• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Eksekusi Harta Pailit Menurut UUK dan PKPU

PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM KEPAILITAN

B. Pelaksanaan Eksekusi Harta Pailit Menurut UUK dan PKPU

Dalam melaksanakan eksekusi atas harta pailit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah hak-hak yang dimiliki oleh kreditur pemegang hak jaminan atas kebendaan milik debitur pailit. Dalam KUHPerdata ditemui adanya dua hak preferen yang memberikan hak mendahului kepada kreditur pemegang hak preferen tersebut, untuk memperoleh pelunasan atas utang-utang debitur dengan cara menjual lelang kebendaan yang dijaminkan kepada kreditur tersebut secara preferen. Hak-hak tersebut adalah :

1. Hak gadai atas kebendaan yang bergerak, baik berwujud maupun tidak berwujud ;

2. Hipotek atas kebendaan tidak bergerak bukan tanah, baik berwujud maupun tidak berwujud. Dengan diberlakukannya UUJF dan UU Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, maka hak preferen tersebut secara formal bertambah dua dengan hak tanggungan yang merupakan hak jaminan preferen atas tanah dan kebendaan yang melekat diatasnya, yang merupakan pengganti ketentuan mengenai hipotek dan creditverband yang telah dihapuskan dengan berlakunya undang-undang hak tanggungan tersebut, dan jaminan fidusia yang berlaku untuk kebendaan lainnya yang tidak dapat dimainkan menurut peraturan perundang- undangan yang disebut terdahulu.120

119

Munir Fuady, Op. Cit., hal. 61. 120

Sebagai pengakuan dari sifat mendahulu yang dimiliki pemegang hak preferen, UUK dan PKPU secara tegas menyatakan bahwa tiap-tiap kreditur yang memegang hak tanggungan, hak gadai, fidusia atau hak agunan atas kebendaan lainnya dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Ini berarti UUK dan PKPU secara tegas mengatakan bahwa kepailitan tidak menghalangi pelaksanan hak preferen yang diberikan oleh undang-undang, walaupun demikian mereka hanya dapat melakukannya setelah dicocokkan penagihannya dan hanya untuk mengambil pelunasan dari jumlah yang diakui dari penagihan tersebut.

Meskipun secara prinsip kepailitan tidak menghalangi dilaksanakannya eksekusi atas jaminan fidusia, kecuali untuk piutang yang dijaminkan dengan uang tunai, selama kurator dapat memberikan perlindungan yang wajar bagi kreditur, memberikan hak kepada kurator untuk menangguhkan eksekusi untuk jangka waktu selama-lamanya 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal putusan pailit ditetapkan. Tujuan penangguhan tersebut antara lain untuk memperbesar kemungkinan tercapainya perdamaian, untuk memperbesar kemungkinan mengoptimalkan harta pailit dan untuk mengoptimalkan tugas dari kurator.

Selama berlangsungnya jangka waktu penangguhan, segala tuntutan hukum untuk memperoleh pelunasan atas suatu piutang tidak dapat diajukan dalam sidang badan peradilan, baik kreditur maupun pihak ketiga yang dimaksud dilarang mengeksekusi atau memohonkan sita atas barang yang menjadi agunan. Terhadap penangguhan yang ditetapkan oleh kurator, kreditur dapat melakukan perlawanan kepada kurator, Hakim Pengawas dan juga kepada pengadilan, dan putusan pengadilan tersebut merupakan keputusan yang bersifat final dan mengikat kepada kurator dan kreditur, terhadap putusan pengadilan tersebut tidak dapat diajukan perlawanan hukum baik kasasi ataupun peninjauan kembali. Tetapi kenyataan di lapangan, kurator dan Hakim Pengawas selalu memberikan kesempatan kepada kreditur separatis untuk mengeksekusi benda jaminan selama 2 (dua) bulan.121

121

Hasil wawancara pada tanggal 12 Januari 2009 dengan Amri Marjunin, Ketua Balai Harta Peninggalan (BHP) Medan.

Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim Pengawas terhadap permohonan yang diajukan oleh kreditur yang hak eksekusinya ditangguhkan, dalam memutuskan permohonan tersebut, Hakim Pengawas harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Lamanya jangka waktu penangguhan yang sudah berlangsung ; 2. Perlindungan terhadap kepentingan para kreditur ;

3. Kemungkinan terjadinya perdamaian ;

4. Dampak penangguhan tersebut atas kelangsungan usaha dan manajemen usaha debitur serta pemberesan harta pailit.

Berdasarkan pertimbangan di atas, putusan Hakim Pengawas pada akhirnya dapat berupa :

1. Diangkatnya penangguhan untuk satu atau lebih kreditur ; 2. Penetapan persyaratan tentang lamanya waktu penangguhan ; 3. Pelaksanaan eksekusi atas satu atau beberapa agunan oleh kreditur ;

4. Jika Hakim Pengawas menolak untuk mengangkat atau mengubah penangguhan tersebut, maka Hakim Pengawas wajib memerintahkan agar kurator memberikan perlindungan yang dianggap wajar untuk melindungi kepentingan kreditur pemohon.

Penangguhan berakhir secara hukum karena :

1. Berakhirnya kepailitan secara lebih awal karena terjadinya perdamaian ; 2. Dimulainya keadaan insolvensi (tidak mampu membayar) oleh debitur pailit.

