• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Sumber Penghidupan dengan Metode CLAPS

VI. PEMBENTUKAN KELOMPOK TANI HUTAN (KTH) DESA NAPALICIN

6.7. Analisa Sumber Penghidupan dengan Metode CLAPS

 Faslitator menyampaikan kepada peserta tentang mengapa harus HHBK bahwa Hasil hutan kayu dari ekosistem hutan hanya sebesar 10 % sedangkan sekitar 90% hasil lain berupa hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang sejauh ini belum dikelola dan

 Fasilitator menyampaikan bahwa Kerentanan adalah ketidak mampuan individu rumah tangga dan masyarakat dalam menghadapi perubhan ingkungan eksternal yang berdampak pada penghidupan.

 Fasailitator juga menyampaikan bahwa kerentanan dibagi menjadi dua yaitu faktor ekternal berupa guncangan dan sres dan internal berupa kurangnya kemampuan serta kurangnya sarana dan prasarana.

 Fasilitator membagi peserta kedalam dua kelompok diskusi dengan cara menghitung dan bergabung berdasarkan angka yang didapat.

Kelompok 2 mendiskusikan 5 Aset Kehidupan yang ada di Desa Napallicin, hasil diskusi : ASET

PENGHIDUPAN Sub Aset Capaian / Bidang Keterangan

MANUSIA

Kesehatan Sedang

Belum tersedianya WC di masyarakat masih menggunakan sungai Petugas kesehatan tidak selalu di tempat

Nutrisi Sedang

Masyarakat belum mengerti tentang gizi yang baik atau yang dibutuhkan dan keahlian

Pertanian Masih tradisional Karet

pengolah masih standart

Keahlian masih tradisional cara membuat bibit yang unggul

Kerajinan Belum maksmal

Sudah ada yang

melakukan di

masyarakat Kapasitas kerja Tinggi

Aktif dan tidak malas tetapi keahlian belum memadai

Kapasitas

adaptasi Kurang Kurang menyerap

sosialisasi dari pihak luar

SDA

Tanah dan

lahan Perbukitan dan dataran

kesuburan tinggi sangat baik untuk penanaman bahan pertanian

Air dan SDA air Melimpah

Melimpah tapi belum dimanfaatkan secara maksimal seperti PDAM dan irigasi

Pohon dan hasil

hutan Melimpah

Belum dimanfaatkan secara maksimal.

Banyak pencari kayu illegal loging oleh orang yang tidak beratnggung jawab

Keragaman hayati dan kehidupan liar

Masih banyak tersedia

Keragaman hayati untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat sperti hasil hutan bukan kayu

Makanan hutan

dan serat Banyak Durian, cempedak dan

buah – buah hutan Jasa dan

lingkungan Ada

Gua batu napalicin, air terjun kerali dan batu ampar

FISIK

Infrastruktur Trasnpoertasi, jalan , kendraan

dll

Ada

Ketek, sepeda, jembatan gantung, perahu dan rakit

Bangunan umum

Tidak ada Pasar Tidak ada Rumah sakit

Ada Pustu

Ada Posyandu

Suplai air dan sanitasi Peralatan untuk

produksi Ada Mesin penggilingan padi,

hand tractor.

Benih, pupuk

dan pestisida Ada Benih

Tidak ada Pupuk dan pestisida Tehnologi

tradisional Ada

Kincir air, perontok padi, penyulingan nilam, lau dan antan, gisara padi

FINANCIAL

Tabungan Tidak ada

Simpan pinjam Tidak ada

Upah Ada

Pembershan lahan, buruh panen dan buruh tani

Pensiun Ada pensiunan PNS Bantuan anak Tidak ada

SOSIAL

Jaringan

koneksi Ada Hubungan dengan KPH

dan Bioclime Relasi

kepercayaan dan saling dukungan saling

menguntngkan

Sudah ada

Kelompok formal dan

informal

Ada Kelompok Tani, BPD,

LPA dan Karang Taruna

Aturan Bersama Ada

Sangsi bagi yang mengambil bambu secara berlebihan

Arak-arakan penganten Mekanisme

partisipasi dan pengambilan

keputusan

Ada

Rapat musyawarah untuk mufakat dan rapat pengurus mesjid, rapat kepengurusan

kepemudaan Kepemimpinan

Tidak otoriter, mengayomi berwibawa dan enerjik.

