• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Pengelolaan Perikanan dan Pelabuhan Perikanan 1 Pengelolaan Perikanan

2.2.2 Pengelolaan Pelabuhan Perikanan

Pengelolaan pelabuhan perikanan bertujuan antara lain untuk mengoptimalkan peran pelabuhan dalam meningkatkan aktivitas kepelabuhanan termasuk di dalamnya pendaratan, pemasaran, dan pengolahan hasil tangkapan serta pelayanan untuk meningkatkan pendapatan pihak pengelola pelabuhan perikanan dan mendorong peningkatan pendapatan para pelaku/pengguna di pelabuhan perikanan. Keberhasilan dalam pengelolaan suatu pelabuhan antara lain banyak tergantung pada para pengguna yang ada di pelabuhan, misalnya terhadap kuantitas dan kualitas sumberdaya manusianya, keterkaitan dan keharmonisan hubungan antara staf pengelola pelabuhan antara lain kepala pelabuhan dan pegawainya, para pedagang, nelayan, pengolah dan buruh. Para pengguna tersebut harus dapat bekerja secara profesional, saling berkerja sama dalam pelaksanaan pengoperasian dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku. Di samping itu pengguna pelabuhan harus menguasai dan bertanggung jawab terhadap tugas atau pekerjaannya masing-masing (Lubis 2006).

Selanjutnya Lubis (2006) menyatakan, agar pengorganisasian dan pengelolaan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsi pelabuhan, maka perlu diketahui terlebih dahulu rincian kegiatan-kegiatan dan fasilitas yang akan dikelola oleh suatu pelabuhan dan kesiapan sumberdaya manusianya dalam mengelola kegiatan dan fasilitas tersebut baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Terdapat tiga kelompok kegiatan utama yang berkaitan erat dengan pengelolaan pelabuhan. Kegiatan-kegiatan tersebut ada kalanya berhubungan atau terpisah antara satu dengan lainnya. Ketiga kelompok tersebut adalah kegiatan yang berhubungan dengan :

1) Pengelolaan infrastruktur, suprastruktur dengan semua aktivitas penunjang, antara lain investasi pelabuhan, penyusunan anggaran, perencanaan pembangunan, pajak, perbaikan dan pemeliharaan fasilitasnya seperti alur pelayaran, mercusuar dan jalan-jalan di lingkungan pelabuhan.

2) Adanya kontak antara penjual dan pemakai jasa pelabuhan (klien), terhadap kapal dan barang-barang atau komoditi perikanan serta pemeliharaannya. Kontak ini secara eksplisit dapat berupa kegiatan-kegiatan ataupun jasa-jasa yang diberikan oleh pelabuhan.

3) Peraturan-peraturan kepelabuhanan antara lain peraturan-peraturan lokal, nasional maupun internasional dalam menentukan sirkulasi maritim, perhitungan statistik, pencatatan keluar masuknya kapal, pencatatan dan pemeliharaan kesehatan awak kapal.

Ada beberapa prinsip penting bilamana pengoperasian suatu pelabuhan perikanan dikatakan berhasil (Lubis 2006):

1) Sangat baik dipandang dari sudut ekonomi, yang berarti hasil pengoperasian pelabuhan itu dapat menguntungkan baik bagi pengelola pelabuhan itu sendiri maupun bagi pemiliknya. Disamping itu hasil dari pengoperasian pelabuhan tersebut mempunyai pangaruh positif terhadap perkembangan kota khususnya dan nasional umumnya;

2) Sistem penanganan ikan yang efektif dan efisien. Dengan kata lain pembongkaran ikan dapat dilakukan secara cepat disertai penseleksian yang cermat, pengangkutan dan penanganan yang cepat;

3) Fleksibel dalam perkembangan teknologi. Dalam hal pengembangan suatu pelabuhan perikanan adakalanya diperlukan mekanisasi dari fasilitas-fasilitas pelabuhan tersebut, misalnya perlunya vessel lift pada fasilitas dock, tangga berjalan (tapis roulant) untuk pembongkaran dan penyeleksian ikan. Di samping itu diperlukan perluasan fasilitas pelabuhan karena semakin meningkatnya produksi perikanan pelabuhan, misalnya perluasan gedung pelelangan, dan perluasan dermaga;

