• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN BAGI ANAK YANG DIKUCILKAN

Pengucilan didefinisikan sebagai proses dimana individu atau kelompok anak menjadi tersingkir secara keseluruhan atau sebagian dari kesempatan untuk memainkan peran utuh di dalam masyarakat. Walaupun pengucilan berfokus terutama pada hubungan sosial, namun juga berdampak pada perampasan dan kerentanan materi. Biasanya pengucilan berhubungan dengan status sosial yang mendapatkan stigma seperti disabilitas, menjadi anggota sebuah kelompok (seperti minoritas agama atau etnis) yang didiskriminasi, bias budaya sehubungan dengan isu seperti gender, dan pengucilan ekonomi.

Pengucilan secara mendasar mempengaruhi perkembangan potensi anak sepenuhnya, dengan menghalangi akses mereka kepada hak, kesempatan, dan sumber daya. Anak yang dikucilkan lebih rentan terhadap kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi, dan penelantaran. Krisis dan respons kemanusiaan dapat membuat siklus pengucilan memburuk, dan menciptakan lapisan pengucilan baru, atau dapat menawarkan kesempatan untuk perubahan.

KESIAPSIAGAAN

• Gunakan dan analisa studi pustaka kesiapsiagaan kondisi darurat, serta data dan informasi terkait lainnya, untuk mengidentifikasi kelompok yang dimarjinalkan, dan penyebab serta konsekuensi pengucilan terhadap kelompok tersebut;

• petakan sistem perlindungan anak nasional – kaji kapasitasnya untuk menjangkau dan melindungi anak-anak yang dikucilkan, dan identifikasi kesenjangan yang mungkin merusak perlindungan mereka selama masa kedaruratan.

• petakan dukungan dan layanan masyarakat, dan kembangkan mekanisme rujukan di antara organisasi dan individu yang menyediakan layanan untuk

Aksi Kunci

STANDAR

Semua anak perempuan dan anak laki-laki dalam situasi kemanusiaan memiliki akses terhadap layanan dan perlindungan dasar, dan penyebab serta cara pengucilan anak diidentifikasi dan diatasi.

ST

AND

• bangun kapasitas perlindungan anak dari penyedia layanan khusus seperti organisasi yang bekerja dengan anak yang memiliki disabilitas, anak-anak dalam pengasuhan residensial, anak-anak-anak-anak yang hidup dan bekerja di jalan, dan kelompok lainnya yang dikucilkan.

RESPONS

• Selalu pertimbangkan kepentingan terbaik anak dan prinsip “jangan memperburuk keadaan” dalam semua aktivitas yang berhubungan dengan kelompok yang dikucilkan dan mereka yang beresiko mendapat diskriminasi, serta coba untuk menghindari pemberian label pada anak-anak saat bekerja untuk inklusi mereka.

• gunakan proses kaji-cepat perlindungan anak untuk mengidentifikasi kelompok anak yang paling rentan dan dikucilkan, dan pastikan kebutuhan khusus mereka ditangani ketika mengembangkan strategi respons perlindungan anak dan permintaan dana. Pertimbangkan kelompok potensial anak yang tidak terlihat di dalam asesmen;

• libatkan semua pihak dalam proses asesmen partisipatif di tingkat masyarakat, dalam rangka mengidentifikasi berbagai halangan sosial, sikap, dan fisik, sekaligus halangan informasi yang mengucilkan anak, konsekuensi dari pengucilan dan kesempatan untuk mengatasinya.

• pastikan informasi yang dikumpulkan mengenai populasi mencakup kelompok yang dimarjinalkan dan dipisahkan untuk mengidentifikasi karakter khusus pengucilan seperti usia, jenis kelamin, agama, etnis, kesehatan, gangguan, dan status sosial, sekaligus halangan lingkungan dan sosial. Informasi mengenai beberapa kelompok yang berisiko dikucilkan, seperti anak-anak Lesbian, Gay, Biseksual, Transeksual dan lnterseksual (LGBTI) atau anak-anak yang lahir dari perkosaan, mungkin perlu diperlakukan dengan kerahasiaan ekstra.

• pastikan kelompok anak yang dikucilkan dipertimbangkan dalam sistem manajemen kasus, dan berikan pelatihan bagi manajer kasus tentang strategi untuk meningkatkan akses dan inklusi untuk anak-anak tersebut (lihat Standar 15);

• pastikan inisiatif yang didukung masyarakat dihubungkan dengan mekanisme perlindungan anak berbasis masyarakat serta menjadi tempat untuk mengidentifikasi dan merujuk kasus.

