• Tidak ada hasil yang ditemukan

MONITORING PERLINDUNGAN ANAK

Monitoring atau pemantauan secara sistematis terhadap masalah perlindungan anak harus dilakukan sejak tahap awal situasi darurat. Monitoring mengacu pada pengumpulan informasi yang berkelanjutan tentang tingkat dan pola tindak kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah, dan penelantaran. Dalam beberapa kasus juga mencakup pengumpulan informasi mengenai kejadian atau pelanggaran tertentu. Masalah atau isu yang akan dimonitor dapat sangat bervariasi, tergantung pada konteks dan dapat mencakup, misalnya: penculikan, perlakuan salah, penahanan sewenang-wenang, pelibatan anak dalam pekerjaan yang berbahaya, kesejahteraan mental dan fisik, pembunuhan, tindakan yang mengakibatkan disabilitas, pelibatan anak dalam konflik, keterpisahan, eksploitasi seksual, kekerasan seksual, dan perdagangan orang.

Monitoring harus selalu dihubungkan dengan respons dan rujukan agar tindakan dapat dilakukan segera untuk menangani risiko terhadap kehidupan atau kesejahteraan seorang anak. Dalam wilayah terdampak bencana, di mana mekanisme normal pemantauan dan penanganan seringkali tidak memadai atau tidak dapat bekerja, maka perlu diterapkan mekanisme khusus yang diperkuat dengan kebijakan otoritas pemerintahan setempat.

Di Indonesia, beberapa lembaga pemerintah memiliki tugas dan fungsi pemantauan. Di antara lembaga tersebut adalah Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang memiliki mandat pemantauan pelaksanaan Undang-undang Perlindungan Anak, dan Komisi Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) yang memantau situasi hak asasi manusia di Indonesia. Ketiadaan data yang diakibatkan kapasitas yang tidak memadai serta koordinasi pengumpulan data yang lemah seringkali dianggap menjadi tantangan dalam memantau situasi perlindungan anak di Indonesia.

STANDAR

Informasi yang objektif dan tepat waktu mengenai masalah perlindungan anak dikumpulkan dengan cara yang etis dan secara sistematis digunakan untuk mengarahkan kegiatan pencegahan dan respons.

ST

AND

KESIAPSIAGAAN

• Petakan sistem perlindungan anak, dari tingkat nasional hingga ke tingkat masyarakat, termasuk sistem rujukan yang tersedia dan kesenjangan dalam sistem rujukan tersebut;

• tetapkan lembaga utama yang mengkoordinir pengumpulan, analisa, dan pemanfataan data.

• bangun data dasar yang disepakati bersama tentang informasi utama perlindungan anak dengan menggunakan sumber data yang sudah tersedia, termasuk data di kuantitatif dan kualitatif di tingkat terendah (Kabupatan, Kecamatan, Kelurahan/Desa);

• bersama dengan lembaga/pekerja kemanusiaan lainnya, sepakati indikator bersama dan proses monitoringnya, serta tentukan peran masing-masing pihak; pastikan semua kesepakatan tersebut menjadi panduan bagi semua pihak;

• kembangkan sistem rujukan internal dan antar lembaga pemerintah maupun masyarakat, dan pastikan semua petugas/pekerja menyadari tanggung jawab mereka untuk merujuk setiap kasus;

• pastikan pekerja perlindungan anak terlibat dalam monitoring, melibatkan anggota masyarakat, menerima pelatihan khusus mengenai peran mereka dalam pemantauan, termasuk pertimbangan-pertimbangan etik, serta selalu mendapatkan informasi terkini;

• pertimbangkan kebutuhan pembiayaan, logistik, serta metode komunikasi untuk memastikan laporan dan rujukan dilakukan secara tepat waktu; dan • dalam situasi konflik bersenjata, identifikasi mitra yang dapat melaksanakan

monitoring pelanggaran berat terhadap anak, termasuk kekerasan seksual yang berhubungan dengan konflik.

RESPONS

• Kaji/analisa hasil penelitian, asesmen, pengamatan atau informasi lainnya yang tersedia terkait situasi;

• sepakati persoalan perlindungan anak yang akan dimonitor, termasuk definisi dan indikator, metode pengumpulan data, serta sistem manajemen informasi (cetak dan elektronik) yang akan digunakan;

•sepakati kriteria untuk pemilahan data, sebagai tambahan dari usia dan jenis kelamin;

• selaraskan prosedur bersama untuk berbagi informasi dengan mekanisme monitoring perlindungan anak dari berbagai lembaga yang ada;

Aksi kunci

ST

AND

oleh semua lembaga yang ada dan oleh pihak-pihak yang bertanggungjawab atas proses koordinasi;

• antisipasi hal-hal yang dapat menyebabkan kasus-kasus tidak dilaporkan oleh masyarakat, atau juga pencatatan ganda terhadap sebuah kasus; • di tingkat koordinasi antar-lembaga, identifikasi respons yang sesuai untuk

setiap jenis kasus dan pelanggaran (lihat Standar 3, 4, dan 15);

• pastikan “kepentingan terbaik bagi anak” menjadi pertimbangan utama ketika mengumpulkan informasi, disamping juga mendapatkan persetujuan tertulis dengan penjelasan (informed consent); dan

• pastikan praktik/kebiasaan yang baik diikuti dalam mengelola informasi (lihat Standar 5).