Hasil Diskusi Kelompok I yang membuat peta desa dan menentukan titik Hasil Hutan Buak Kayu yang ada di Desa Napallicin

PETA DESA NAPALLICIN DAN SEBARAN HHBK

Pada peta desa Napallicin tergambar bahwa ada banyak HHBK yang tersebar di wilayah desa Napallicin baik HHBK yang berasal dari hutan dan non hutansebanyak 27 jenis yaitu ; bambu, rotan, manau, karet, nilam, buah jengkol, buah pinang, buah kelapa, sarang walet, enau, madu sialang, buah petai, buah durian, buah kabau, buanh nangka, duku, air

pegunungan, daun gambir, gaharu, pisang, jahe, kopi, nanas, gadung, singkong, sawit dan jagung.

Dari 27 jenis HHBK hasil hutan dan non hutan yang di identifikasi yang potensial dikembang terdiri dari :

1. Karet, yang sudah diusahakan masyarakat sejak lama, karet merupakan sumber mata pencaharian utama masyarakat desa Napallicin. Hal ini karena karet pernah menjadi tanaman primadona pada tahun 2010 dengan harga yang cukup baik dan pernah mencapai pada harga Rp.20.000,-/Kilogram. Setelah harga karet turun sebagian masyarakat masih tetap mengandalkan karet sebagai mata pencaharian mereka.

2. Bambu, tersedia cukup melimpah dan telah diusahakan dijadikan kerajinan oleh ibu-ibu, akan tetapi belum bisa menembus pasar karena saat masih banyak dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga saat ini belum dipasarkan secara komersil.

3. Rotam, salah satu hasil hutan yang banyak terdapat di sebaran HHBK desa Napallicin aan tetapi belum mempunyai keterampilan yang cukup untuk mengolahnya, akan tetapi semangat masyarakt untuk bisa mengolah rotan menjadi produk bernilai ekonomi cukup tinggi

4. Nilam, merupakan tanaman yang baru dikenalkan oleh salah satu masyarakat desa (Pak Amir) akan tetapi memiliki prospek pasar yang cukup menjanjikan karena tidak memerlukan perawatan yang ekstra dan juga bisa di tumpang sari dengan tanaman lainnya.

5. Air pegunungan, mempunyai kelimpahan yang tinggi dan bisa diolah untuk menjadi sumber air mineral yang saat ini cukup mempunyai pasar.

Penjelasan tentang aset kehidupan dibagi kedalam 5 point dan telah dianalisis dengan melihat potret situasi desa yang ada saat ini. Dari kegiatan identifikasi HHBK hutan dan Non Hutan dilakukan pemetaan dengan menempatkan titik HHBK yang mendapat skor tertinggi.

Daftar HHBK Desa Napallicin Kec. Ulu Rawas Kab. MURATARA

NO Nama HHBK

Pemanfaatan Makanan dan

minuman

Ritual adat Konstruksi Lain-lain

1. Bambu Rebung - Anyaman (bakul,

cakik, kiding cindera mata)

