• Tidak ada hasil yang ditemukan

Catatan panduan 1. Hambatan struktural:

Hambatan yang tercipta dalam program pemulihan ekonomi harus dipahami. Kapasitas program pemulihan ekonomi untuk meningkatkan masa depan anak-anak dipengaruhi beberapa kondisi, seperti ketidaksetaraan gender, isolasi geografis penerima manfaat, diskriminasi usia, kualitas buruk layanan kesehatan dan pendidikan, kekurangan informasi mengenai pengasuhan anak, pemberian stigma pada kelompok tertentu (misalnya orang-orang dengan disabilitas), dan norma sosial. Pertanyaan mengenai hambatan lembaga dan struktural sering tidak dicantumkan di dalam program untuk penguatan ekonomi

2. Anak perempuan dan perempuan dewasa:

Dalam berbagai konteks, perempuan cenderung lebih memprioritaskan kebutuhan anak dalam pengasuhan mereka, dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan dan anak perempuan juga lebih rentan terhadap banyak risiko, termasuk HIV dan kekerasan berbasis-gender; tetapi, terlepas dari keuntungan yang melindungi dari program ekonomi, sering kali perempuan malah tersingkirkan. Keberadaan fasilitas pengasuhan anak akan sangat memengaruhi kemungkinan pengasuh perempuan untuk mengambil bagian dalam program. Lakukan diskusi di tingkat rumah tangga atau masyarakat dan bersama dengan perancang program membantu mengembangkan solusi terbaik untuk perempuan dalam hal pengasuhan anak.

INDIKATOR HASIL (OUTCOME) TARGET OUTCOME

1. Persentase proyek pemulihan ekonomi yang merefleksikan keselamatan dan kesejahteraan anak, termasuk keutuhan

keluarga, dalam desain, monitoring dan evaluasi 100%

INDIKATOR AKSI TARGET AKSI

2. Persentase proyek pemulihan ekonomi yang melibatkan

spesialis perlindungan anak dalam fase desain mereka. 90% 3. Sistem rujukan tersedia dan terbukti digunakan untuk

memampukan anak atau rumah tangga yang dikucilkan, atau

anak berisiko, mengakses dukungan pemulihan ekonomi Ya 4. Persentase petugas pemulihan ekonomi yang dilatih tentang

isu-isu perlindungan anak 90%

5. Persentase proyek pemulihan ekonomi yang secara rutin mengkaji ulang aspek perlindungan anak bersama petugas

perlindungan anak 90%

ST

AND

3. Asesmen dan monitoring:

Asesmen mata pencaharian harus melibatkan mereka yang memiliki kepentingan – termasuk perempuan, anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan yang lebih tua, orang tua dengan disabilitas dan pengasuh dari anak-anak yang paling berisiko – sehingga mereka dapat membantu mengidentifikasi mekanisme pertahanan diri negatif yang mungkin muncul karena kehilangan aset dan pendapatan rumah tangga. Di dalamnya termasuk pekerjaan berbahaya, transaksi seksual, atau meninggalkan sekolah. Asesmen harus juga mengidentifikasi risiko perlindungan bagi anak perempuan dan anak laki-laki yang mungkin menjadi semakin buruk (secara tidak sengaja) akibat strategi pemulihan ekonomi. Akar masalah kerentanan, aset ekonomi, permintaan lokal untuk tenaga kerja dan barang, dan kesempatan rantai nilai (yang ada) harus dianalisa lebih dulu.

4. Bantuan tunai:

Setelah terjadi situasi darurat, bantuan tunai dan program bantuan tunai bersyarat dapat meletakkan dasar untuk membantu rumah tangga yang rentan untuk pulih. Akan tetapi, juga sangat penting untuk memastikan berbagai bantuan ini tidak membuat beberapa kelompok semakin terpinggirkan. Bantuan tunai langsung diperlukan, misalnya untuk rumah tangga yang seluruh anggotanya memiliki disabilitas, yang tidak memiliki pengasuh untuk anak (rumah tangga dengan anak sebagai kepala keluarga), yang telah kehilangan satu atau lebih pengasuh, atau yang anaknya bekerja. Mereka yang terlibat harus menyediakan informasi yang jelas mengenai jangka waktu yang diharapkan untuk bantuan tunai. Setiap tindakan harus dirancang untuk menguntungkan perempuan, anak dan kelompok yang dikucilkan.

