• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Analisis Data

3. Analisis data informan 3 (C)

Berdasarkan hasil penelitian informan-3 mengalami tantangan atau masalah dalam menghayati kaul ketaatan. Diantaranya ialah berkaitan dengan pemimpin dan tugas yang diberikan. C menyelesaikan persoalan yang dihadapi dengan menggunakan strategi coping yaitu PFC dan EFC.

a. Masalah yang dialami dalam menghayati kaul ketaatan 1) Persoalan mengenai tugas studi yang diberikan

Berdasarkan hasil wawancara, menurut C ketika menerima tugas yang diberikan C mengalami stres, cemas dan takut. Hal ini dikatakan C bahwa ketika mendapat tugas yang diberikan dari pemimpin, yakni di bagian kesekretariatan, C stres dan merasakan ada penolakan di dalam diri yang menyebabkan sakit kepala dan selalu gelisah. Karena menurut C dirinya tidak mengetahui atau memiliki pengalaman dalam mengoperasikan komputer.

Selain itu, ketika C mendapatkan perintah dari pemimpin untuk studi dirinya mengalami kecemasan. C merasa semakin berat dan terpuruk tatkala seorang teman biarawati mengejek dan menghinanya karena tidak dapat mengoperasi komputer. Akan tetapi C menanggapi semua perasaan itu dengan mengatakan bahwa dirinya masih harus banyak belajar.

2). Persoalan mengenai kegiatan komunitas

C pernah mengalami masalah yang sangat berat dalam hidupnya tatkala dipanggil pulang paksa dari tempat prakteknya oleh pimpinan aspiran. C

menolak keputusan pimpinan itu. Hal itu membuat pimpinan marah padanya.

Namun berkat bantuan dan dukungan dari biarawati lain C menjadi tenang dan tidak stres. Sikap dan perlakuan pimpinan yang tidak adil dan tidak ramah itu tidak sampai membuat C menjadi putus asa, malahan C menjadi pribadi yang kuat dan setia.

Berdasarkan hasil wawancara, C memberikan kesaksian bahwa komunitas yang di tempati saat ini ada begitu banyak hal yang dilanggarnya dan tidak taat. Meskipun berusaha untuk taat tetapi merasa terbeban. Semuanya menjadi serba salah di mata pimpinan. Kehadirannya yang dirasakan pimpinan tidak memberikan andil bagi kehidupan komunitas. merasa bahwa pemimpin komunitas hanya melihat dan mencari-cari kesalahan yang dilakukan dan tanpa melihat kebaikan-kebaikan yang telah dibuatnya. C merasa selalu saja ada alasan untuk mempersalahkan dirinya. Tidak pernah C mendapat ucapan terima kasih dan penghargaan dari pimpinan kominitas atas hal baik yang pernah dilakukannya.

3). Pemimpin tidak mendukung

Berdasarkan sharingnya, C mengatakan bahwa tantangan terbesar dalam menjalankan kaul ketaatan ialah ketaatan terhadap pemimpin. Menurut C seorang pemimpin sesungguhnya harus menghargai tugas yang diberikan dan telah dijalankan oleh anggota. Selain itu, seorang pemimpin hendaknya berusaha untuk lebih mengerti dan memahami anggotanya.

Dalam kehidupan komunitas, C merasakan bahwa pemimpin komunitas selalu menganggap dirinya tidak bertanggung jawab dengan tugas yang

diberikan kepadanya. Sungguh menyakitkan sekali, bahwa pimpinan komuintas menulis perbuatan buruknya di votase. Tidak pernah ada komunikasi antara pemimpin komunitas dengan dirinya. C merasa bahwa dirinya selalu menjadi korban atas sebuah laporan. Dalam situasi keterpurukan ini C menyadari bahwa Tuhan mengasihinya dengan kasih yang hebat.

Dampak yang dialami C dalam pergumulan atas persoalan-persoalan berat yang dialaminya dalam hidup komunitas tersebut membuatnya sering merasa sakit kepala yang sangat, sakit perut dan sakit gigi. C menyayangkan sikap dan perlakuan pemimpin komunitas yang selalu menilai dan berprasangka buruk padanya.

b. Strategi Coping

Berdasarkan hasil penelitian, C mengatasi masalah yang dialami dengan menggunakan strategi coping yakni PFC dan EFC.

1). PFC ( Problem focused coping)

PFC adalah coping yang berfokus pada sumber tekanan atau masalah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa C melakukan dua strategi coping yakni planful probelm solving dan seeking social support for instrumental reasons..

Planful problem solving, berdasarkan hasil wawancara, C menceritakan bahwa dirinya pernah berniat untuk membuat klarifikasi dengan pemimpin komunitas atas pelbagai tudingan dan prasangka buruk tentang dirinya. Namun pemimpin komunitas terkesan selalu berusaha untuk menghindarinya.

Sehingga sulit bagi C untuk bertemu dengan pimpinan komunitas dari muka ke muka. Akhirnya saat itu pun tiba juga. Pemimpin komunitas memanggil C

untuk berbicara dengannya dari muka ke mukan. Sebuah momentum yang sangat dirindukan C agar bisa mengklarifikasi semua tudingan dan prasangka buruk tentang dirinya.