- - - Atap rumah,

dinding, kandang

ternak dan pagar

keranjangkunju dll

Biji jernang - - Tali pengikat

6. Buah jengkol Kerupuk, lauk pauk

- - - Kayu bakar

7. Buah pinang Nginang,

mayang pinang, jus

Obat cacing Sapu lidi - Getah buah Pelengkap pelimanan

- -

8. Buah kelapa Dogan, santan Obat campak (air)

Sapu lidi,

tempurung

- - - - Tempurung

penampung lateks 9. Sarang walet Bubur

kesehatan

Obat sesak napas

- - Lilin - - -

10. Enau Gula aren,

umbut, beluluk, sagu

Sapu lidi, sapu ijuk - Air kabung - - Janur

11. Madu sialang Pemanis campuran ketan

Obat stamina, obat

luka bakar

- - - -

12 Buah petai Lalap, sambal Obat cacing - - - -

13. Buah durian Tempoyak, lempok dan bua segar

- - - -

14. Buah kabau Lalap, sayur, keripik

- - - -

15 Buah nangka Buah segar, sayur

- - - Getah pulut - - -

16. Duku Buah segar Obat malaria, obat penurun panas (kuit batang)

- - Obat-obatan - - -

17. Air pegunungan Air kemasan - - - Kolam ikan

-irigasi 18. Daun gambir Nginang Obat luka,

obat sengatan

- Campuran

pewarna alami

Getah Pelengkap pelimanan (tepak)

- -

19. Gaharu - - - - Gubal gaharu - - -

20 Pisang Buah segar,

keripik, umbut bahan makanan

- - - - Ritual

membangun rumah

- Pembungus makanan 21. Jahe Bumbu dapur Obat masuk

angin

- - - -

22. Kopi Bubuk kopi Obat

persalinan

- - - -

23. Nanas Buah segar,

bubu masakan

Obat dalam Untuk benang jahit - - - - -

24. Gadung Keripik - - - Asam getah

karet 25. Singkong Keripik, tape

dan pempek

- - - -

26. Sawit Umbi, minyak

sayur

- Sapu lidi - - - - -

27 Jagung Bubur, pakan

ayam

- Atap pondok - - - - -

Panduan Penilaian Daftar HHBK Prioritas Hutan

Kriteria Uraian Tingkat Tinggi Nilai Uraian Tingkat Sedang

(Menegah) Nilai Uraian Tingkat Rendah Nilai

Kelimpahan dan Distribusi (penyebaran)

Sangat berlimpah

(banyak) 3 Cukup 2 Tersedia dalam jumlah rendah 1

Tingkat Kesulitan saat

Panen Mudah di panen 3 Sulit tapi memungkinkan

untuk dilakukan 2 Terlalu sulit untuk dilakukan 1

Jarak dari Masyarakat

(kampung) Sangat dekat 3 Jauh tapi dapat

dijangkau (dituju) 2 Terlalu jauh, tidak dapat

dikunjungi secara teratur 1

Kemudahan Untuk Berkembang Biak

Jumlah semai banyak dan tingkat kemampuan

bertahan hidup semai tinggi

3

Jumlah semai dan kemampuan bertahan

hidup semai menengah/sedang

2

Sumber bibit jarang ditemukan dan kemampuan hidup semai

rendah

1

Hubungan dengan

Pengelolaan Hutan Tidak berdampak 3 Cukup berdampak 2 Sangat berdampak 1

Sumber Daya HHBK Prioritas (Hutan) Desa Napallicin Kec. Ulu Rawas Kab. MURATARA

NO HHBK

Kelimpahan dan Distribusi (penyebaran)

Tingkat Kesulitan saat Panen

Jarak dari Masyarakat

(kampung)

Kemudahan Untuk Berkembang

Biak

Hubungan dengan Pengelolaan Hutan

SKOR

1. Bambu 3 3 3 3 3 15

2. Rotan 2 2 2 1 1 8

3. Manau 2 2 2 1 1 8

4. Sarang Walet 1 1 3 1 1 7

5. Madu Sialang 1 1 1 2 3 8

6. Air pegunungan 3 1 1 3 3 11

7. Daun gambir 1 1 1 1 3 7

8. Gaharu 1 1 1 1 1 5

9. Gadung 1 1 2 1 2 7

 Peserta yang ditunjuk untuk menjelaskan kepada peserta menceritakan bahwa telah dilakukan perumusan dan identifikasi baik terhadap hasil hutan bukan kayu yang berasal dari hutan dan juga telah dilakukan hasil hutan bukan kayu yang telah dibudidayakan oleh masayarakat. Dari kegiatan identifikasi tersebut didapat skor tertinggi dengan ketentuan beberapa ketentuan yang telah dirumuskan.

 Hasil penskoran HHBK hutan bambu, air pegunungan dan rotan dengan skor tertinggi. Hal ini dikarenakan bahan tersedia banyak dan mudah didapat serta dibudidayakan.

