• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

5 KONDISI PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN

5.2 Unit Penangkapan 1 Armada penangkapan

5.2.2 Alat penangkapan ikan

Menurut DKP Ciamis (2007) alat penangkapan ikan yang digunakan nelayan Pangandaran berjumlah 6 (enam) jenis alat, yaitu jaring sirang (gillnet monofilament), jaring nilon (gillnet multifilament), jaring tiga lapis/ciker (trammel net), pancing rawai, pukat pantai, dan dogol yang disebut jogol oleh nelayan setempat.

1). Jaring sirang (Gillnet monofilament)

Jaring sirang di Pangandaran termasuk kedalam jenis gillnet monofilament. Adapun pengoperasiaannya antara lain:

y = 74,78x2 - 427,8x + 1.381

a) penurunan jaring (setting),

Setting yang dilakukan nelayan pengandaran sekitar pukul 7 pagi yang dimulai dengan penurunan pelampung, badan jaring, pemberat, pelampung tanda, dan diakhiri dengan pemberat terakhir.

b) perendaman (drifting),

Setelah semua diturunkan (setting), tali selambar yang terhubung dengan tali ris atas diikat pada bagian haluan kapal, lalu mesin kapal dimatikan dan melakukan proses drifting selama 4-6 jam

c) penarikan jaring (hauling).

Setelah dilakukan proses drifting kemudian dilakukan proses penarikan jaring (hauling). Pertama-tama nelayan menarik pemberat dan pelampung tanda, kemudian diikuti dengan penarikan pelampung, badan jaring dan pemberat. Apabila terdapat ikan yang terjerat, penarikan dihentikan sesaat atau jaring ditarik perlahan untuk mengambil hasil tangkapan tersebut. Ikan- ikan hasil tangkapan langsung dipisahkan menurut jenisnya di atas kapal. Proses hauling di akhiri dengan penarikan pelampung tanda dan pemberat yang pertama kali diturunkan. Pada saat hauling jaring ditarik sekaligus disusun untuk setting berikutnya.

Untuk spesifikasi gill net monofilament yaitu jaring terdiri dari 25-30 pieces, dengan ukuran per piecesnya panjang 45-60 meter, tinggi 2-15 meter, ukuran mata jaring 11,25-15 cm, dan jumlah mata jaring vertikal dan horizontal sebesar 100- 180 mata dan 400 mata. Bahan jaring adalah nilon monofilament dengan pelampung dan pemberat masing – masing terbuat dari plastik dan batu. Jenis perahu yang digunakan adalah perahu motor tempel dengan waktu pengoperasian siang hari oleh 2-3 nelayan. Daerah penangkapan, yaitu Batu Payung, Batu Lancip, Batu Layar, Batu Nunggal dan hasil tangkapannya adalah lobster, rajungan, layur, petek, tetengkek.

2). Jaring nilon (Gillnet multifilament)

Sama halnya dengan pengoperasian gillnet monofilament yang membedakan hanyalah spesifik alat tangkapannya. Untuk tahap pengoperasian gillnet multifilament terdiri dari tiga tahap yaitu :

a. Penurunan jaring (setting),

Setting yang dilakukan oleh nelayan Pangandaran adalah sekitar pukul 7 pagi yang dimulai dengan penurunan pelampung, badan jaring, pemberat, pelampung tanda, dan diakhiri dengan pemberat terakhir.

b. Perendaman (drifting),

Setelah semua diturunkan (setting), tali selambar yang terhubung dengan tali ris atas diikat pada bagian haluan kapal, lalu mesin kapal dimatikan dan melakukan proses drifting selama 4-6 jam

c. Penarikan jaring (hauling),

Setelah dilakukan proses drifting kemudian dilakukan proses penarikan jaring (hauling). Pertama-tama nelayan menarik pemberat dan pelampung tanda, kemudian diikuti dengan penarikan pelampung, badan jaring dan pemberat. Apabila terdapat ikan yang terjerat, penarikan dihentikan sesaat atau jaring ditarik perlahan untuk mengambil hasil tangkapan tersebut. Ikan- ikan hasil tangkapan langsung dipisahkan menurut jenisnya di atas kapal. Proses hauling diakhiri dengan penarikan pelampung tanda dan pemberat yang pertama kali diturunkan. Pada saat hauling jaring ditarik sekaligus disusun untuk setting berikutnya.