• jika lembaga pemerintah di tingkat nasional dan provinsi/daerah setempat telah membentuk satuan tugas dan mekanisme monitoring dan pelaporan di daerah terdampak, monitor dan laporkan pelanggaran berat terhadap anak serta periksa bahwa laporan tersebut ditindaklanjuti ke gugus tugas atau penyedia layanan yang sesuai;

INDIKATOR HASIL (OUTCOME) TARGET OUTCOME

1. Persentase laporan rutin yang ditetapkan BNPB atau BPBD yang menyertakan informasi mengenai situasi perlindungan

anak 100%

2. Informasi di dalam sistem monitoring perlindungan anak dipilah,

setidaknya, berdasar jenis kelamin dan usia Ya

INDIKATOR AKSI TARGET AKSI

3. Persentase pengumpul data yang dilatih mengenai pengumpulan

data perlindungan anak, termasuk tentang pertimbangan etis 100% 4. Persentase rata-rata keanggotaan perempuan dalam tim

monitoring 30%

5. Kerangka kerja monitoring bersama yang disepakati, termasuk indikator, metode pengumpulan data, dan frekuensi

pengumpulan data tersedia Ya

6. Persentase kasus yang dilaporkan yang mendapatkan penanganan tindaklajut secara memadai dan tepat waktu oleh

lembaga dalam jaringan atau mekanisme rujukan penanganan 75%

Pengukuran

ST

AND

1. Pemetaan:

• Sistem monitoring dan pengamatan yang sudah ada harus dipetakan untuk memahami situasi dan kesenjangan utama. Jika tidak tersedia, sistem monitoring perlu dibangun, dan sedapat mungkin dihubungkan dengan berbagai sistem yang sudah ada dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperkuat sistem tersebut.

• mekanisme monitoring dan pelaporan dapat mencakup: monitoring dan pelaporan berbasis masyarakat

komite perlindungan atau komite manajemen kamp pengungsian data administratif rutin (contoh, dari sistem layanan kesehatan, Unit

Pelayanan Perempuan dan Anak di Kepolisian RI)

sistem bersama milik UNHCR dan UNFPA untuk monitoring kekerasan berbasis gender (Gender-Based Violence Information Management System-GBVIMS), dan Sistem Manajemen Informasi Perlindungan Anak (Child

Protection Information Management System-CPIMS).

2. Asesmen:

• Kaji informasi yang ada untuk mengidentifikasi:

kecenderungan, masalah, dan risiko utama dalam perlindungan anak, konteks tempat semua isu tersebut muncul

apakah masalah ditanggapi dan cara menanggapinya.

• kajian harus mempertimbangkan aspek keamanan dan potensi risiko untuk melakukan kegiatan monitoring, implikasi sumber daya, ketersediaan sumber informasi, dan pengkajian terhadap pelanggaran.

• gunakan analisa berbasis bukti untuk menyebutkan siapa di antara masyarakat yang terkena dampak krisis, yang paling berisiko menghadapi bentuk-bentuk kekerasan, eksploitasi, atau perlakuan salah – apakah anak perempuan atau anak laki-laki, remaja perempuan atau remaja laki-laki atau lebih khusus lagi mereka yang memiliki disabilitas.

• analisa harus memungkinkan untuk:

pembuatan profil tentang perbedaan kebutuhan dan kenyataan yang dihadapi laki-laki dan perempuan dalam populasi, dan

mengidentifikasi cara dan apakah kebutuhan mereka dipenuhi oleh elemen sistem perlindungan anak yang ada.

mendapatkan gambaran objektif tentang kecenderungan dan pola.

Catatan panduan

ST

AND

3. Koordinasi:

• Kegiatan monitoring perlindungan anak harus dilakukan secara terkoordinasi, termasuk dengan berbagai sektor kemanusiaan lain, untuk menghindari duplikasi, memastikan seluruh wilayah geografis terpantau, serta pelanggaran dan risiko yang spesifik juga terpantau.