Sumber Daya HHBK Prioritas (Non Hutan)

KRITERIA SKOR

1 3 5

1. Kelimpahan (Luas area tertanam) Rendah Sedang Tinggi

2. Kesesuaian lahan & biofisik (tanah, kemiringan, ketinggian tempat, suhu, curah hujan, kelembaban dll)

Tidak sesuai Cukup sesuai (sedang) Sesuai

3. Tingkat Ketahanan hhbk terhadap kekeringan Tidak tahan Cukup tahan Tahan

4. Pengetahuan budidaya dan pemeliharaan Tidak tahu Cukup mengerti Mengerti

5. Ketersediaan & akses terhadap input/saprodi (pupuk, obat-obatan dan lain-lain)

Sulit Cukup Mudah Mudah

6. Sumber benih tanaman Sulit Cukup mudah Mudah

7. Cara Panen Sulit Cukup mudah Mudah

8. Biaya Murah Cukup mahal Mahal

Sumber Daya HHBK Prioritas (Non Hutan) Desa Napallicin Kec. Ulu Rawas Kab. MURATARA

No HHBK Kelimpahan

Kesesuaian tanah &

biofisik

Tingkat ketahanan

HHBK terhadap kekeringan

Pengetahuan budidaya dan pemeliharaan

Ketersediaan/

akses input

Sumber Benih Tanaman

Cara

panen Biaya Skor

1 Karet 5 5 5 5 5 5 5 5 40

2 Nilam 3 5 5 5 5 5 5 3 36

3 Jengkol 1 5 5 5 3 5 5 5 34

4 Pinang 1 5 5 3 1 3 3 3 23

5 Kelapa 1 5 5 5 1 5 5 5 32

6 Enau (Aren) 1 5 5 5 1 3 5 5 30

7 Petai 1 5 3 5 1 5 5 5 30

8 Kabau 1 5 3 5 1 5 1 1 26

9 Durian 1 5 5 5 1 5 1 1 28

10 Nangka 1 5 3 5 1 3 3 3 34

11 Duku 1 5 3 5 1 5 3 3 28

12 Pisang 1 5 1 5 1 5 1 1 20

13 Jahe 1 5 5 5 1 5 3 3 30

14 Kopi 1 5 1 1 1 5 1 1 16

15 Nanas 1 5 1 1 1 5 1 1 16

16 Singkong 1 5 1 1 1 5 1 1 16

17 Sawit 1 5 3 1 1 1 1 1 14

18 Jagung 1 5 1 1 1 5 1 1 16

 Hasil penskoran HHBK Non Hutan karet karena karet merupakan mata pencaharian utama masyarakat desa napallicin sehingga dengan sendirinya kelimphan karet banyak dan telah diolah secara turun temurun oleh masyarakat, nilam adalah jenis tanam yang baru diperkenalkan kepada masyarakt dan mempunyai prosfe pasar yang baik sehingga kemungkinan untk mengembangkan nilam sangat baik karen tanaman tersebut mudah dipelihara, dapat tumbuh dengan kondis lahan yang ada di Naallicin serta tidak memerlukan pemupukan dan pemeliharaan ekstra. Dan jengkol merupakan tanaman musiman yang sempat memiliki harga yangtinggi sehingga patut untuk dikaji lebih jauh tentang pengembangannya.

Matrik Sumber Daya HHBK Prioritas (Hutan) Desa Napallicin Kec. Ulu Rawas Kab. MURATARA

NO HHBK

PRAKTEK / UPAYA PEMANFAATAN PRAKTEK / UPAYA PENGELOLAAN

Bagian yang digunakan

Pemanfaatan

Jumlah Produk perpohon /subsistem / budaya) yang sudah ada 1. BAMBU

-batang tuah

Kontruksi, lantai, pagar dan dinding

± 100

Jika diambil diambil secara terus menerus akan

mengakibatkan tanah lonsor

Ulat dan hama penyakit

Bagi pendatang ada batasan dan untuk masayarakat pribumi bebas

Matrik Sumber Daya HHBK Prioritas (Non Hutan) Desa Napallicin Kec. Ulu Rawas Kab. MURATARA