Kreditur pemegang hak jaminan fidusia tersebut harus melaksanakan hak preferennya untuk mengeksekusi benda jaminannya dalam jangka waktu selambat-lambatnya 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal insolvensi.

Bank sebagai pemegang hak jaminan fidusia dapat mengajukan permohonan pailit karena bank sebagai pemegang hak jaminan dari benda yang dijaminkan debitur, dan apabila debitur dinyatakan pailit, bank mempunyai benda jaminan untuk dijadikan pelunasan atas utang dari debitur. Bank sebagai pemberi pinjaman selalu memantau keadaan keuangan dari debiturnya, pada saat debitur dikenakan pailit oleh kreditur yang lain maka pada saat proses pernyataan pailit, pihak bank masuk campur tangan ke dalam usaha debitur tersebut, pihak bank akan melihat di

bagian manakah yang membuat debitur tersebut dimohonkan pailit, apakah dibagian produksinya atau di bagian keuangannya.

Pihak bank akan memasukkan orangnya ke dalam perusahaan debitur untuk berusaha memulihkan kembali perusahaan debitur tersebut, begitu juga pada saat debitur sudah dinyatakan pailit, bank akan tetap menjaga kelangsungan usaha debiturnya dan lebih memilih perdamaian dari pada mempailitkan debiturnya.122 Tetapi apabila bank tidak dapat menyelamatkan debitur tersebut, pihak bank dapat mengeksekusi benda jaminannya yang oleh UUK dan PKPU diberikan waktu 2 (dua) bulan untuk mengeksekusinya.

Setelah jangka waktu yang diberikan untuk mengeksekusi telah lewat, kurator harus menuntut diserahkannya kebendaan yang dijaminkan untuk dijual tanpa mengurangi hak pemegang tersebut untuk memperoleh hasil penjualan agunan tersebut, kecuali untuk pemegang hak agunan atas panen, kreditur yang melaksanakan eksekusi kebendaan jaminan wajib melaporkan dan mempertanggungjawabkan seluruh hasil penjualan jaminan tersebut kepada kurator, dan menyerahkan kepada kurator sisa hasil penjualan setelah dikurangi dengan jumlah utang yang harus dibayar, bunga dan biaya-biaya, dengan tidak mengurangi hak privilige dari kreditur yang diistimewakan sebagaimana diatur dalam BAB XIX KUHPerdata, yang berada diatas hak-hak kreditur separatis, baik secara umum maupun secara khusus atas kebendaan yang dijaminkan secara preferen tersebut. Atas tuntutan kurator dan kreditur yang diistimewakan tersebut, kreditur separatis yang telah mengeksekusi kebendaan yang dijamin wajib menyerahkan bagian dari hasil penjualan kebendaan tersebut sampai dengan terpenuhinya jumlah tagihan yang diistimewakan tersebut.

Kurator wajib mengambil segala sesuatu tindakan yang diperlukan berkaitan dengan kebendaan yang ada dalam harta pailit. Pasal 185 angka 1 UUK dan PKPU mensyaratkan bahwa semua barang dalam harta pailit harus dijual di muka umum kecuali atas ijin Hakim Pengawas, penjualan dapat dilakukan di bawah tangan. Hal ini tentunya dilakukan oleh kurator apabila kurator yakin bahwa penjualan dengan cara di bawah tangan atau penjualan langsung (tanpa

122

Hasil wawancara pada tanggal 19 Januari 2009 dengan Linda , Bank Artha Graha Cabang Medan.

campur tangan kantor lelang) akan menghasilkan yang lebih baik, antara lain karena menghemat biaya. Sedangkan bagi benda-benda yang tidak dapat secepatnya atau sama sekali tidak dapat dibereskan, maka kurator atas ijin Hakim Pengawas wajib menentukan sikap atas kebendaan tersebut. Khusus bagi kebendaan yang berada dalam kewenangan hak retensi oleh kreditur, kurator diwajibkan untuk mengembalikan kebendaan tersebut kedalam harta pailit, dengan membayar piutang-piutang yang bersangkutan, jika hal itu menguntungkan harta pailit.

Setelah harta pailit berada dalam keadaan tak mampu membayar, Hakim Pengawas boleh mengadakan suatu rapat pada hari, jam dan tempat yang ditentukannya untuk mendengar mereka seperlunya tentang cara pemberesan harta pailit, dan jika perlu mengadakan pencocokan akan utang piutang yang dimasukkan setelah berakhirnya tenggang waktu yang ditentukan dalam Pasal 113 ayat (1) huruf a UUK dan PKPU,123 namun yang belum juga dicocokkan menurut pasal 133 UUK dan PKPU.124 Terhadap piutang-piutang ini, kurator harus bertindak sebagimana ditentukan dalam Pasal 116 sampai dengan Pasal 119 UUK dan PKPU, kurator harus memanggil kreditur tersebut dengan surat-surat yang menyebutkan hal-hal yang akan dibicarakan dalam rapat, serta mengingatkan mereka akan ketentuan Pasal 119 UUK dan PKPU. Apabila menurut Hakim Pengawas terdapat cukup uang tunai, Hakim Pengawas dapat memerintahkan pembagiannya kepada kreditur yang telah dicocokkan.

C. Pelaksanaan Eksekusi Harta Pailit dan Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur