KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN
C. Akibat Hukum Pernyataan Pailit
Pada dasarnya sebelum pernyataan pailit, hak-hak debitur untuk melakukan semua tindakan hukum berkenaan dengan kekayaannnya harus dihormati, tentunya dengan memperhatikan hak-hak kontraktual serta kewajiban debitur menurut peraturan perundang- undangan.93
Semenjak pengadilan mengucapkan putusan kepailitan dalam sidang yang terbuka untuk umum terhadap debitur, hak dan kewajiban si pailit beralih kepada kurator untuk mengurus dan
91
Ibid, hal. 185. 92
Ibid, hal. 188.
93 Kartini Muljadi, Actio Paulina dan Pokok-Pokok Tentang Pengadilan Niaga Dalam Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, (Bandung : Alumni, 2001), hal 301.
menguasai boedelnya. Akan tetapi si pailit masih berhak melakukan tindakan-tindakan atas harta kekayaannya sepanjang membawa keuntungan bagi boedelnya.94
Secara umum akibat pernyataan pailit adalah sebagai berikut :
1. Kekayaan debitur pailit yang masuk harta pailit merupakan sitaan umum atas harta pihak yag dinyatakan pailit. Menurut Pasal 21 UUK dan PKPU, harta pailit meliputi seluruh kekayaan debitur pada waktu putusan pailit diucapkan serta segala kekayaan yang diperoleh debitur pailit selama kepailitan ;
2. Kepailitan semata-mata hanya mengenai harta pailit dan tidak mengenai diri pribadi debitur pailit ;
3. Debitur pailit demi hukum kehilangan hak untuk mengurus dan menguasai kekayaannya yang termasuk harta pailit sejak hari putusan pailit diucapkan ;95
4. Segala perikatan debitur yang timbul sesudah putusan pailit diucapkan tidak dapat dibayar dari harta pailit kecuali jika menguntungkan harta pailit ;
5. Harta pailit diurus dan dikuasai kurator untuk kepentingan semua para kreditur dan debitur, serta diawasi oleh hakim pengawas dalam pelaksanaan jalannya kepailitan ;
6. Tuntutan dan gugatan mengenai hak dan kewajiban harta pailit harus diajukan oleh atau terhadap kurator ;
7. Semua tuntutan atau yang bertujuan mendapatkan pelunasan suatu perikatan dari harta pailit, dan dari harta debitur sendiri selama kepailitan harus diajukan dengan cara melaporkannya untuk dicocokkan ;
8. Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 55, 56, 57 dan 58 UUK dan PKPU, kreditur pemegang hak gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Pihak kreditur yang berhak menahan barang kepunyaan debitur hingga dibayar tagihan debitur tersebut, tidak kehilangan haknya untuk menahan barang tersebut meskipun ada putusan pailit ;
94
Imran Nating, Op. Cit., hal. 40. 95
9. Hak eksekusi kreditur yang dijamin sebagaimana disebut dalam Pasal 55 angka 1 UUK dan PKPU, dan pihak ketiga untuk menuntut hartanya yang berada dalam penguasaan debitur pailit atau kurator, ditangguhkan maksimum untuk 90 hari setelah putusan pailit diucapkan.96
Pada dasarnya kedudukan para kreditur adalah sama (paritas creditorum) dan karenanya mereka mempunyai hak yang sama atas hasil eksekusi boedel pailit sesuai dengan besarnya tagihan mereka masing-masing. Namun demikian, asas tersebut mengenal pengecualian yaitu golongan kreditur yang memegang hak agunan atas kebendaan dan golongan kreditur yang haknya didahulukan berdasarkan undang-undang kepailitan dan peraturan perundang-undangan lainnya, maka asas di atas berlaku bagi para kreditur konkuren saja.97
Berkenaan dengan hak kreditur yang memegang hak jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 UUK dan PKPU, PERPU mengintrodusir suatu lembaga baru yaitu penangguhan pelaksanaan hak eksekusi kreditur tersebut. Untuk jangka waktu paling lama 90 hari terhitung mulai tanggal putusan pernyataan pailit ditetapkan, para kreditur tersebut dalam Pasal 56 hanya dapat melaksanakan hak mereka selaku kreditur separatis dengan persetujuan dari kurator atau hakim pengawas.
