• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan dan Penanganan Ikan di PPI Pangandaran 1 Pengorganisasian kepelabuhanan

2 TINJAUAN PUSTAKA

5 KONDISI PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN

5.4 Pengelolaan dan Penanganan Ikan di PPI Pangandaran 1 Pengorganisasian kepelabuhanan

Berdasarkan Keputusan Bupati Ciamis Nomor : 296 Tahun 2004 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja, Unit Pelaksana Teknis Dinas - Pangkalan Pendaratan Ikan (UPTD - PPI) Pangandaran mempunyai Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja ; melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan dan tugas lainnya.

Dalam melaksanakan Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Organisasi meliputi ; Tiga Sasaran Pokok, yaitu :

1). Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan, terdiri atas :

(1) Pengelolaan Administrasi Umum, Kepegawaian, dan Keuangan serta Pengelolaan Retribusi.

(2) Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan.

(3) Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pangkalan Pendaratan Ikan. (4) Pengelolaan Bidang Perbengkelan.

2). Program Pembinaan terdiri atas :

(1) Pembinaan Kelompok nelayan yang tersebar di beberapa wilayah Rukun Nelayan (RN).

(2) Pembinaan Kelompok Pengolah Ikan yang tersebar di sentra pengolahan ikan

(3) Pembinaan Para Bakul Ikan di setiap wilayah Pangkalan Pendaratan Ikan.

(4) Melaksanakan Program Pelatihan sesuai dengan kebutuhan Kelompok Binaan.

3). Program Pengawasan

(1) Pengawasan Produksi Ikan hasil laut yang dilakukan oleh Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) di setiap wilayah Pangkalan Pendaratan Ikan

(2) Pengawasan Perijinan, yang terdiri atas ; Surat Ijin Penangkapan Ikan, Surat Ijin Pengolahan, Surat Ijin Budidaya Ikan dan Ijin Bakul.

(3) Pengawasan dan Pelestarian Sumberdaya Ikan dan lingkungannya oleh Pokmaswas, Instansi terakit serta semua pemangku kepentingan. Gambar 11 menunjukkan struktur organisisasi PPI Pangandaran.

Sumber : DKP Ciamis (2008)

Gambar 11 Strutur organisasi UPTD – PPI Pangandaran tahun 2007

5.4.2 SDM Pengelola PPI Pangandaran dan kemampuan pengelolaan

Jumlah SDM yang terdapat di PPI Pangandaran sangat terbatas sekali, sampai tahun 2007 jumlah SDM yang mengelola PPI Pangandaran hanya 5 orang termasuk kepala UPTD – PPI Pangandaran. Di samping jumlahnya yang sangat minim klasifikasi pendidikan dari masing-masing individu juga sangat tidak mendukung, karena dari 5 orang SDM yang ada 1 orang Diploma IV Perikanan,

1 orang sarjana teknis sipil, 1 orang sarjana ilmu pemerintahan dan 2 orang lulusan dari SLTP.

Disamping kualifikasi pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pengelolaan PPI, diklat-diklat yang diikuti juga sangat terbatas, yaitu 2 orang pernah mengikuti pelatihan SSK 60 mil, satu orang pernah ikut diklat teknis pengolahan perikanan dan satu orang memiliki sertifikat pelatihan administrasi kepelabuhanan, sedangkan diklat teknis mengenai pengelolaan pelabuhan perikanan itu sendiri belum ada satu pun yang pernah mengikutinya.

Sumberdaya Manusia pengelola PPI adalah tolak ukur keberhasilan atau berjalannya operasional PPI itu sendiri. Dengan kondisi SDM seperti di atas sangat tidak mengherankan jika kegiatan PPI Pangandaran selama ini masih belum berjalan secara optimal.

5.4.3 Pengelolaan fasilitas dan aktivitas PPI Pangandaran

Kegiatan perikanan sering diidentikan dengan limbah ikan dan bau amis, sementara kegiatan pariwisata cenderung menggambarkan kebersihan dan keindahan, sehingga antara keduanya sering terjadi kontradisi yang berkaitan dengan lokasi perikanan yang sering dijauhkan dengan lokasi pariwisata. Menurut Hidayati (1997), sesungguhnya perikanan tangkap selain sebagai kegiatan ekonomi juga dapat dikembangkan sebagai suatu kegiatan rekreasi atau pariwisata.