• bekerja bersama anak dan kelompok pemuda untuk mendorong jangkauan dan dukungan sebaya bagi anak-anak yang dikucilkan, dan mempromosikan keterlibatan mereka dalam aktivitas sosial serta akses ke sumber-sumber daya sosial;

• bekerja bersama anak, orang dewasa dan anggota masyarakat yang memiliki pengaruh untuk meningkatkan inklusi kelompok yang dimarjinalkan, dan untuk memastikan anak-anak yang dikucilkan dan keluarga mereka tahu tentang ketersediaan layanan dan dukungan.

ST

AND

• memastikan anak-anak memiliki akses ke informasi yang sesuai, dengan mempertimbangkan usia, jenis kelamin, bahasa, kepercayaan, jenis disabilitas (seperti melalui siaran radio dan media cetak besar untuk yang terganggu penglihatannya), dan lainnya, serta sasar informasi pada kelompok yang dikucilkan (seperti anak dalam pengasuhan residensial dan penahanan, atau mereka yang hidup di jalanan);

• bekerja lintas sektor untuk memastikan layanan dasar seperti kesehatan, pendidikan dan mata pencaharian dapat diakses anak-anak yang dikucilkan, dan ambil tindakan yang sesuai untuk menghadapi halangan yang ada atau yang potensial.

• advokasi seluruh sektor kemanusiaan untuk mengambil langkah-langkah yang memungkinkan anak-anak yang dikucilkan masuk dalam perencanaan program (contoh, kampanye untuk standar “desain universal” dan “akomodasi yang memadai” seperti yang diatur dalam Konvensi Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas (Convention on the Rights of People with Disabilities-CRPD) dalam semua intervensi);

• promosikan dan dukung keterlibatan anak-anak dan kelompok yang dikucilkan dalam forum pengambilan keputusan;

• kampanye untuk kebijakan merekrut staf dari kelompok yang dikucilkan untuk bekerja; dan

• sertakan perwakilan dari populasi yang dikucilkan dalam proses evaluasi program.

INDIKATOR HASIL (OUTCOME) OUTCOMETARGET CATATAN

1. Persentase anak yang dikucilkan yang teridentifikasi dan

memiliki akses ke layanan perlindungan 80% (1) “Akses kepada” perlu didefinisikan dalam konteks, termasuk apakah pembaginya terbatas pada anak-anak yang diyakini membutuhkan layanan Tipe layanan juga dapat

di tentukan dalam konteks (3) Jenis kelompok

terkucilkan dan tipe layanan dapat ditentukan di dalam

konteks

INDIKATOR AKSI TARGET AKSI

2. Jumlah masyarakat dengan pengucilan yang telah dipetakan, dan penyebab, konsekuensi, halangan, dan kesempatan telah diidentifikasi

Akan ditentukan

di negara masing-masing 3. Persentase masyarakat dengan layanan dan dukungan

komprehensif yang dapat diakses oleh kelompok yang

dikucilkan 100%

4. Persentase masyarakat dengan inisiatif partisipatif untuk

meraih anak-anak yang dikucilkan 100%

Pengukuran

ST

AND

Catatan panduan

1. Anak-anak yang sering dikucilkan:

Beberapa kategori anak-anak yang sering diidentifikasi sebagai anak yang dikucilkan adalah anak-anak dengan disabilitas, anak yang menjadi kepala keluarga, anak LGBTI, anak-anak yang hidup dan bekerja di jalan, anak yang lahir karena perkosaan, anak-anak dari minoritas etnis dan agama, anak yang terkena dampak HIV, remaja perempuan, anak dalam bentuk terburuk pekerja anak, anak tanpa pengasuhan memadai, anak yang lahir di luar nikah, dan anak yang tinggal dalam lembaga pengasuhan atau penahanan. Anak-anak dapat mengalami pengucilan dalam berbagai wilayah di kehidupan mereka. Contohnya, anak-anak dengan disabilitas mungkin dikucilkan dari sumber-sumber daya, dan dari memiliki peran dalam rumah tangga mereka sendiri, serta dari sekolah, sumber daya masyarakat, dan akses ke mata pencaharian. Anak perempuan mungkin dikucilkan dari mengambil bagian dalam kehidupan masyarakat atau untuk mengakses pendidikan. Anak yang tinggal di lembaga pengasuhan residensial atau penahanan mungkin dikucilkan dari kehidupan masyarakat dan terisolasi dari layanan dasar dan sumber daya. Anak yang hidup dan bekerja di jalan mungkin memiliki kehidupan sosial mereka sendiri, tetapi mungkin dikucilkan dari masyarakat pada umumnya dan akses ke layanan dan sumber daya dasar.

