• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akibat Interferensi dan Integrasi terhadap Bahasa Resipien

Dalam dokumen BAB I BAHASA DAN KEBUDAYAAN (Halaman 156-160)

INTERFERENSI DAN INTEGRAS

2. Hakikat Integras

2.2 Akibat Interferensi dan Integrasi terhadap Bahasa Resipien

1. Bahasa resipien tidak mengalami pengaruh yang bersifat mengubah sistem apabila tidak ada kemungkinan untuk mengadakan pembaruan atau pengembangan dalam bahasa resipien tersebut. Tetapi menurut Jakobson (1972:491) bahasa resipien akan mengalami penambahan kosakata.

2. Bahasa resipien mengalami perubahan sistem pada subsistem fonologi, morfologi, sintaksis maupun subsistem lainnya. Bagi Weinreich (1968:1-2) interferensi

157

mengandung pengertian penyusunan kembali pola-pola bahasa donor menurut sistem bahasa resipien, memberi penegasan bahwa bagaimanpun juga, sedikit atau banyak, peristiwa interferensi itu memberi pengaruh bagi sistem bahasa resipien.

3. Kedua bahasa yang bersentuhan itu sama-sama menjadi donor dalam pembentukan alat komunikasi verbal baru yang disebut pijin. Alat komunikasi yang disebut pijin terbentuk dari dua bahasa atau lebih yang berkontak dalam satu masyarakat, mungkin kosakatanya diambil dari bahasa yang satu dan struktur bahasanya diambil dari bahasa lain.

Rangkuman

Interferensi merupakan gejala umum dalam Sosiolinguistik yang terjadi sebagai akibat dari kontak bahasa, yaitu penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat tutur yang multilingual. Dalam peristiwa interferensi digunakan unsur-unsur bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa tulis maupun lisan, yang dianggap sebagai suatu kesalahan karena menyimpang dari kaidah atau aturan bahasa yang digunakan, sementara integrasi tidak dianggap sebagai gejala penyimpangan dikarenakan unsur- unsur bahasa sumber itu telah disesuaikan dengan bahasa sasarannya dan dianggap sebagai perbendaharaan kata baru. Integrasi dipandang sebagai sesuatu yang diperlukan jika tidak ada padanan kata dalam bahasa sasaran.

Interferensi disebabkan oleh beberapa macam faktor, di antaranya (1) kebiasaan penutur menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertama, (2) penutur ingin menunjukkan nuansa kedaerahan pada percakapannya, (3) kedwibahasaan peserta tutur, (4) tipisnya kesetiaan pemakai bahasa penerima, (5) tidak cukupnya kosakata bahasa penerima, (6) menghilangnya kata-kata yang jarang digunakan, (7) kebutuhan akan sinonim, dan (8) prestise bahasa sumber dan gaya bahasa

Berdasarkan pengamatan para ahli terdapat berbagai macam jenis interferensi. Ardiana membagi interferensi menjadi lima macam, yaitu (1) interferensi kultural, (2) interferensi semantik, (3) interferensi leksikal, (4) interferensi fonologis, dan (5) interferensi gramatikal

Interferensi menurut Jendra dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang menimbulkan berbagai macam interferensi. Interferensi tersebut dapat dilihat dari pandangan (1) bidang unsur serapan, (2) arah unsur serapan, (3) asal-usul unsur serapan, dan (4) pelakunya.

158

Dennes dkk. yang mengacu pada pendapat Weinrich mengidentifikasi interferensi atas empat jenis, yaitu (1) peminjaman unsur suatu bahasa ke dalam tuturan bahasa lain dan dalam peminjaman itu ada aspek tertentu yang ditransfer. Hubungan antarbahasa yang unsur-unsurnya dipinjam disebut bahasa sumber, sedangkan bahasa penerima disebut bahasa peminjam, (2) penggantian unsur suatu bahasa dengan padanannya ke dalam suatu tuturan bahasa yang lain. Dalam penggantian itu ada aspek dari suatu bahasa disalin ke dalam bahasa lain yang disebut substitusi, (3) penerapan hubungan ketatabahasaan bahasa A ke dalam morfem bahasa B juga dalam kaitan tuturan bahasa B, atau pengingkaran hubungan ketatabahasaan bahasa B yang tidak ada modelnya dalam bahasa A, (4) perubahan fungsi morfem melalui jati diri antara suatu morfem bahasa B tertentu dan morfem bahasa A tertentu, yang menimbulkan perubahan fungsi morfem bahasa B berdasarkan satu model tata bahasa A.

Yusuf membagi peristiwa interferensi menjadi empat jenis, yaitu (1) interferensi bunyi (phonic interference), (2) interferensi tata bahasa (grammatical interference), (3) interferensi kosakata (lexical interference), dan (4) interferensi tata makna (semantic interference).