Spesifikasi alat tangkap gillnet multifilament yaitu jaring terdiri atas 7-22 pieces, dengan ukuran per piecesnya panjang 40-60 meter, tinggi 5-13 meter, ukuran mata jaring 5-7,5 cm, dan jumlah mata jaring vertikal dan horizontal sebesar 100-173 mata dan 800 mata. Bahan jaring adalah nilon multifilament dengan pelamping dan pemberat masing – masing terbuat dari plastik dan batu. Jenis perahu yang digunakan adalah perahu motor tempel dan kapal motor dengan waktu pengoperasian pada siang hari oleh 2-3 nelayan. Daerah penangkapan, yaitu Karang Luhur, Batu Mandi, Nusakambangan dan hasil tangkapannya adalah bawal, tongkol, lamadang, tenggiri, layaran, dan cucut.

3). Jaring tiga lapis/ciker (Trammel net)

Pengoperasian alat tangkap trammel net dilakukan pada pagi hari. Persiapan pertama yang dilakukan, yaitu pencarian daerah penangkapan ikan. Setelah sampai di fishing ground tahap pertama yang dilakukan adalah penurunan

jaring (setting). Urutan setting pertama, yaitu penurunan pelampung tanda 1, tali selambar depan, batu pemberat 1, badan jaring, batu pemberat 2, tali selambar belakang, dan terakhir pelampung tanda 2.

Penurunan jaring dapat dilakukan oleh dua orang nelayan, saat jaring diturunkan mesin tetap dihidupkan dan perahu tetap dijalankan dengan kecepatan rendah. Nelayan berada di lambung kiri perahu. Setting dilakukan pada beberapa fishing ground tergantung jumlah jaring yang dibawa. Setelah itu dilakukan proses drifting, kemudian proses pengangkatan jaring (hauling) yang dilakukan dengan cara menarik jaring melalui tali ris atas dan bawah. Hasil tangkapan dilepaskan dari jaring bersamaan dengan penarikan jaring ke atas perahu.

Jaring yang terdiri atas 5-50 pieces, dengan ukuran per piecesnya panjang 18-180 meter, tinggi 1,25-1,625 meter, ukuran mata jaring dalam (3,75 cm) dan luar (12,5 cm), dan jumlah mata jaring vertikal (dalam : 23-42 mata dan luar : 10- 13 mata) dan horizontal (dalam : 1.600 mata dan luar : 480 mata). Bahan jaring adalah nilon monofilament dengan pelampung dan pemberat masing – masing terbuat dari spon dan timah. Jenis perahu yang digunakan adalah perahu motor tempel dengan waktu pengoperasian pada siang hari oleh 2-3 nelayan. Daerah penangkapan, yaitu Karang Luhur, Batu Mandi, Nusakambangan dan hasil tangkapannya adalah udang jerbung.

4). Pancing rawai

Pengoperasian alat tangkap pancing rawai dilakukan pada pagi hari. Persiapan di laut dilakukan dalam perjalanan ke daerah penangkapan ikan, yaitu mencakup pemasangan umpan, penyiapan pelampung, jangkar, dan menyusun tali temali. Penebaran pancing dilakukan setelah arah dan kekuatan arus diketahui. Pada waktu penurunan alat, mesin kapal dimatikan, kemudian umpan dipasang. Umpan yang digunakan adalah ikan yang sudah mati/kepala ikan bilis.