4) Pelabuhan dapat berkembang tanpa merusak lingkungan sekitarnya (lingkungan alam dan lingkungan sosial), bersih dan higienis;

5) Para pengguna di pelabuhan perikanan dapat bekerja secara aktif dan terorganisasi baik dalam kegiatannya, sehingga segala aktivitas yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan standar dan jadwal kerja yang telah ditetapkan.

1). Pengelolaan aktivitas pelabuhan perikanan (1). Pendaratan hasil tangkapan

Pengelolaan aktivitas pendaratan ikan di pelabuhan perikanan meliputi proses pembongkaran, penyortiran, dan pengangkutan ke gedung TPI yang

bertujuan utama agar ikan yang didaratkan dan diangkut ke TPI sebelum dilelang dapat dipindah/diangkut dengan cepat dan terjaga mutunya. Aktivitas pendaratan ikan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan sangat bergantung kepada kelengkapan fasilitas yang ada di pelabuhan perikanan, seperti dermaga, kolam pelabuhan, dan alur pelayaran yang dapat memperlancar kapal-kapal perikanan untuk bertambat-labuh. Oleh karena itu pada hakekatnya pengelolaan aktivitas pendaratan terkait pula dengan pengelolaan fasilitas-fasilitasnya. Kelancaran proses pendaratan di pelabuhan perikanan sangat ditentukan oleh fasilitas yang tersedia di pelabuhan perikanan dan tingkat pengetahuan para pelaku di lapangan. Semakin baik tingkat pengetahuan pelaku di lapangan maka akan semakin lancar pula proses pendaratan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan (Lubis 2006).

Aktivitas pendaratan di pelabuhan perikanan sangat erat hubungannya dengan proses penanganan ikan hasil tangkapan karena kedua kegiatan tersebut berjalan atau dilakukan pada waktu yang bersamaan. Proses ini nantinya sangat menentukan kualitas atau mutu ikan hasil tangkapan yang didaratkan. Mutu hasil tangkapan (ikan) tersebut haruslah selalu dipertahankan agar harganya selalu tinggi. Menurut Ilyas (1983), pengelompokan hasil tangkapan berdasarkan tingkat kesegarannya dibedakan atas tiga kelompok, yaitu ikan segar, Kurang segar, dan tidak segar.

Penanganan hasil tangkapan bertujuan mengusahakan agar kesegaran hasil tangkapan dapat dipertahankan selama mungkin, atau setidaknya masih cukup segar pada saat hasil tangkapan sampai ke tangan konsumen. Jadi, begitu hasil tangkapan tertangkap dan dinaikkan ke atas kapal, harus secepat mungkin ditangani dengan baik dan hati-hati. Demikian selanjutnya sampai hasil tangkapan disimpan beku dalam cold storage, atau diolah (Moeljanto 1982). Penanganan harus dilakukan dengan cepat dan cermat serta menerapkan aspek sanitasi dan higienis agar diperoleh daya awet yang lama (Aziza 2000).

(2). Pemasaran ikan

Pemasaran merupakan salah satu tindakan suatu keputusan yang berhubungan dengan pergerakan barang dan jasa dari produsen sampai konsumen (Hanafiah dan Saefudin 1983). Kegiatan pemasaran yang dilakukan di suatu

pelabuhan perikanan bersifat lokal, nasional maupun ekspor bergantung dari tipe pelabuhan tersebut. Pada dasarnya, pemasaran prosuk perikanan bertujuan untuk menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan baik bagi para nelayan maupun pedagang.