5. Monitoring dan evaluasi:

Strategi mata pencaharian dan pemulihan ekonomi mungkin tidak akan memberikan hasil (outcome) untuk anak-anak yang mudah diukur dalam waktu singkat. Dengan demikian, jika memungkinkan, gunakan indikator terpisah untuk laki-laki dan perempuan (seperti makanan yang dikonsumsi, kehadiran sekolah, dan data kesehatan anak) Selama implementasi, pastikan sistem pemonitoran menangkap informasi mengenai dampak intervensi yang diharapkan dan yang tidak diharapkan terhadap keselamatan dan kesejahteraan anak. Secara khusus analisa kedua isu berikut: (1) Apakah ada hubungan antara kesatuan keluarga dan intervensi pemulihan ekonomi? Dan (2) apakah ada hubungan antara akses ke pendidikan, angka pekerja anak, dan intervensi pemulihan ekonomi? Bagikan informasi dan koordinasikan pekerjaan untuk menghindari duplikasi usaha.

6. Keahlian yang saling melengkapi:

Karena banyak lembaga perlindungan anak yang kekurangan keahlian untuk menyampaikan program ekonomi berbasis-pasar yang efektif, dan lembaga

ST

AND

keahlian dalam perlindungan anak, setiap lembaga harus fokus untuk memberikan yang terbaik yang dapat mereka lakukan, dan membangun kemitraan untuk yang lainnya.

7. Desain program:

Sebagai bagian dari pendekatan berbasis-pasar, petugas yang mengimplementasikan strategi pemulihan ekonomi akan sering mengandalkan seleksi mandiri penerima manfaat, sehingga menghasilkan program yang menguntungkan mereka yang lebih mampu. Organisasi perlindungan anak sedapat mungkin harus bertujuan untuk mempengaruhi desain semua strategi ini agar melibatkan rumah tangga yang lebih rentan. Mereka juga harus mengidentifikasi keluarga yang tidak dapat dijangkau dan menghubungkan keluarga ini dengan bantuan. Walau kebanyakan program menyasar orang dewasa, remaja yang lebih tua juga dapat mendapatkan keuntungan langsung dari pelatihan keterampilan, rencana tabungan, program magang, dan aktivitas lainnya. Desain program pemulihan ekonomi untuk anak-anak harus menghormati hukum nasional atau usia minimum untuk bekerja dan pelatihan kejuruan, serta penyelesaian wajib belajar. Berbagai program ini memberikan kesempatan untuk memperkuat kerangka kerja hukum (termasuk untuk monitoring ketika aturan dilanggar) jika memungkinkan.

8. Penetapan stereotip:

Laki-laki dan perempuan harus memiliki pilihan jenis pekerjaan yang lebih ingin mereka lakukan atau jenis keterampilan yang ingin dipelajari, dan harus diizinkan untuk mencari mata pencaharian di bidang-bidang yang biasanya dikejar oleh lawan jenisnya. Ada kecenderungan untuk melibatkan anak-anak perempuan dalam aktivitas yang dibayar rendah di dalam rumah seperti menjahit atau merajut, dan melatih anak laki-laki dengan potensi ekonomi yang lebih besar seperti mekanik atau pertukangan. Anak perempuan dan anak laki-laki memiliki kebutuhan yang setara untuk terlibat dalam aktivitas ekonomi yang menjanjikan, terutama jika tidak ada pencari nafkah dalam keluarga. Memahami konteks lokal yang ada, termasuk sikap dan norma adat, akan memampukan program yang lebih sensitif dan efektif untuk menghindari penetapan stereotip, dan dapat memberikan efek jangka panjang.

ST

AND

Referensi

• Betcherman, G., Godfrey, M., Puerto, S., Friedrike, R. and Straverska, A. (2007) A Review of Interventions to Support Young

Workers: Findings of the Youth Employment Inventory

• CPC Livelihoods and Economics Strengthening Task Force (2011).

The impacts of Economics Strengthening Programs on Children

IASC (2006). Women, Girls, Boys and Men: Different needs – Equal

Opportunities. IASC Gender Handbook in Humanitarian Action.

• The Cash Learning Partnership, Save the Children, Women’s Refugee Commission (2012) Child Safeguarding in Cash Transfer

Programming: A Practical Tool

• The Cash Learning Partnership, Save the Children, Women’s Refugee Commission (2012). What Cash Transfer Programming

can do to protect children from violence, abuse and exploitation

The SeeP Network (2010). Minimum Economic Recovery Standards

(Second Edition)

• Convention on the Rights of the Child (1989)

• www.ovcsupport.net • www.seepnetwork.org • www.humanitarianinfo.org/iasc

ST

AND

AR 19

STANDAR 20