Setting diawali dengan mengangkat ujung-ujung tali utama (main line) dengan tali pemberat dan tali-tali pelampung selanjutnya dilemparkan ke laut. Setelah itu dilanjutkan dengan mengulurkan main line dan melempar tali cabang atau matapancing yang telah dilengkapi dengan umpan. Setelah pelemparan rawai

selesai, jangkar kemudian diturunkan agar kapal berhenti. Setting dilakukan sekitar 1-3 jam.

Hauling dilakukan setelah waktu berselang antara 2-3 jam setelah penurunan rawai selesai. Pada waktu penarikan rawai ke atas kapal, letak rawai diatur dengan tujuan memperlancar pemasangan umpan selanjutnya pada waktu rawai akan diturunkan kembali. Hauling dilakukan dalam waktu 2 jam. Setelah pelampung dan pemberat semuanya diangkat kemudian perahu melanjutkan perjalanan ke daerah penangkapan lainnya.

Pancing ini mempunyai jumlah mata pancing 200-700 mata, panjang 1.200-3.600 meter, jarak antar pancing 7,5 meter, ukuran mata pancing No.8 dan No.9, dan kedalaman mata pancing terpasang 45-60 meter. Bahan tali utama adalah Kuralon No.300 dan bahan tali cabang adalah PE No.300/400. Jenis perahu yang digunakan adalah perahu motor tempel dengan waktu pengoperasian pada siang hari oleh 2-3 nelayan. Daerah penangkapan, yaitu Pamayang, Lawang, Nusakambangan dan hasil tangkapannya adalah ikan kuwe, manyung, remang, cucut, pari, kakap, bambangan, kerapu, kurau.

5). Pukat pantai

Secara garis besar pengoperasian pukat pantai terdiri atas tiga tahap, yaitu persiapan, penebaran, dan pengambilan hasil tangkapan. Pada proses persiapan nelayan mempersiapkan alat tangkap, perbekalan, dan perahu. Alat tangkap diletakkan di atas perahu harus dalam keadaan rapi. Setelah itu nelayan melakukan perjalanan menuju fishing ground. Setelah itu nelayan menurunkan tali penarik yang ujungnya terlebih dahulu ditambatkan di pantai.

Setelah sampai pada bagian ujung sayap, perahu bergerak setengah limgkaran sambil menebar jaring. Setelah selesai dilanjutkan dengan proses penurunan pelampung tanda yang kemudian perahu dikayuh ke arah pantai. Setelah perahu kembali ke laut untuk mengambil tali kantong dan kembali lagi ke pantai mengikuti jaring selama penarikan. Setelah sampai di pantai nelayan menarik jaring yang kemudian hasil tangkapan ditampung dan dipindahkan ke keranjang.

Pukat ini mempunyai panjang jaring 25 – 60 meter, panjang sayap 120 – 150 meter, dan ukuran mata (sayap 5 cm, badan 3,125 – 8,75 cm, dan kantong 1 – 2,5 cm). Bahan jaring adalah plastik dengan pelampung dan pemberat masing – masing terbuat dari plastik dan timah. Jenis perahu yang digunakan adalah perahu motor tempel dan perahu tanpa motor dengan waktu pengoperasian pada siang hari oleh 6 – 18 nelayan. Daerah penangkapan, yaitu Cilacap, Nusakambangan, Batu Karas dan hasil tangkapannya adalah tongkol, kakap, kerapu, ekor kuning, beronang, udang jerbung, udang dogol dan udang krosok.

6). Jaring dogol

Tahap pengoperasian jaring dogol yaitu jaring dipasang membentuk lingkaran. Pada proses ini pertama kali dilakukan penurunan pelampung pada satu sayap, lalu dilanjutkan dengan penurunan kantong dan disusul dengan sayap selambar. Setelah jaring terpasang sempurna kemudian jaring ditarik ke arah perahu beberapa saat hingga kedua sayap saling merapat.

