• Tidak ada hasil yang ditemukan

ST

AND

• rekrut relawan dari masyarakat setempat dan hubungkan dengan inisiatif berbasis masyarakat lainnya (lihat Standar 16);

• susun program aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan masyarakat,

• dalam penyusunan program dan rencana kegiatan, pertimbangkan alokasi waktu dan pengaturan tempat yang sesuai dengan jenis kegiatan dan kelompok sasaran;

• koordinasikan perencanaan program dengan berbagai lembaga dan sektor lainnya untuk menyediakan dukungan seperti pendidikan kesehatan dan kebersihan, pengembangan kelompok dan ruang menyusui, pemberian makanan tambahan, informasi mengenai bantuan kemanusiaan, dll;

• pertimbangkan layanan khusus untuk anak bayi dan balita, termasuk penyelenggaraan kegiatan untuk ibu menyusui pada waktu yang berbeda dengan kegiatan anak lainnya;

• tempat bermain anak dan prasarana lainnya pada dasarnya harus dipisahkan dengan tempat kegiatan orang dewasa,

• pertimbangkan kapasitas ruang terhadap jumlah anak, dan juga perbandingan jumlah pendamping terhadap jumlah anak.

• kaji elemen keselamatan (pagar, pertolongan pertama, toilet, dll) dan berikan respons yang sesuai;

• pastikan fasilitas air bersih, sanitasi dan kebersihan diri, dan air untuk minum dijaga dengan baik;

• buatlah panduan, program, dan jadwal yang jelas untuk aktivitas bersama anak-anak;

• memastikan mainan / alat / bahan dalam keadaan aman untuk anak sebelum dan setelah kegiatan;

• lakukan monitoring dan siapkan mekanisme umpan balik yang melibatkan anak-anak dan keluarga;

• berikan pelatihan rutin kepada relawan dan tindak lanjuti dukungan termasuk pembinaan;

• sejak awal, diskusikan dengan masyarakat dan pihak lain yang berkepentingan tentang rencana transisi dan pengakhiran program.

ST

AND

ST

AND

AR 17

INDIKATOR HASIL (OUTCOME) OUTCOMETARGET CATATAN

1. Jumlah anak yang memanfaatkan Ruang Ramah Anak

yang didukung masyarakat (8) Sebuah contoh dari rasio yang sudah ada seperti

- Anak di bawah usia 2 tahun tidak boleh hadir tanpa pendamping dewasa - 15 anak berusia 2-4 tahun setidaknya dengan 2 orang dewasa - 20 anak berusia 5-9 tahun dengan dua orang dewasa - 30 anak berusia 10-12-tahun dengan dua orang

dewasa - 30 anak berusia

13-18-tahun dengan dua orang

dewasa 2. Persentase Ruang Ramah Anak yang didukung

masyarakat yang memenuhi target yang dibuat terhadap indikator aksi (di bawah )

INDIKATOR AKSI TARGET AKSI

3. Persentase Ruang Ramah Anak yang memenuhi kriteria

keselamatan dan aksesibilitas 100% 4. Persentase RRA yang dibuat agar dapat diakses berbagai

oleh jenis disabilitas 100%

5. Persentase Pekerja perlindungan anak yang bekerja di

dalam RRA menerima pelatihan awal dan lanjutan 80% 6. Persentase RRA yang menerapkan aktivitas berbasis

umur berdasarkan kepentingan yang diidentifikasi oleh anak-anak perempuan dan anak-anak laki-laki dan keluarga

70% 7. Jumlah sesi diskusi yang dilaksanakan setiap bulan untuk

setiap RRA guna mendiskusikan pencapaian bersama anak-anak perempuan, anak-anak laki-laki dan keluarga 1 8. Adanya rasio jumlah rata-rata anak-anak yang mengambil

