangan yang menghadap;

d. Salinan akta tidak sesuai dengan minuta akta;

e. Salinan akta ada, tanpa dibuat minuta akta; dan

91Notodisoerjo, Hukum Notaril di Indonesia (Suatu Penjelasan), (Jakarta : Rajawali Pers, 1982), hal. 229

f. Minuta akta tidak ditandatangani secara lengkap, tetapi salinan akta dikeluarkan.92

Hal tersebut di atas juga merupakan pelanggaran terhadap Pasal 15 UUJN.

Sehingga dengan demikian dapat dikatagorikan sebagai perbuatan pemalsuan atau memalsukan akta sebagaimana diatur dalam Pasal 253, 264 dan 266 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Berdasarkan hal tersebut di atas, notaris tidak dapat diminta pertanggungjawabannya terhadap perjanjian simulasi dalam bentuk suatu akta yang dibuat di hadapannya, karena tidak memenuhi aspek tindak pidana.

Notaris DP sebagai turut tergugat dalam perkara perjanjian simulasi antara EFR dan MY tersebut di atas tidak dapat dituntut pertanggungjawaban secara pidana, karena tidak terbukti memenuhi aspek-aspek tindak pidana seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bahwa adanya ketidaksesuaian kehendak ataupun keterangan palsu para pihak dengan apa yang dituangkan ke dalam akta yang dibuat di hadapannya adalah menjadi tanggung jawab para pihak itu sendiri.

c) Tanggung jawab notaris terhadap kebenaran materiil dalam membuat perjanjian simulasi berdasarkan Undang-Undang Tentang JabatanNotaris.

Salah satu kewajiban notaris yang tertuang dalam Pasal 15 ayat 2 huruf e UUJN adalah memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta. Sehingga notaris dapat diminta pertanggungjawabannya terhadap kebenaran

92 Habib Adjie,Hukum Notariat di Indonesia - TafsiranTematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris , (Bandung : Refika Aditama,2008), hal. 57 (selanjutnya disebut Habieb Adjie VI)

materiil suatu akta yang dibuatnya jika nasihat hukum yang diberikannya kemudian hari ternyata keliru dan menimbulkan sengketa.

Penjelasan UUJN tersebut dapat diartikan bahwa notaris sebagai pejabat publik selayaknya bersikap netral dan tidak memihak serta memberikan nasihat hukum atau informasi hukum yang dianggap penting berkenaan dengan akta yang akan dibuat para pihak sehingga para pihak mengetahui suatu hukum tertentu berkaitan dengan akta dan tidak merasa ditipu atas ketidaktahuannya itu.

Tanggung jawab tersebut bukan hanya sebatas masa jabatan notaris yang bersangkutan, namun sampai akhir hayat notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 65 UUJN menyatakan bahwa notaris bertanggung jawab atas setiap akta yang dibuatnya meskipun Protokol Notaris telah diserahkan atau dipindahkan kepada pihak penyimpan Protokol Notaris. Maknanya notaris sampai kapanpun dapat diminta pertanggung jawaban atas akta yang dibuat di hadapannya.

d) Tanggung jawab notaris secara moral dan etika terhadap kebenaran materiil dalam membuat perjanjian simulasi berdasarkan Kode Etik Notaris.

Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya selain patuh pada Undang-undang Jabatan Notaris (UUJN), juga berpegang teguh pada kode etik notaris sebagai pondasi harkat dan martabat seorang notaris dengan profesi terhormat. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 4 UUJN tentang sumpah jabatan notaris yang akan menjaga sikap, tingkah laku dan akan menjalankan kewajiban sesuai dengan kode etik profesi, menjaga kehormatan, martabat dan tanggung jawabnya sebagai seorang notaris. Notaris harus menjalankan jabatannya sesuai

Kode Etik Notaris, yang mana dalam menjalankan tugasnya notaris berkewajiban untuk :

a. Senantiasa menjunjung tinggi hukum dan asas negara serta bertindak sesuai makna sumpah jabatan notaris;

b. Mengutamakan pengabdiannya kepada kepentingan masyarakat dan negara.

Tanggung jawab notaris terhadap perjanjian simulasi dalam bentuk akta notaris yang berakibat batal demi hukum atau dapat dibatalkan karena suatu akta yang dibuatnya tidak memenuhi baik syarat objektif maupun subjektif. Maka notaris bertanggung jawab secara pribadi / individual terhadap akta yang dibuatnya.

2. Peran Dan Tanggung Jawab Notaris Terhadap Keputusan Pengadilan