Selama berlangsungnya jangka waktu penangguhan, segala tuntutan hukum untuk memperoleh pelunasan atas suatu piutang tidak dapat diajukan dalam sidang peradilan, dan baik kreditur maupun pihak ketiga dimaksud dilarang mengeksekusi atau memohonkan sita atas barang yang menjadi agunan. Penangguhan eksekusi tersebut tidak berlaku terhadap tagihan kreditur yang dijamin dengan uang tunai dan hak kreditur untuk memperjumpakan utang.98
Kreditur dalam hal tertentu mempunyai hak didahulukan dari kreditur lainnya, maka berdasarkan hal ini dalam kreditur dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Kreditur Separatis.
Kreditur Separatis ialah kreditur pemegang hak jaminan kebendaan yang dapat bertindak sendiri seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Golongan kreditur ini tidak terkena
96
Pasal 56 ayat (1), UUK dan PKPU.
97 Fred BG. Tumbuan, Pokok-Pokok Undang-Undang Tentang Kepailitan, (Bandung : Alumni, 2001), hal. 128.
98
akibat putusan pernyataan pailit debitur, artinya hak-hak eksekusi mereka tetap dapat dijalankan seperti tidak ada kepailitan debitur. Kreditur golongan ini dapat menjual sendiri barang-barang yang menjadi jaminan, seolah-olah tidak ada kepailitan. Dari hasil penjualan tersebut mereka mengambil sebesar piutangnya, sedangkan jika ada sisanya disetorkan ke kas kurator sebagai boedel pailit. Sebaliknya bila hasil penjualan tersebut ternyata tidak mencukupi, kreditur tersebut untuk tagihan yang belum terbayar dapat memasukkan kekurangannya sebagai kreditur bersaing.99
Hak jaminan kebendaan yang memberikan hak menjual sendiri secara lelang dan untuk memperoleh pelunasan secara mendahului terdiri dari :
a. Gadai yang diatur dalam Bab XX Buku III KUHPerdata, untuk kebendaan bergerak dengan cara melepaskan kebendaan yang dijaminkan tersebut dari penguasaan pihak yang memberikan jaminan kebendaan berupa gadai tersebut ;
b. Hipotik yang diatur dalam Bab XXI Buku III KUHPerdata, yang menurut Pasal 314 KUHDagang berlaku untuk kapal laut yang memiliki ukuran sekurang-kurangnya dua puluh meter kubik dan didaftar di Syahbandar Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Departemen Perhubungan sehingga memiliki kebangsaan sebagai kapal Indonesia dan diperlakukan sebagai benda tidak bergerak. Sementara itu, yang tidak terdaftar dianggap sebagai benda bergerak sehingga padanya berlaku ketentuan Pasal 1977 KUHPerdata; c. Hak Tanggungan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 yang
mengatur mengenai penjaminan atas hak-hak atas tanah tertentu berikut kebendaan yang dianggap melekat dan diperuntukkan untuk dipergunakan secara bersama-sama dengan bidang tanah yang di atasnya terdapat hak-hak atas tanah yang dapat dijaminkan dengan hak tanggungan ;
d. Jaminan Fidusia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999. Undang- Undang ini tidak memberikan rumusan positif mengenai kebendaan yang dapat
99
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Pedoman Menangani Perkara Kepailitan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 199-201.
dijaminkan secara fidusia. UUJF menetapkan bahwa jaminan fidusia tidak berlaku terhadap :
1) Hak tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepanjang peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan jaminan atas benda-benda tersebut wajib daftar, tetapi bangunan di atas tanah milik orang lain yang tidak dibebani hak tanggungan berdasarkan UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dapat dijadikan objek jaminan fidusia ;
2) Hipotik atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 (dua puluh) M3 atau lebih ;
3) Hipotik atas pesawat terbang ; 4) Gadai.
2. Kreditur Preferen.
Kreditur preferen adalah kreditur yang karena sifat piutangnya mempunyai kedudukan istimewa dan mendapat hak untuk memperoleh pelunasan lebih dahulu dari penjualan harta pailit. Kreditur preferen berada di bawah pemegang hak kebendaan. Pasal 1133 KUHPerdata mengatakan bahwa hak untuk didahulukan di antara orang-orang berpiutang terbit dari hak istimewa dari gadai dan hipotik. Hak istimewa adalah suatu hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seseorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi dari pada orang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya. Gadai dan hipotik adalah lebih tinggi dari pada hak istimewa, kecuali dalam hal-hal di mana oleh undang-undang ditentukan sebaliknya.100
Selanjutnya pengaturan mengenai kreditur preferen dapat diperhatikan ketentuan KUHPerdata yang menyatakan kreditur preferen adalah kreditur pemegang hak istimewa yang disebut dalam Pasal 1139101 dan Pasal 1149 KUHPerdata.102
100
Pasal 1134 KUHPerdata. 101
Pasal 1139 KUHPerdata mengatakan piutang-piutang yang diistimewakan terhadap benda-benda tertentu, adalah :
1. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan karena suatu penghukuman untuk melelang suatu benda bergerak maupun tak bergerak. Biaya ini dibayar dari pendapatan penjualan