NO HHBK

PRAKTEK / UPAYA PEMANFAATAN PRAKTEK / UPAYA PENGELOLAAN

Bagian Musim Panen

Sumberdaya HHBK digunakan (dijual /subsistem / budaya) yang sudah ada sebanyak 3 kali panen (dalam 1 tahun)

Dijual (minyak atsiri)

Jika areal kebun nilam diperluas

Matrik Sumber Daya HHBK Prioritas (Non Hutan) Desa Napallicin Kec. Ulu Rawas Kab. MURATARA

NO HHBK

PRAKTEK / UPAYA PEMANFAATAN PRAKTEK / UPAYA PENGELOLAAN Bagian Musim Panen

Sumberdaya HHBK digunakan (dijual /subsistem / budaya) yang sudah ada jamur akar putih dan rayap

Tidak ada KPHP Rawas

Peta Sebarab HHBK Prioritas di Desa Napallicin Kec. Ulu Rawas Kab. MURATARA

Tabel : Evaluasi Pengelolaan Lestari Desa Napallicin Kec. Ulu Rawas Kab. MURATARA HHBK Bagian Tanaman Kelimpahan (Ketersedian )& Distribusi

(Penyebaran)

Pertumbuhan & Reproduksi Bagian n Populasi

Lokal

Kemampuan tumbuh

Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Bambu Batang Tinggi Rendah Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Rendah Tinggi Tinggi Karet Batang Rendah Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi

Proses seleksi produk yang ada di Desa Napallicin diperoleh hasil hutan bukan kayu (hutan) prioritas berupa nilam dan sumberdaya air pegunungan. Keberadaan bambu sangat melimpah dan tersebar di setiap perkebunan milik warga. Masyarakat mengambil bambu untuk dijadikan kerajinan bambu berupa bakul, keranjang, cakik dan ambung. Saat ini pemasaran produk masih dipasarkan didalam desa dan kepada pendatang yang sedang berkunjung kedesa Napallicin. Sebagian besar hanya dipergunakan untuk keperluan rumah tangga mereka.

Yang menjadi prioritas utama lainnya adalah adalah air pegunungan yang tersedia sepanjang tahun dan sangat perpotensi untuk dikembangkan untuk dikemas sehingga dapat dipasaran secara komersil.

Rotan adalah tanaman hutan yang cukup tersedia di hutan yang ada di Desa Napalicin dan mempunyai nilai ekonomis. Saat ini rotan hanya dijual dalam bentuk mentah dan belum dilolah menjadi produk kerajinan. Permintaan pasar akankerajinan rotan cukup tinggi akan tetapi keterampilan dalam mengelolahnya masih belum ada

Nilam, meski baru beberapa rumah tangga yang memulai budidaya nilam akan tetapi peluang usaha dari nilam ini sangat menjanjikan. Masyarakat mempunyai semangat yang tinggi untuk bisa menanam nilam yang selanjutnya diambil minyaknya dengan cara penyulingan yang masih tradisional. Nilam sudah bisa diambil daunnya untuk dijadikan minyak atsiri dalam jangka waktu 6 bulan dan begitu seterusnya setiap 3 bulan sampai masa untuk 3 kali panen. Nilam tidak memerlukan perawatan khusus, tidak memerlukan pupuk kimia sehingga bisa dibudidayakan dengan biaya rendah. Saat ini harga nilam setiap Kg mencapai Rp.700.000,- dengan menyuling 5 – 6 karung daun nilam. Disuling dengan memakai sistem tradisional yang membutuhkan waktu sampai 8 jam. Minyak nilam akan terbentuk dari uap yang dihasilkan melalui proses perebusan dan minyak adan terpisah dari air melalui proses pendinginan pipa didalam air yang mengalir.