Setelah melakukan penarikan jaring hingga sayap terentang sempurna, kemudian dilakukan prroses hauling. Penarikan jaring dilakukan secara bersama antara tali selambar bagian kanan dan kiri untuk menjaga badan jaring agar tetap terentang sempurna, sehingga akan mencegah ikan ke arah vertikal. Setelah dilakukan proses hauling kemudian dilakukan pemindahan hasil tangkapan ke dalam tempat yang telah disediakan.

Jaring ini mempunyai panjang jaring-sayap 25-100 meter, ukuran mata (sayap 5 cm, badan 3,125-8,75 cm, dan kantong 1-2,5 cm), dan bahan jaring adalah nilon dengan pelamping dan pemberat masing – masing terbuat dari plastik dan timah. Jenis perahu yang digunakan adalah perahu motor tempel dengan waktu pengoperasian pada siang hari oleh 4 nelayan. Daerah penangkapan yaitu, Cilacap, Nusakambangan, Batu Karas dan hasil tangkapannya adalah udang dogol, rebon, dan udang krosok.

7). Bagan

Bagan merupakan salah satu alat penangkapan ikan yang masuk kedalam kategori lifnet atau jaring ikan yang cara pengoperasian dalam penangkapan

ikannya dilakukan dengan cara mengangkat jaring, sehingga ikan terperangkap di jaring. Di Pangandaran dan sekitarnya, alat tangkap ikan ini lebih dikenal dengan nama “bagang.”

Kontruksi bagan ini sebagian besar terbuat dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa menyerupai bangunan rumah. Bagan berdasarkan penempatan daerah penangkapannya terdiri atas dua jenis yaitu bagan tancap dan bagan apung. Bagan tancap sesuai dengan namanya adalah jenis bagan yang peralatannya ditancap (permanen tidak bisa dipindah-pindah) dan biasanya ditempatkan tidak jauh dari pantai, sedangkan bagan apung adalah jenis bagan yang sesuai namanya terapung-apung di laut dengan menggunakan pelampung – pelampung yang terbuat dari drum-drum plastik dan dilengkapi jangkar supaya tidak terbawa arus laut dan dapat dipindah-pindah lokasi penempatannya sesuai dengan keinginan pemiliknya. Sepintas bagan ini sama kontruksinya dengan keramba jaring apung (KJA) yang bias digunakan untuk budidaya ikan, hanya ukuran bagan lebih kecil jika dibandingkam dengan ukuran KJA.

Jenis ikan yang tertangkap oleh bagan, baik bagan tancap maupun bagan apung adalah jenis-jenis ikan pelagis atau jenis-jenis ikan yang berenang di permukaan air laut yang biasanya berukuran kecil dan sifatnya bergerombol (schooling), antara lain ikan layangan dan petek. Alat tangkap ini sangat efektif untuk menangkap ikan layangan dan ikan teri. Apabila sedang musim ikan layangan dan teri, bagan dapat menangkap ikan layangan dan teri antara 4 – 6 ton dalam satu malam.

Tabel 16 dan Gambar 6 menunjukkan perkembangan alat penangkapan ikan di Pangandaran sejak tahun 2003 – 2007.

y = 163x2 - 653533x + 7E+08 R2 = 69,82 0 500 1000 1500 2000 2500 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Ju m la h al at t a n g kap ( u n it )

Tabel 16 Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di Pangandaran menurut jenis tahun 2003 – 2007 Jenis Alat Tangkap Tahun No (Unit) 2003 2004 2005 2006 2007 1. Pancing rawai 84 85 85 50 85 2. Pukat pantai 37 12 12 14 14 3. Gill net 843 737 737 475 1.648 4. Dogol 141 158 158 97 97 5. Tramell Net/ Ciker 83 94 94 52 52 6. Bagan 36 36 0 16 20 Jumlah 1.224 1.122 1.086 704 1.916