bagian dalam aktivitas RRA per pekerja terlatih Ya

Pengukuran

Catatan panduan

1. Kelayakan:

Ruang Ramah Anak mungkin tidak harus dibangun jika anak-anak telah memiliki akses ke cara/fasilitas lain untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam hal pendidikan formal dan non-formal, pendidikan, perlindungan dan dukungan psikososial. Dalam beberapa situasi, pendirian Ruang Ramah Anak harus dihindari jika dapat menjadi tempat anak-anak diserang atau direkrut oleh angkatan atau kelompok bersenjata, atau karena anak- perempuan dapat menjadi korban kekerasan seksual dalam perjalanan menuju dan dari Ruang Ramah Anak. Dalam beberapa situasi, cukup untuk menetapkan sebuah wilayah aman untuk anak-anak berkumpul, bermain dan memiliki kelompok aktivitas tanpa harus memiliki struktur bangunan. Jika Ruang Ramah Anak dibutuhkan, asesmen harus mengidentifikasi cara penyelenggaraan yang efektif dan kemungkinan partisipasi anak-anak yang berada di sekitar wilayah pengungsian atau tempat tinggal mereka. Persoalan keselamatan dan keamanan yang muncul saat kajian harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan dan penerapan Ruang Ramah Anak. Penting untuk menyadari berbagai masalah keselamatan juga dapat muncul akibat ulah anak sendiri—misalnya, anak-anak saling

2. Kelompok khusus:

Ruang Ramah Anak memberikan dukungan untuk semua anak dan mempromosikan kesetaran dan inklusi. Sangat penting untuk mengambil langkah-langkah untuk mengidentifikasi anak-anak yang paling berisiko dan menjangkau mereka tanpa mengucilkan dan memberikan stigma pada mereka. Perbedaan kebutuhan anak perempuan dan anak laki-laki dengan umur, latar belakang etnis, situasi kehidupan, dan disabilitas, yang berbeda juga harus dipenuhi. Respons dari layanan harus dirancang dengan mempertimbangkan berbagai kebutuhan dari kelompok khusus ini. Pertimbangkan dan cari cara untuk mengatasi persoalan terbatasnya jumlah pendamping yang memiliki kapasitas untuk memfasilitasi kegiatan anak berkebutuhan khusus.

3. Sensitivitas usia dan gender:

Anak laki-laki dan anak perempuan dari kelompok umur yang berbeda harus diberikan kesempatan yang sama untuk terlibat dalam perancangan, pengelolaan, dan mengevaluasi berbagai program seperti Ruang Ramah Anak. Bagi sebagian remaja perempuan, bermain sepertinya kurang menarik dan mereka akan lebih merasakan manfaat dengan berbicara bersama rekan sebayanya. Kelompok diskusi bersama rekan sebaya dengan jenis kelamin yang sama, menempatkan seorang pekerja atau relawan perempuan atau laki-laki dengan sekelompok anak perempuan dan anak laki-laki dapat menarik bagi mereka, karena mereka diizinkan untuk membagikan masalah dan ide mereka mengenai hal-hal seperti kesehatan reproduktif, cinta, hubungan, dan strategi perlindungan-sebaya. Tergantung kepada sifat situasi darurat, beberapa kelompok mungkin membutuhkan perhatian yang lebih besar (misalnya, bayi dan anak kecil membutuhkan stimulasi psikososial).

4. Kesadaran tentang disabilitas:

Anak-anak dengan disabilitas sering kali tidak mudah untuk mengakses ke Ruang Ramah Anak karena hambatan fisik, lingkungan, dan sosial. Orang tua mungkin tidak merasa tenang mengirimkan anak mereka ke Ruang Ramah Anak karena stigma sosial, atau mereka mungkin tidak menyadari bahwa Ruang Ramah Anak juga ditujukan untuk anak dengan disabilitas. Ketika menyelenggarakan sebuah Ruang Ramah Anak, poin ini penting untuk diperjelas. Pelatihan bagi pekerja atau relawan mengenai cara mengadaptasi aktivitas untuk semua anak harus dilakukan, dengan perhatian khusus diberikan kepada kebutuhan anak dengan kedisabilitasan yang berbeda. Rasio antara relawan dengan anak perlu disesuaikan.

5. Bermain:

Ruang Ramah Anak harus menyenangkan dan harus mempromosikan hak untuk bermain. Untuk mencegah kelebihan beban, Ruang Ramah Anak lebih dulu fokus pada permainan dasar dan aktivitas rekreasi. Setelah itu, Ruang Ramah Anak dapat menerapkan aktivitas yang lebih lanjut, seperti menetapkan