PENJELASAN FASE – FASE KEGIATAN YANG AKAN DILAKUKAN

 Fasilitator menjelaskan fase – fase dari kegiatan yang akan dilaksanakan selama beberapa hari kedepan

 Fasilitator memeberikan motivator kepada sleuruh peserta tntang prosfek usaha yang akan mereka lakukan dalam mendukung kegiatan dalam berkelompok

PENGEMBANGAN DAN ANALISA PASAR (PAP)

 Fasilitator meminta peserta yang melakukan survey untuk masing – masing menyampaikan hasil yang didapat dari survey lapangan kunjungan ke Kebun Nilam.

 Kelompok I (Izazi), Dengan survey tersebut kami menjadi tahu tentang tanaman nilam.

Tanaman nilam banyak memberikan motivasi untuk melakukan usaha sebagaimana yang telah dilakukan oleh Pak Amir.

 Kelompok II (Taufik), Kita bisa mengetahui tentang indahnya alam yang dtemui dalam kunjungan tersebut tentang kebesaran Tuhan YME. Tanaman nilam bisa dilakukan dengan jarak yang lebih dekat. Pengelolaan nilam tidak membutuhkan perawatan yang ekstra. Tidak perlu dipupuk, dan diberikan perlakuan khusus. Proses penanaman tidak memerlukan perlakuan. Mengetahui hasil dalam 5 bulan tanaman sudah bisa dipanen dengan hasil 1 Kg, dan panen kedua pada tanaman berumur 3 bulan dengan hasi 0,7 Kg. Demikian seterusnya sampai dengan 3 kali kanan. Ada tawaran baik tentang pemasaran yang bisa disepakati baik sistem borongan maupun sistem upah suling.

Sistem penanaman yang menggunakan sistem Karet, Kopi, Nilam (KKN). Waktu penyulingan selama 8 jam, di rendam dalam air yang mengalir.

 Kelompok III (Suhardani), Nilam merupakan salah satu jenis HHBK yang mempunyai prosfek yang cukup menjanjikan. Besar harapan kiranya agar keberlanjutan kegiatan untuk mengembangkan usaha nilam dimulai dari proses penanaman, panen dan penyulingan. Penyulingan (alat) agar bisa di fasilitasi oleh pihak Bioclime.

 Fasiliator meminta peserta untuk melihat potret yang telah dilakukan dalam survey untuk dituangkan kedalam skema yang nantinya akan memberikan secara pasti tentang proses yang dilakukan dalam beberapa hari ini sudah pada fase mana.

 Fasilitator meminta sumbang saran tentang gambaran/karakteristik yang didapat “Unit Usaha Pak Amir” dengan semua potret yang didapat.

 Fasilitator menyampaikan bahwa karatersitik seperti diatas adalah usaha yang dilakukan hanya sebatas pemenuhan kebutuhan/pendekatan penghidupan (Livehood).

1. Usaha skala kecil.

2. Usaha mandiri (individu) 3. Tenaga kerja sedikit.

4. Modal kecil

5. Alat penyulingan sederhana 6. Akses susah dijangkau 7. Lahan tidak luas

8. Sistem pengelolaa belum memadai 9. Administrasi sederhana

10. Pemasaran masih lokal

1. Usaha skala Besar.

2. Usaha Bersama (Citra Lestari) 3. Tenaga kerja banyak.

4. Modal Besar 5. Inovasi Tehnologi 6. Akses susah dijangkau 7. Lahan luas

8. Sistematis maju / terorganisisir 9. Administrasi tertib

10. Pemasaran luas (pengembangan pasar)

PENDEKATAN PEMENUHAN PENGHIDUPAN / TRADISIONAL POLA PENGHIDUPAN MASYARAKAT

PENDEKATAN PENGEMBANGAN USAHA (BERKELOMPOK) POLA PENGEMBANGAN USAHA

 Fasilitator mengajak peserta untuk merubah livehood menjadi market development.

Skala individu adalah skala kecil dan akan menjadi besar jika dilakukan dalam berkelompok.