Sumber : HNSI Ciamis (2008) diolah kembali

Sumber : HNSI Ciamis (2008) diolah kembali

Gambar 6 Trend perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di Pangandaran Kurun waktu tahun 2003 – 2007

y = 163x2 – 653.533x + 7E + 08

5.2.3 Nelayan

Kemajuan perikanan merupakan titik tolak kemajuan daerah pesisir. Nelayan sebagai motor pengerak dalam kegiatan penangkapan ikan memiliki peranan penting dalam operasi penangkapan ikan. Tingkat pengetahuan akan metode pengoperasian alat tangkap dan keberadaan ikan merupakan hal penting harus dimiliki oleh nelayan. Selama ini nelayan Pangandaran memperoleh pengetahuan mengenai metode pengoperasian dan tentang fishing ground dari pengalaman dan coba-coba atau “try and error”.

Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktifitas yang sangat aktif di Pangandaran, hal ini terjadi karena kegiatan perikanan merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat Pangadaran selain pariwisata. Nelayan di Pangandaran tidak hanya berasal dari penduduk asli setempat tetapi sebagian juga berasal dari Tasikmalaya, Cilacap, Pameungpeuk dan Sukabumi.

Menurut Undang – Undang nomor 31 tahun 1999 tentang Perikanan, nelayan adalah sumberdaya manusia yang memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan operasi penangkapan ikan. Pada umumnya keahlian dalam operasi penangkapan ikan yang dimiliki nelayan berdasarkan pengalaman ynag telah didapatkan. Nelayan yang ada di Pangandaran berdasarkan kepemilikan alat tangkap dibedakan dua yaitu:

a) Juragan atau nelayan pemilik adalah golongan nelayan yang memiliki fasilitas produksi atau kapal penangkapan ikan. Nelayan ini ditunjuk sebagai ketua kelompok nelayan, masing-masing ketua kelompok memiliki anak buah kapal. Nelayan pemilik atau ketua kelompok nelayan berperan di dalam proses pendaratan.

b) Nelayan buruh adalah nelayan yang terjun langsung dalam operasi penangkapan ikan dan tidak memiliki alat tangkap. Mereka merupakan pihak pelaksana dan lainnya adalah adalah kapal yang menggunakan motor dalam untuk menaikkan hasil tangkapan ikan ke atas kapal.

Nelayan Pangandaran tidak hanya berasal dari penduduk asli setempat sebagian juga berasal dari Tasikmalaya, Cilacap, Pameungpeuk dan Sukabumi. Perkembangan jumlah nelayan Pangandaran dapat dilihat pada Tabel 17 dan Gambar 7.

0 500 1000 1500 2000 2500 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun J u m la h N e la y an ( or a n g) Nelayan Pemilik Nelayan Buruh

Tabel 17 Perkembangan jumlah nelayan Pangandaran kurun waktu 2003 – 2007 Tahun Status Nelayan 2003 2004 2005 2006 2007 Nelayan Pemilik 647 674 689 874 943 Nelayan Buruh 1.369 1.435 1.794 1.890 1.923 Jumlah 2.016 2.109 4.488 4.770 4.873

Sumber : HNSI Ciamis (2008) diolah kembali

Sumber : HNSI Ciamis (2008) diolah kembali

Gambar 7 Trend perkembangan jumlah nelayan Pangandaran menurut status nelayan tahun 2003 – 2007

Keberadaan nelayan di Pangandaran selama kurun waktu 5 (lima) tahun dari 2003 – 2007 memiliki kecenderungan meningkat setiap tahun baik untuk nelayan pemilik atau pun untuk nelayan buruh dengan tingkat pertumbuhan sebesar 218,5% untuk nelayan buruh dan 105,5% untuk nelayan pemilik. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perikanan khusunya perikanan tangkap di Pangandaran dalam lima tahun terakhir menjadi pilihan mata pencaharian.

y = 156,3x – 311.699 R2 = 89,53 R y = 79,2x – 158.031 R2 = 87,67 R