3. Kreditur konkuren.
Kreditur konkuren memiliki kedudukan yang sama dan berhak memperoleh hasil penjualan harta kekayaan debitur, baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari setelah sebelumnya dikurangi dengan kewajiban membayar piutang kepada para kreditur pemegang hak jaminan dan para kreditur dengan hak istimewa secara proporsional menurut perbandingan besarnya piutang masing-masing kreditur konkuren tersebut.103
benda tersebut, terlebih dahulu daripada semua piutang-piutang lainnya yang diistimewakan, bahkan lebih dahulu pula daripada gadai dan hipotik ;
2. Uang-uang sewa benda-benda tak bergerak, biaya-biaya perbaikan yang menjadi kewajiban penyewa, serta apa yang mengenai kewajiban memenuhi perjanjian sewa ; 3. Harga pembelian benda-benda bergerak yang belum dibayar ;
4. Biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu barang ;
5. Biaya untuk melakukan suatu pekerjaan pada suatu barang, yang masih harus dibayar kepada seorang tukang ;
6. Apa yang telah diserahkan oleh seorang pengusaha rumah penginapan sebagai demikian kepada seorang tamu ;
7. Upah-upah pengangkutan dan biaya-biaya tambahan ;
8. Apa yang harus dibayar kepada tukang-tukang batu, tukang-tukang kayu dan lain-lain tukang untuk pembangunan, penambahan dan perbaikan-perbaikan benda tak bergerak, asal saja piutangnya tidak lebih lama dari tiga tahun, dan hak milik atas persil yang bersangkutan masih tetap ada pada debitur ;
9. Penggantian-penggantian serta pembayaran-pembayaran yang harus dipikul oleh pegawai-pegawai yang memangku suatu jabatan umum, karena segala kelalaian, kesalahan, pelanggaran dan kejahatan-kejahatan yang dilakukan dalam jabatannya. 102
Pasal 1149 KUHPerdata mengatakan piutang-piutang yang diistimewakan atas semua benda bergerak dan tak bergerak pada umumnya ialah yang disebutkan di bawah ini, piutang- piutang mana dilunasi dari pendapatan penjualan benda-benda itu menurut urutan sebagai berikut : 1. Biaya-biaya perkara, yang semata-mata disebabkan karena pelelangan dan penyelesaian
suatu warisan, biaya-biaya ini didahulukan daripada gadai dan hipotik ;
2. Biaya-biaya penguburan, dengan tidak mengurangi kekuasaan hakim untuk menguranginya, jika biaya-biaya itu terlampau tinggi ;
3. Segala biaya perawatan dan pengobatan dari sakit yang penghabisan ;
4. Upah para buruh selama tahun yang lalu dan upah yang sudah dibayar dalam tahun yang sedang berjalan, beserta jumlah uang kenaikan upah menurut pasal 1602 q, jumlah uang pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh buruh guna kepentingan majikan ;
5. Piutang karena penyerahan bahan-bahan makanan, yang dilakukan kepada debitur dan keluarganya selama waktu enam bulan terakhir ;
6. Piutang-piutang para pengusaha sekolah ber asrama untuk tahun penghabisan ;
7. Piutang anak-anak yang belum dewasa dan orang-orang terampu terhadap sekalian wali dan pengampu mereka, mengenai pengurusan mereka, sekedar piutang-piutang itu tidak dapat diambilkan pelunasan dari hipotik atau lain jaminan, yang harus diadakan menurut Bab XV Buku I KUHPerdata ini, begitu pula tunjangan-tunjangan yang menurut Buku I oleh orang tua harus dibayar untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak mereka yang sah yang belum dewasa.
D. Kedudukan Kreditur Pemegang Hak Jaminan Fidusia Dalam Hukum Kepailitan