IDENTIFIKASI KARATERISTIK KELOMPOK PELAKU USAHA

 Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan karateristik pelaku usaha yang dinginkan peserta. Hasil identifikasi :

KARATERISTIK PELAKU USAHA DI DESA NAPALICIN

 Semangat tinggi,  Punya keyakinan

 Menginginkan perubahan kedepan (Visioner)

 Tidak mudah menyerah

 Ketepatan mengambil keputusan  Tidak mudah putus asa

 Jujur dan Adil  Berdedikasi tinggi

 Etos kerja tinggi  Tidak terpengeruh oleh orang

lain

 Punya relasi  Berani berspekluasi

 Berani ambil resiko  Berani ambil keputusan

 Saling percaya sesama anggota  Sedikit bicara banyak bekerja

 Ulet  Pantang menyerah

IDENTIFIKASI KELOMPOK PELAKU USAHA

 Fasilitator memita peserta maju kedepan yang merasa dirinya mempunyai 5 karateristik

1. Bastari

2. Amir Syarifudin 3. Izazi

4. Asnawi 5. Taufik

MENILAI KAPASITAS PELAKU USAHA

 Fasilitator memperlihatkan rantai pasar karet (gmbr) dan menanyakan kepada peserta : 1. Alasan apa ingin memulai usaha “Nilam”

 Budi dayanya mudah

 Peningkatkan Ekonomi (Harganya mahal)

 Tanaman jangka pendek (cepat menghasilkan)

 Memulai usaha baru

 Harus tahu luar dalam dari usaha

 Mengobah nasib yang terpuruk

 Menambah penghasilan

 Harganya mahal

 Mempunyai prosfek yang menjanjikan

 Mudah dalam pemeliharaan

 Bebas pupuk dan pestisida

 Cepat menghasilkan dan cocok dengan alam

2. Visi / cita-cita apa bila telah mempunyai usaha baru “Nilam” (Apa yang akan dilakukan bila mendapat penghasilan tambahan)

 Menambah modal

 Membuka usaha baru

 Supaya anak bisa bersekolah lebih tinggi (pendidikan)

 Ingin membantu orang lain (wakaf dan amal)

 Mencari kepuasan dalam usaha

 Membuka usaha yang lebih besar lagi

 Untuk modal kerja

 Menambah areal usaha dan tenaga kerja

 Mempunyai kesempatan menabung

 Dapat meningkatkan ekonomi

 Pemenuhan kebutuhan hidup

3. Hambatan apa yang muncul ketika memulai usaha (tenaga dan waktu)

 Skil terbatas (SDM)

 Kondisi tidak mengizinkan (keterbatasan fisik)

 Kondisi alam yang tidak memungkinkan (cuaca)

 Mempunyai kesibukan lain dan kurang bisa membagi waktu (kerja pokok)

 Pola pikir yang belum maju

4. Tantangan apa saja yang mungkin muncul pada waktu (musim) tertentu dalam melakukan usaha?

 Hangat hangat tahi ayam

 Sabar dalam menghadapi masalah

 Tantangan dalam mendapat musibah

 Sulit mengajak masyarakat untuk berpikir maju

 Selalu melihat masa lalu

 Cemburu sosial dan cemooh dari masyarakat

 Keterbatasan permodalan

 Keterbatasan lahan yang dimiliki

 Belum bisa diterima lingkugan dan keluarga

 Harga labil

 Adanya alternatif usaha

 Kebijakan pemerintah

Permasalahan pengairan di penyulingan nilam bisa diatasi dengan membangun bak penampungan air secara terbuka disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini dilakukan karena fungsi air hanya ebagai pendingin yang dilewati hasil sulingan nilam, agar minyak nilam tidak lengket di pipa sulingan. (PaK Harahap)

Adakah kebijakan pemerintah terhadap penggunaan lahan kawasan?. Untuk tanam nilam bisa dilakukan di lahan yang sudah terpakai sebagai tanaman sela. Karena hutan kawasan tidak bisa ditebang dan ditanam dengan tanaman lain.