2. Mengidentifikasi anak yang terkucilkan:

Studi pustaka yang dilakukan selama kesiapsiagaan kedaruratan atau di hari-hari pertama respons situasi darurat harus memberikan gambaran anak-anak mana yang biasanya dikucilkan di dalam konteks nasional atau lokal. Gunakan pengetahuan ini untuk merencanakan wilayah tempat pengkajian perlindungan anak akan dilaksanakan (contohnya, di fasilitas lembaga pengasuhan residensial atau penahanan) dan jenis pertanyaan yang ditanyakan, lalu identifikasi sifat dan cakupan pengucilan di dalam konteks situasi darurat. Setelah didefinisikan, gunakan asesmen berbasis masyarakat dan aktivitas penjangkauan untuk mengidentifikasi setiap anak yang dikucilkan di dalam wilayah program untuk tindak lanjut dan dukungan. Kerja bersama dengan struktur manajemen kamp dan lembaga seperti UNHCR dan IOM yang mendaftar populasi untuk memastikan pendaftaran populasi menjaring kelompok yang biasa dikucilkan (contohnya, anak-anak dengan disabilitas atau anak-anak tanpa pengasuhan memadai). Usaha lebih lanjut dapat dilakukan di tingkat masyarakat untuk memetakan penyebab, konsekuensi, kesempatan, dan resiko pengucilan. 3. Akses anak-anak yang dikucilkan ke perlindungan dan bantuan kemanusiaan: Semua anak harus didukung untuk mengakses perlindungan dan bantuan kemanusiaan dengan level yang sama, karena hal ini seringkali ditolak untuk anak-anak yang dikucilkan. Langkah-langkah khusus mungkin dibutuhkan untuk mengatasi halangan dan membuka akses. Di dalamnya juga mencakup

ST

AND

anak-anak yang tidak memiliki dokumen identitas dan yang tidak didampingi pengasuh dewasa dilibatkan, dan melaksanakan aktivitas untuk mengatasi diskriminasi. Hindari sebisa mungkin penyediaan layanan kemanusiaan umum secara terpisah. Anak-anak harus didukung untuk mengakses layanan khusus berdasarkan kebutuhan khusus mereka (contohnya, layanan kesehatan khusus, bantuan mobilitas dan sensorik, atau layanan perawatan sementara). Hati-hati dalam memastikan agar penyediaan layanan khusus dan penjangkauan dilakukan dengan cara yang tidak menambah stigma pada anak.

4. Anak dengan disabilitas

Anak dengan kesulitan berjalan, melihat, mendengar, berkomunikasi dan/atau mengingat sangat rentan untuk ditinggalkan, ditelantarkan, dan dieksploitasi selama situasi darurat, dan jarang dipertimbangkan dalam asesmen dan respons kemanusiaan. Menyertakan mereka dalam program kemanusiaan berarti melibatkan analisa tentang beragam kebutuhan, karakteristik, dan situasi kehidupan mereka, dan memastikan keterlibatan aktif mereka dalam setiap fase siklus program. Penyedia layanan kemanusiaan umum harus meningkatkan kapasitas mereka yang berhubungan dengan usaha melibatkan dan bekerja sama dengan anak dengan disabilitas. Aktivitas program harus menggunakan pendekatan yang berpusat pada keluarga dan menolong keluarga untuk menjadi mandiri. Orang yang ditunjuk atau focal person dalam mekanisme berbasis masyarakat atau struktur manajemen kamp harus diidentifikasi dan dilatih untuk bekerja bersama anak-anak dengan disabilitas. Strategi komunikasi dan media harus memampukan anak-anak dengan disabilitas mengakses informasi, contohnya melalui penggunaan siaran radio, pengumuman dengan pengeras suara, dan huruf Braille, dan media cetak berukuran besar, serta menyampaikan pesan melalui jaringan disabilitas.

5. Tempat tinggal yang layak dan desain universal:

Tempat tinggal yang layak dan desain universal merupakan kebutuhan prinsip penyandang disabilitas dan harus dipertimbangkan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program. Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas menjelaskan akomodasi yang layak sebagai “modifikasi dan penyesuaian yang dibutuhkan dan sesuai. Untuk memastikan penikmatan orang-orang dengan disabilitas atau melaksanakan atas dasar kesetaraan dengan sesama berdasarkan hak asasi manusia”. Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas menjelaskan desain universal sebagai “desain dari produk, lingkungan, program, dan layanan harus dapat digunakan oleh semua orang, sampai seluas mungkin, tanpa memerlukan adaptasi atau desain khusus”. Untuk memastikan kebutuhan anak-anak dengan disabilitas dipertimbangkan dan ditangani, mereka harus dilibatkan dalam semua pemrograman kemanusiaan. Kegagalan untuk melakukannya akan merusak praktik-praktik yang melibatkan anak dengan disabilitas di dalam program kemanusiaan, dan merupakan bentuk diskriminasi.