Usaha pemasaran ikan dan hasil perikanan lainnya merupakan kegiatan yang berperan dalam pembentukan harga, peningkatan mutu, peningkatan produksi, pengembangan modernisasi perikanan, peningkatan pendapatan, dan kesejahteraan nelayan (Hartati 1996). Pemasaran biasanya tidak dilakukan oleh satu tangan, melainkan oleh beberapa pelaku perantara yang membentuk tataniaga yang panjang, sehingga mengakibatkan biaya pemasaran yang tinggi.

Pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan Pangandaran masih bersifat lokal. Daerah pemasarannya meliputi Ciamis, Bandung, Garut, dan Tasikmalaya. Sebagian besar, ikan yang dipasarkan biasanya dalam bentuk ikan segar. Mekanisme pemasaran ikan di Pangandaran dimulai dari nelayan menurunkan hasil tangkapannya ke PPI Pangandaran yang kemudian dilelang. Proses pelelangan tersebut, ikan hasil tangkapan dibeli oleh bakul-bakul yang nantinya akan dijual lagi ke pedagang kecil atau restoran yang nantinya akan sampai ke konsumen. Selain itu, bakul juga menjual ikanya ke pengolah ikan yang kemudian dijual ke grosir dalam bentuk ikan yang sudah diolah (Aprianti 2006).

(3). Pengolahan ikan

Ikan hasil tangkapan yang telah didaratkan di pelabuhan perikanan selanjutnya akan diolah menjadi beberapa produk olahan dan ada yang langsung dipasarkan dalam bentuk ikan segar. Pengolahan terhadap ikan hasil tangkapan dilakukan untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu ikan dalam rangka menghindari kerusakan pasca tangkap. Menurut Lubis (2006), jenis olahan yang umumnya berada di pelabuhan perikanan di Indonesia masih bersifat tradisional dan belum memperhatikan kualitas ikan, sanitasi dan cara pengepakan yang baik seperti pengasinan dan pemindangan. Jenis olahan lainnya yang sering dijumpai di lingkungan pelabuhan perikanan adalah krupuk ikan dan terasi.

Pengolahan ikan di PPI Pangandaran masih kurang berkembang. Pengolahan hasil tangkapan hanya dilakukan oleh nelayan atau pedagang eceran

bila ikan hasil tangkapannya tidak habis terjual dalam keadaan segar. Cara pengolahan yang dilakukan biasanya adalah pengeringan, penggaraman dan pengasapan. Hal ini juga disebabkan karena sebagian besar produksi ikan dipasarkan dalam bentuk segar (Aprianti 2006).

2). Pengelolaan SDM pelabuhan perikanan

Pengelolaan SDM pelabuhan perikanan bertujuan untuk melancarkan kegiatan dan pelayanan di pelabuhan perikanan/pangkalan pendaratan ikan. Agar tujuan tersebut dapat dicapai tentu harus didukung oleh kemampuan yang memadai dari para pengelola pelabuhan perikanan. Oleh karena itu setiap sumberdaya manusia (SDM) pengelola pelabuhan perikanan harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang cukup mengenai pelabuhan perikanan (Anonim 2005). Menurut Lubis (2006) secara umum SDM pengelola pelabuhan perikanan untuk klasifikasi Pangkalan Pendaratan Ikan terdiri atas Kepala PPI, sub bagian tata usaha, bagian pelelangan ikan, bagian fasilitas pendaratan dan bagian sarana prasarana pemukiman nelayan (Gambar 2).

Pendidikan yang sesuai dengan bidang kerja SDM pengelola pelabuhan perikanan adalah syarat mutlak pengelola pelabuhan perikanan, sedangkan untuk lebih meningkatkan kemampuannya perlu dilakukan pelatihan-pelatihan dan pembinaan teknis dari pihak terkait terutama yang bersifat teknis dan adminsitrasi kepelabuhanan, dan ditunjang pula dengan pembinaan yang menunjang terhadap peningkatan moral SDM pengelola pelabuhan perikanan.