ST

AND

pendapat tentang aktivitas bermain apa yang mereka inginkan di dalam Ruang Ramah Anak. Permainan tradisional harus termasuk di dalamnya. Keterlibatan masyarakat juga harus didorong melalui aktivitas seperti pembuatan alat bermain dan mengundang para orangtua ke Ruang Ramah Anak untuk mengajari lagu-lagu dan menyampaikan cerita pada anak-anak. Usahakan untuk memikirkan aktivitas permainan, lagu dan menggambar yang sesuai untuk usia dan untuk anak-anak dengan disabilitas, yang meningkatkan keterampilan pribadi dan sosial anak, dan yang fokus pada keterlibatan (lihat juga Standar 10). Lengkapi Ruang Ramah Anak dengan jadwal kegiatan serta alokasi waktu untuk setiap kegiatan yang terdiri dari 1-2 jam / kegiatan yang dibuat bersama anak. 6. Sekolah:

Koordinasi dengan pihak sekolah untuk memastikan Ruang Ramah Anak tidak berkompetisi dengan sekolah, tetapi saling melengkapi. Ketika sekolah dibuka kembali, pastikan tersedia waktu untuk anak-anak dari kelompok umur berbeda, misalnya aktivitas bagi anak-anak yang lebih muda di siang hari dan program ekstra kurikuler. Harus tersedia jadwal aktivitas yang jelas dan dapat diandalkan. 7. Orang tua:

Kesejahteraan psikososial orang tua penting bagi pengasuhan dan perlindungan anak. Sesi kelompok dukungan orang tua dapat dijadwalkan dalam Ruang Ramah Anak, misalnya sesi informasi mengenai pengasuhan anak. Orang tua dengan disabilitas harus dilibatkan dan semua sesi harus dapat diakses oleh semua orang. 8. Pengembangan kapasitas:

Pekerja dan relawan yang terlibat dalam Ruang Ramah Anak yang efektif memiliki motivasi tingkat tinggi dan keterampilan yang sesuai termasuk untuk memfasilitasi anak berkebutuhan khusus. Relawan perempuan dan laki-laki harus dilibatkan secara adil sesuai kelompok target. Semua orang yang terlibat di dalam Ruang Ramah Anak harus mendapatkan pelatihan awal, pelatihan lanjutan dan pembinaan. Materi pelatihan harus mencakup hak anak dan perlindungan anak, serta ketrampilan memfasilitasi kegiatan bersama anak. Seiring waktu, ketika pekerja dan relawan Ruang Ramah Anak mengembangkan keterampilan baru, mereka akan lebih mampu memperkaya pekerjaan yang dilakukan di dalam dan melalui Ruang Ramah Anak.

9. Monitoring:

Ruang Ramah Anak harus dimonitor secara rutin oleh Pemerintah dan masyarakat untuk mengetahui perkembangan Ruang Ramah Anak dan mengidentifikasi kesenjangan, seperti kesadaran masyarakat, kualitas aktivitas, keselamatan, dan bantuan logistik. Ruang Ramah Anak juga dapat dipertimbangkan sebagai jalan masuk pemantauan rutin kesejahteraan anak. Mereka yang memiliki pengalaman dalam pemantauan dan evaluasi harus mengevaluasi Ruang Ramah Anak untuk melihat apakah aktivitas yang dijalankan bermanfaat bagi kehidupan

ST

AND

Referensi

Child Protection SubSector for Sudan (2011). Minimum Standards

for CFS and Children’s Centres - Sudan

Christian Children’s Fund (2008). Starting Up Child Centered

Spaces in Emergencies: A Field Manual

• IASC, INEE, Global Protection Cluster, Global Education Cluster (2011). Guidelines for Child-friendly Spaces in Emergencies

IFRC and Save the Children Denmark (2012). The Children’s

Resilience Programme – Psychosocial support in and out of school: Booklet 1 Understanding Children’s Wellbeing. (2012)

Save the Children (2008). Child-friendly Spaces in Emergencies

– a Handbook for Save the Children staff

Terre des Hommes (2009). 20 games with a psychosocial aim

UNICEF (2009). A practical guide for developing Child-friendly

Spaces (2009)

•Convention on the Rights of the Child (1989)

• www.mhpss.net

• World Vision Indonesia (2010), Panduan Ruang Sahabat Anak

• Plan International

• Puskris Universitas Indonesia (2007), Panduan Kegiatan Rekreasional Bersama Anak (usia 6-12 tahun) didaerah pasca bencana

• Kemensos (2015), Pedoman Layanan Perlindungan Anak dala Situasi Darurat

ST

AND

STANDAR 18