Fasilitator meminta peserta menuliskan harapan peserta / anggota kelompok terhadap keberadaan kelompok Citra Lestari

Harapan peserta terhadap keberadaan Kelompok : 1. Citra lestari lebih maju, sukses dan kreatif 2. Punya modal untuk pengembangan usaha

3. Dapat meningkatkan ekonomi keluarga dan kelompok 4. Dapat meningkatkan kapasitas (SDM)

5. Dapat mengembangkan sumberdaya alam

6. Dapat menyatukan visii misi serta mempunyai managemen usaha yang bersih 7. Bisa terkenal

8. Adanya bantuan yang dibutuhkan

Langkah 3 Pelaku Usaha Menyusun Daftar Sumber Daya Alam dan Produk – Produk Lokal Desa Napallicin Kec. Ulu Rawas Kab. MURATARA

 Fasilitatr menjelaskan perbedaan pengertian antara sumberdaya alam dan produk

 Sumberdaya alam dapat di kategorikan sebgai Hasil Hutan Kayu (HHK), Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), dan jasa lingkungan.

 Produk adalah bahan mentah atau bahan setengah jadi yang telah diolah dari sumber daya yang ada

 Produk tersebut bisa merpakan produk yang telah diusahakan di masa lalu, masa sekarang, atau produk yang belum pernah diusahakan ssama sekali oleh masyarakat setempat.

No Sumber Daya Alam Produk lokal yang dihasilkan

1. NILAM

 Minyak

 Pupuk Organik

 Obat Tradisional (limbah)

2. BAMBU

 Dinding sasak

 Lantai rumah

 Alat Penangkap Ikan

3. KARET

 Lateks

 Kayu Pagar

 Bahan Bangunan

 Biji di buat makanan

 Bibit

4. AIR PEGUNUNGAN

 Air minum

 Irigasi

 Kolam ikan

 Air mineral dalam kemasan

5. ROTAN

 Keranjang

 Kambu

 Keruntung (kunju)

 Pengikat (talli)

6. JENGKOL

 Jual segar

 Bahan makanan

 Emping

 Keripik

 Kerupuk

7. KELAPA

 Buah segar

 Bahan masakan

 Konstruksi

 Kerajinan

Langkah 4. Pelaku Usaha Mengidentifikasi Hambatan Utama Dalam Sistem Pasar

 Fasilitator menjalsakan hambatan utama dalam sistem pasar yang dapat dikategorikan dalam 5 (lima) areal utama sebagai berikut :

KRITERIA INDIKATOR

Pasar

 Permintaan Pasar

 Kuantitas Produk

 Kualitas Produk

 Akses Permodalan

 Biaya Produksi

Sumber Daya Alam

 Kelimpahan dan Distribusi (Persebaran)

 Dampak terhadap Ekologi

 Budidaya dan Pemeliharaan

Sosial Budaya

 Kepercayaan/Budaya

 Konflik Sosial

 Gender

Legal / Institusi

 Kebijakan Panen

 Kebijakan Pengolahan

 Kebijakan Pengangkutan/Transportasi

 Kebijakan Perdagangan

 Teknologi

Tehnologi

 Sumber Daya Manusia (Keahlian)

 Infrastruktur (Jalan, Sungai, dll)

 Komunikasi (Internet, Sinyal, dll)

Langkah 5 Pelaku Usaha Menyusun Daftar Pendek (Shortlist) Produk Potensial untuk Bisnis Desa Napallicin Kec. Ulu Rawas Kab.

MURATARA

Pada langkah ini dilakukan penyaringan terhadap produk-produk yangtelah di identifikasi pada langkah 3 sblumnya.

Keluaran dari langah 5 ini adalah didapatkan produk-produk yang potensial atau tidak potensial untuk dikembangkan.

Produk Pasar Sumber Daya Alam Sosial Budaya Legal / Isntitusi Tehnologi Potensial

MINYAK NILAM

 Permintaan pasar tinggi

 Jumlah produk masih sedikit

 Kwalitas terjamin

 Akses modal masih rendah

 Belum dapat menghitung biaya produksi

 Masih sedikitnya kelimpahan dan distribusi

 Tidak berdampak terhadap

lingkungan

 Mudah, murah dan cepat dalam pemeliharaan

 Tidak bertentangan dengan budaya setempat

 Tidak

menimbulkan konflik sosial

 Melibatkan

perempuan dalam pekerjaan

perempuan dalam pekerjaan