Sumber : (Lubis 2002)

Gambar 2. Bagan struktur organisasi PPI

Kepala UPT-PPI

Sub Bagian Tata Usaha

Seksi Fasilitas Pendaratan

Seksi Pelelangan Ikan

Seksi Sarana dan Prasarana Pemukiman Nelayan

3). Pengelolaan fasilitas pelabuhan perikanan

Pengelolaan fasilitas pelabuhan perikanan berarti pengelolaan fasilitas yang tersedia di pelabuhan perikanan untuk mendukung operasional pelabuhan. Fasilitas pelabuhan perikanan terdiri atas fasilitas pokok, fungsional, dan tambahan (Lubis 2006). Rincian fasilitas pelabuhan perikanan lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Fasilitas pelabuhan perikanan menurut kriteria dan jenis fasilitas

No. Kriteria Fasilitas Jenis Fasilitas

1. Pokok - Dermaga

- Kolam pelabuhan - Alat bantu navigasi - Pemecah gelombang 2. Fungsional - TPI - Pabrik es - Gudang es - Refrigerasi - Gedung pemasaran

- Lapangan perbaikan alat penangkapan ikan

- Tempat penjemuran alat penangkap ikan - Bengkel

- Slipways - Gudang jaring - Vessel lift

- Fasilitas perbekalan (tangki dan instalasi air minum, tangki bahan bakar)

- Fasilitas komunikasi 3. Tambahan - MCK - Poliklinik - Asrama - Kantin/warung - Mushola

- Kantor pengelola pelabuhan - Ruang operator

- Kantor syahbandar - Kantor bea cukai

2.3 Pariwisata

Pariwisata adalah kegiatan yang terjadi karena pengaruh atau hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan yang dilakukan orang-orang diluar tempat tinggalnya dengan tidak bermaksud mencari nafkah di tempat tersebut (Muslichun 1978 diacu dalam Hidayati 1997). Rutledge (1971) diacu dalam Muntasib (1992) mendefinisikan rekreasi sebagai usaha atau kegiatan yang dilakukan pada waktu senggang untuk mengembalikan kesegaran fisik maupun mental yang dihasilkan oleh pekerjaan rutin. Rekreasi di alam terbuka (wisata alam) sekarang sedang marak dan berkembang. Taman buah, pemandangan pantai dan kampoeng wisata merupakan beberapa obyek wisata yang sedang ramai dikunjungi oleh wisatawan.

Kegiatan wisata alam sekarang yang ada di Indonesia memberikan peluang bisnis yang menjanjikan karena Indonesia kaya akan keindahan alamnya; termasuk keindahan pantainya, mengingat Indonesia negara kepulauan. Perkembangan sekarang, sektor lain seperti perikanan laut dapat dijadikan juga obyek wisata dengan kemasan yang menarik. Kondisi ini mampu mengefektifkan dan mengoptimalkan kinerja sektor yang ada guna meningkatkan pemasukan daerah (Sobari et al. 2007)

Kecamatan Pangandaran merupakan suatu wilayah pesisir yang juga digunakan merupakan obyek wisata pantai. Menurut Fahrudin dan Oktariza (1995) diacu dalam Hidayati (1997) menyatakan bahwa obyek wisata pantai yang terdapat di Kecamatan Pangandaran terdiri atas Pantai Karangnini, Pantai Pangandaran, Cagar Alam Pananjung, Pantai Karang Tirta, dan Pantai Batu Hiu.

Sektor perikanan tangkap yang ada digunakan sebagai penunjang pengembangan sektor pariwisata di Pangandaran, sebagai contoh wisatawan dapat membeli ikan sebagai oleh-oleh di PPI Pangandaran (Anonim 1994). Wisatawan yang datang ke Pangandaran bukan hanya berasal dari wisatawan lokal akan tetapi dari mancanegara juga. Infrastruktur yang ada sudah mampu mendukung kelancaran berjalannya sektor pariwisata. Jalan menuju lokasi wisata Pantai Pangandaran berupa jalan kabupaten dengan jalan beraspal. Kendaraan umum berupa bus juga sampai ke Pantai Pangandaran (Hidayati 1997).