Hasil wawancara terhadap wisatawan diketahui bahwa di Pantai Pangandaran, limbah dan bau amis tidak terlalu menjadi permasalahan yang sangat mengganggu kegiatan rekreasi, karena kondisinya dalam taraf wajar (walaupun seharusnya tidak boleh terjadi), karena memang banyak tempat penginapan-penginapan yang digunakan oleh wisatawan terletak di bagian timur dari Pantai Pangandaran yang note bene merupakan basis pelaksanan kegiatan perikanan.

Adanya sinergi tersebut diduga karena kegiatan perikanan yang ada di Pangandaran masih berskala kecil dan masih terkonsentrasi di PPI Pangandaran. Salah satu bentuk sinergi yang sangat nyata terjadi di Pangandaran adalah penggunaan perahu-perahu nelayan yang tidak digunakan untuk melaut biasanya

disewakan untuk mengantar wisatawan mengelilingi pantai di sekitar cagar alam terutama pada waktu musim liburan seperti hari Sabtu Minggu dan libur sekolah. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan perikanan masih selalu terkendala oleh daerah penangkapan karena armada yang digunakan berskala kecil. Kemungkinan konflik kepentingan yang lebih besar akan terjadi antara sektor perikanan tangkap dan sektor pariwisata saat sektor perikanan tangkap di Pangandaran dikembangkan.

Kemungkinan konflik tersebut, telah ditanggapi oleh Pemerintah Kabupaten Ciamis, dengan mengadakan pembangunan PPI yang letaknya agak jauh dari pusat pariwisata Pangandaran, sebaiknya pembangunan yang dilakukan tidak mengabaikan aspek kesinergisan yang telah terjadi dimana kegiatan perikanan ditopang oleh pariwisata atau sebaliknya. Hal tersebut akan tetap sinergi bila pusat pemasaran hasil perikanan tetap dipertahankan di areal pariwisata Pangandaran.

Dengan demikian pembangunan perikanan khususnya TPI yang dilaksanakan di Pangandaran harus tetap memperhatikan aspek pariwisata karena kegiatan pariwisata di Pangandaran merupakan pasar yang menjanjikan bagi nelayan. Berdasarkan wawancara terhadap nelayan dan penjual ikan keberadaan wisatawan terutama di hari libur nasional bisa meningkatkan pendapatan lebih dari hari-hari biasa.

5.4.4 Penanganan ikan di PPI Pangandaran

Seringkali kegiatan penanganan (handling) hasil tangkapan ikan identik dengan menjaga mutu ikan setelah didaratkan, tetapi untuk menjaga mutu ikan sebaikanya dilakukan sejak ikan diangkat ke atas perairan. Kegiatan handling hasil tangkapan di Pangandaran dilakukan sejak ikan masih di atas perahu/kapal. Akan tetapi penanganan yang dilakukan oleh nelayan hanya berupa penyortiran berdasarkan jenis yang dipisahkan dengan menggunakan wadah berupa keranjang-keranjang dari anyaman bambu. Rata-rata nelayan Pengandaran tidak membawa es, ketika melaut hal ini disebabkan fishing trip nelayan Pangandaran biasanya hanya satu hari atau one day fishing, sehingga mutu hasil tangkapan ikan masih baik sekali.

Setelah kegiatan penanganan ikan di kapal atau perahu selesai, maka kegiatan selanjutnya adalah pendaratan ikan, yang terdiri atas tiga tahap, yaitu pembongkaran, penyortiran, dan pendaratan. Proses pendaratan ikan dilakukan setelah kapal atau perahu berlabuh di pantai timur kemudian ikan dibongkar dari perahu. Tahap selanjutnya ikan dipindahkan ke TPI dengan cara dipikul menggunakan keranjang-keranjang plastik atau trays, karena tidak memiliki dermaga maka nelayan Pangandaran mendaratkan ikan dengan cara digotong. Ikan-ikan yang didaratkan selanjutnya ditimbang dan hasilnya dicatat oleh petugas KUD, kemudian diletakkan di tempat yang telah ditentukan untuk dilelang.

6

KONDISI PENGELOLAAN WISATA PANTAI