Huda yang mengacu pada pendapat Weinrich mengidentifikasi interferensi atas empat macam, yaitu (1) mentransfer unsur suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain, (2) adanya perubahan fungsi dan kategori yang disebabkan oleh adanya pemindahan, (3) penerapan unsur-unsur bahasa kedua yang berbeda dengan bahasa pertama, (4) kurang diperhatikannya struktur bahasa kedua mengingat tidak ada equivalensi dalam bahasa pertama.

Dlihat dari segi “kemurnian bahasa“, interferensi pada tingkat apa pun (fonologi, morfologi, dan sintaksis) merupakan “penyakit”, sebab merusak bahasa. Dari segi pengembangan bahasa, interferensi merupakan suatu mekanisme yang sangat penting untuk memperkaya dan mengembangkan suatu bahasa untuk mencapai taraf kesempurnaan bahasa sehingga dapat digunakan dalam segala bidang kegiatan.

Berbeda dengan interferensi, integrasi merupakan penggunaan unsur bahasa lain secara sistematis seolah-olah merupakan bagian dari suatu bahasa tanpa disadari oleh pemakainya. Salah satu proses integrasi adalah penyerapan unsur bahasa dari suatu bahasa ke bahasa lain. Penyerapan unsur bahasa tersebut disertai dengan adanya penyesuaian dengan pelafalan dan ejaan, penerjemahan langsung, dan penerjemahan konsep.

159

Adanya interferensi dan integrasi tentunya membawa konsekuensi tersendiri terhadap bahasa resipiennya. Adapun beberapa akibat tersebut di antaranya (1) bahasa resipien tidak mengalami pengaruh yang bersifat mengubah sistem apabila tidak ada kemungkinan untuk mengadakan pembaruan atau pengembangan dalam bahasa resipien tersebut. Tetapi menurut Jakobson bahasa resipien akan mengalami penambahan kosakata; (2) Bahasa resipien mengalami perubahan sistem pada subsistem fonologi, morfologi, sintaksis maupun subsistem lainnya; (3) Kedua bahasa yang bersentuhan itu sama-sama menjadi donor dalam pembentukan alat komunikasi verbal baru yang disebut pijin. Alat komunikasi yang disebut pijin terbentuk dari dua bahasa atau lebih yang berkontak dalam satu masyarakat, mungkin kosakatanya diambil dari bahasa yang satu dan struktur bahasanya diambil dari bahasa lain.

Soal

1. Dari sudut pandang Sosiolinguistik, apakah penyebab terjadinya interferensi? 2. Jelaskanlah perbedaan antara interferensi dan integrasi!

3. Bagaimanakah konsekuensi dari adanya interferensi dan integrasi terhadap bahasa resipiennya?

4. Mengapa interferensi sering disebut “penyakit” dalam berbahasa? 5. Jelaskanlah hubungan antara kontak bahasa, interferensi dan integrasi!

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A Chaedar. 1985. Beberapa Madhab dan dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Angkasa.

Ardiana, Leo Idra. 1990. Analisis kesalahan Berbahasa. FPBS IKIP Surabaya.

Bawa, I Wayan. 1981. “Pemakaian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar”. Denpasar: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Haryono, Inny C. Kelompok Dwibahasawan Indonesia – Cia Putonghwa pada Masyarakat Cina di Pancoran, Jakarta Barat. Jakarta: Seminar Sosiolinguistik II

160

Huda, Nuril dkk. 1981. Interferensi Bahasa Madura Terhadap Bahasa Indonesia Tulis Murid Sekolah Dasar Jawa Timur. Jakarta. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Hayi, Abdul dkk. 1985. Interferensi Gramatika Bahasa Indonesia dalam Bahasa Jawa. Jakarta. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Jendra. I Wayan. 2007. Sosiolinguistik Teori dan Penerapannya. Surabaya: Paramita Kridalaksana, Harimurti.1998. Introduction to Word Formation and Word Classes.

Jakarta. Universitas Indonesia .

Nababan, P.W.J. 1976. Sosiolinguistik Selayang Pandang Bahan Ceramah pada Penataran Morfologi – Sintaksis. Usat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Nababan, P.W.J. 1991. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama

Nababan. P.W.J. 1984. Sosiolingustik. Jakarta: Gramedia.

Osggod.C.E. dan T.A. Sebeok. 1965. Psycholinguistics Boolmington:Indiana University Press

Soetomo, Istilah. 1985. Telaah Sosial Budaya terhadap Interferensi, Alih Kode, dan Tunggal Bahasa dalam Masyarakat Ganda Bahasa. Disertasi (tidak diterbitkan). Jakarta: FSUI.

Suwito. 1985. Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henary Cipta.

Weinreich. Uriel.(1953) 1979. Language in Contact:Findings and Problems. The Hauge:Moulton

Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2006. Sosiolinguistik (Kajian Teori dan Analisis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

BAB VIII

Dalam dokumen BAB I BAHASA DAN KEBUDAYAAN (Halaman 156-160)