ST

AND

6. Anak-anak yang hidup dan bekerja di jalanan:

Banyak anak yang berada dalam bahaya pindah ke wilayah urban untuk menghindari kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi, dan penelantaran, atau mencari kesempatan, layanan, dan sumber daya. Sebagian anak-anak ini berakhir dengan hidup dan bekerja di jalanan, yang membuat mereka semakin rentan terhadap lebih banyak kekerasan, eksploitasi, dan mungkin dikucilkan dari layanan. Selama situasi darurat, anak-anak ini mungkin akan terus dikucilkan dari perlindungan dan bantuan kemanusiaan karena mereka berada di luar struktur masyarakat, dan karena mereka tidak memiliki akses ke informasi. Kedaruratan juga meningkatkan jumlah anak yang pindah ke jalan. Anak-anak yang hidup dan bekerja di jalan seringkali memiliki kebutuhan yang rumit dan tetap memiliki mobililtas tinggi, memperumit usaha untuk melibatkan mereka dalam program kemanusiaan. Pendekatan yang telah terbukti efektif dalam beberapa konteks adalah penjangkauan teman sebaya, penyediaan layanan “malam hari” untuk dukungan belajar dan psikososial, penyediaan manajemen kasus multisektor, kampanye bersama penyedia layanan, pemberi kerja dan pihak berwenang, serta menyediakan mediasi keluarga.

7. Anak yang terdampak HIV:

Anak-anak yang hidup dengan HIV, atau hidup di dalam rumah tanga dengan anggota yang terkena HIV, sangat mungkin rentan terhadap pengucilan. Stigma dan diskriminasi yang dihubungkan dengan HIV mungkin membuat mereka tidak dapat mengakses layanan dan dukungan, dan dikucilkan dari masyrakat. Dampak HIV pada mata pencaharian individu dan rumah tangga dapat mengarah pada kemiskinan, yang akan membawa masuk lebih jauh ke dalam siklus pengucilan. Pertimbangan khusus harus diberikan untuk melibatkan anak-anak dan keluarga ini dalam program perlindungan dan bantuan dengan cara yang menjaga kerahasiaan dan sebisa mungkin mengurangi risiko stigma. Kampanye informasi harus menentang sikap diskriminatif dan mempromosikan penerimaan dan dukungan keluarga. Layanan khusus harus disertakan dalam layanan lebih luas yang disediakan. Anak-anak yang terdampak HIV harus dilibatkan dalam pelatihan keterampilan hidup yang mempromosikan kemampuan mereka untuk melindungi diri sendiri.

8. Mendorong partisipasi anak:

Mendorong keterlibatan anak-anak yang dikucilkan dalam berbagai keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka merupakan hal penting untuk melibatkan mereka dalam masyarakat dan meningkatkan perlindungan mereka. Akan tetapi, partisipasi juga dapat membuat mereka mengalami risiko diskriminasi dan kekerasan, atau membuat mereka merasa kehilangan segala bentuk kekuasaan. Latar belakang dan dinamika kekuasaan yang menciptakan semua risiko ini memerlukan analisa yang cermat, dan kapasitas untuk mendukung

ST

AND

keterlibatan anak harus dipastikan sebelum partisipasi anak-anak yang dikucilkan mulai didorong. Pengembangan program yang bertujuan untuk mendorong partisipasi anak harus mendukung anak dalam membangun kepercayaan diri, ketahanan, dan keterampilan sosial. Kelompok anak dan mekanisme rekan sebaya dapat digunakan untuk mendorong keterlibatan anak yang dikucilkan dalam aktivitas masyarakat.

9. Mendorong inklusi dalam kebijakan dan praktik organisasi:

Memiliki staf dari kelompok yang dikucilkan yang bekerja untuk lembaga kemanusiaan berarti mempromosikan non-diskriminasi secara aktif, membangun pemahaman mengenai isu sehubungan dengan pengucilan, meningkatkan komunikasi, dan memampukan pembangunan hubungan positif. Untuk mencapainya, harus dikembangkan kebijakan dan prosedur dalam rangka mempromosikan perekrutan semua kelompok dalam masyarakat dan untuk memastikan tersedianya lingkungan kerja tanpa hambatan. Kebijakan dan prosedur mencakup:

• Strategi tindakan yang tegas

• Perubahan tempat kerja untuk staf dengan disabilitas.

• Melaksanakan prosedur pengaduan

• Meningkatkan kesadaran dan pelatihan mengenai diskriminasi kepada staf

• Mempersiapkan kesempatan perkembangan karir bagi semua staf.

ST

AND

Referensi

UNHCR (2011). Working with Persons with Disabilities in Forced

Displacement

WHO (2001). International Classification of Functioning, Disability

and Health

Wordsworth, D., McPeak, M. and Feeny, T. (2005). Understanding

Children’s Experience of Poverty: An Introduction the DEV Framework

• Convention on the Rights of the Child (1989)

• Convention on the Rights of People with Disabilities (2006)

ST

AND