• penting untuk memiliki sistem pengumpulan dan pengelolaan informasi yang disepakati bersama, baik secara manual maupun elektronik, termasuk formulir, indikator, kumpulan data minimum, panduan keamanan bersama, dan lain-lain. Jika relevan, semua usaha ini harus menjadi bagian dari kelompok kerja koordinasi atau sistem gugus tugas yang lebih luas (lihat Standar 1 dan 5). 4. Pelatihan:

• Sebagai bagian dari kesiapsiagaan, semua staf/pekerja perlindungan anak harus dilatih tentang hak asasi manusia dan hukum kemanusiaan internasional serta perundangan nasional mengenai semua isu perlindungan anak. • selama respons, pekerja perlindungan anak yang terlibat harus memahami

cara yang aman untuk merujuk kasus ke sistem monitoring.

• semua staf/pekerja kemanusiaan di lembaga masyarakat maupun pemerintah nasional/lokal yang terlibat di dalam monitoring perlindungan anak harus mendapatkan pelatihan khusus mengenai wawancara yang ramah bagi anak termasuk anak dengan disabilitas, pengkajian risiko, soal keamanan, pelaporan yang sensitif-konflik, proses dan metodologi pelaporan, serta pengumpulan informasi. Pelatihan harus mencakup: hak privasi anak laki-laki dan anak perempuan, perlindungan terhadap identitas dan kerahasiaan, hak-hak anak untuk didengar pendapatnya dan untuk terlibat dalam semua keputusan yang mempengaruhi mereka, serta hak-hak anak atas perlindungan dari bahaya dan pembalasan/retribusi.

5. Respons yang terprogram/terencana:

• Kegiatan monitoring dilaksanakan dengan tujuan spesifik, yaitu untuk melaporkan masalah perlindungan anak, membangun akuntabilitas, dan menyediakan informasi untuk perancangan upaya pencegahan dan respons yang terencana.

• jika ada mekanisme koordinasi perlindungan anak, maka semua anggota mekanisme ini harus mendapatkan informasi mengenai:

rujukan pelaporan – di mana anggota dapat menyampaikan laporan kasus dan pelanggaran ke mekanisme pelaporan yang benar.

rujukan kasus – di mana pelaksana monitoring dapat merujuk kasus-kasus kekerasan terhadap anak-anak ke mekanisme bantuan dan layanan respons yang layak.

ST

AND

6. Partisipasi masyarakat:

• Masyarakat dan organisasi kemasyarakat harus diajak berdiskusi dan konsultasi dengan tujuan memperkuat peran mereka dalam melindungi anak-anak. • anak perempuan, anak laki-laki, pengasuh dan pemimpin masyarakat harus

diberikan informasi mengenai kegiatan monitoring dan hasil yang bisa diperoleh dari monitoring, sehingga mereka memiliki harapan yang realistis terhadap respons dan akuntabilitas.

• mekanisme dan cara penyampaian informasi mengenai suatu masalah perlindungan anak yang teridentifikasi dari kegiatan monitoring harus disepakati di antara lembaga yang terlibat, misalnya dengan hanya menyajikan informasi yang bersifat umum, sehingga sumber-sumber informasi perorangan terlindungi dan tidak mudah diidentifikasi.

• memastikan agar orang yang melakukan monitoring menggunakan pendekatan dan metode tertentu agar anak, orang tua, dan anggota masyarakat memberikan informasi terhadap hal yang sensitif

ST

AND

Referensi

Ager, Akesson & Schunk (2010). Mapping of Child Protection

M&E Tools

Bloom, Shelah (2008). Violence Against Women and Girls: A

Compendium of Monitoring and Evaluation Indicators

IASC (2005). Guidelines on Gender-Based Violence Interventions

in Humanitarian Settings

ICRC (2009, revision forthcoming). Professional Standards for

Protection Work (Chapter 5: Managing Sensitive Protection

Information)

O/SRSG-CAAC, UNICEF, DPKO (2010), MRM Guidelines, Field

Manual and Training Toolkit

The Sphere Project (2011). The Sphere Handbook: Humanitarian

Charter and Minimum Standards in Humanitarian Response; Core

Standards

UN Action against Sexual Violence in Conflict (2008). Do’s and

Don’t’s: Reporting and interpreting data on sexual violence from conflict-affected countries

WHO (2007). Ethical and Safety Recommendations for Researching,

Documenting and Monitoring Sexual Violence in Emergencies

• Undang-undang no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-undang no. 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU no. 23 tahun 2002

• Undang-undang no. 34 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

• www.childrenandarmedconflict.un.org

• www.cpims.org

• www.unicef.org/esaro/5440_guidelines_interview.html (UNICEF Guidelines for interviewing children)

ST

AND