Seeking social support for instrumental reasons, dari hasil data wawancara terlihat bahwa C mengatasi masalahnya dengan meminta bantuan orang lain berupa nasihat dan peneguhan serta berusaha mencari jalan keluar terhadap persoalan yang dihadapinya. Persoalan dengan pemimpin aspiran yang menganggap dirinya tidak taat karena telah melawan perintah pimpinan untuk membuat kandang. Atas nasihat yang diberikan oleh seorang teman biarawati, C merasa diteguhkan sehingga tidak putus asa lalu mencari jalan pintas. C bersyukur mempunyai sahabat yang siap mendengar keluh kesah sewaktu dirundung masalah.

2). EFC (Emotional Focused Coping)

EFC adalah coping yang berfokus pada emosi yang bertujuan untuk memodifikasi fungsi emosi tanpa melakukan usaha mengubah stressor secara langsung. Ada tujuh startegi coping yakni self control, seeking social for emotion reasons, distancing, escape, accepting responsibility, positif reaprasial dan turning to religion. Dari hasil data wawancara, C melakukan self control, seeking social support for emotion reasons, accepting responsibility, dan positive reapprasial.

Self control adalah usaha untuk mengendalikan dan mengatur perasaan ketika seorang mengalami situasi tertekan yang terdiri dari kontrol perilaku,

kontrol kongnitif dan kontrol dalam pengambilan keputusan. Dari hasil data wawancara, terlihat bahwa C selalu menjalankan segala perintah pemimpin dengan tenang kendati pun selalu dianggap buruk.

Escape, dari hasil data wawancara, terlihat bahwa C bersikap jujur mengakui kesalahannya karena pernah mengindar dari masalah dan dalam banyak hal tidak taat terhadap aturan hidup berkomunitas.

Accepting responsibility, dari hasil data wawancara terlihat bahwa C memberi respons terhadap perintah pimpinan. C merasa diri sungguh terlibat dan bertanggungjawab atas tugas yang dipercayakan kepadanya. Antara lain, membuat kronik selama tujuh bulan setelaada pertengkaran diantara biarawati;

mengitik surat-surat dalam membantu urusan pada sekretariat. Bagi C menjalankan kaul ketaatan adalah sebuah keharus kendati pun ada perasaan penolakan di dalam diri. Menjalankan kaul ketaatan dengan sungguh dapat menjadi sebuah latihan rohani untuk mengembangkan sikap tanggungjawab.

Positive reapprasial, di saat C mengalami masalah dengan pemimpin aspiran karena dirinya dipanggil paksa untuk kembali dari tempat praktek.

Kemudian C dianggap tidak taat karena menolak perintah pimpinan untuk mengerjakan kandang. Peristiwa-peristiwa ini sungguh-sungguh menyakitkan hati dan telah menimbulkan luka batin bagi C. Namun bagi semuanya ini justru menjadi sebuah kesempatan untuk belajar. Berhadapan dengan situasi dan kondisi komunitas yang seakan-akan melawan dirinya, selalu mengambil sikap refleksi sambil terus bertanya diri. Akhirnya C pun menemukan jawaban bahwa di balik semua sikap perlawan dan anggapan buruk terhadap dirinya

sesungguhnya mengungkapkan perhatian dan kasih sayang mereka atas dirinya.

Accepting responsibility adalah usaha untuk menerima masalah dengan merenung kembali semua perbuatan masa lalu sehingga menjadi sadar bahwa dirinya benar-benar pernah melakukan itu. Dengan mengakui dan menerima pengalaman masa lalu tersebut membuat C berubah dan dapat keluar dari persoalan hidupnya. Hal ini akan berdampak pula pada hilangnya semua rasa sakit, seperti sakit kepala, sakit perut dan sakit gigi.

4. Integrasi hasil analisis tiga Informan

Berdasarkan hasil penelitian, ketiga informan mengalami masalah atau tantangan dalam melaksanakan kaul ketaatan. Untuk mengatasi masalah tersebut ketiga informan tersebut melakukan kedua jenis strategi PFC dan EFC.

Penelitian ini melibatkan tiga orang partisipan, dengan kriteria biarawati dewasa awal yang telah mengikrarkan kaul dan melaksanakan kaul ketaataan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga informan tersebut dalam melaksanakan kaul ketaatan pernah mengalami masalah dan tantangan dalam mengahayati kaul ketaatan yaitu tugas studi yang diberikan tidak sesuai yang diinginkan, tugas yang diberikan melebihi kemampuan, persoalan terkait aturan dan sikap pemimpin yang dirasa otoriter tidak mendengarkan anggota.

Masalah yang dialami informan yang berdampak pada sakit fisik maupun psikis. Secara fisik informan mengalami sakit kepala, sakit perut, pucat dan tidak berdaya. Selain itu, informan juga mengalami masalah yang berdampak secara

psikis yaitu mengalami penolakan di dalam diri, merasa takut, kecewa, sedih, cemas, merasa beban terlalu berat, sehingga membuat informan tidak bahagia.

Masalah dalam melaksanakan kaul ketaatan dan dampak yang dialami yang dialami tersebut membuat informan merasa tidak nyaman dan tertekan, memunculkan strategi coping yang dilakukan informan untuk menyesuaikan diri dengan tekanan yang dialami. Hasil penelitian yang ditemukan dalam penelitian ini menunjukan bahwa ketiga informan melakukan lebih dari satu strategi coping yaitu problem focused coping dan emotion focused coping ( Lazarus & Folkman, 1984; Carver et al.,1989) .

a. Masalah yang dialami oleh ketiga informan dalam melaksanakan kaul ketaatan.

1) Tugas studi yang tidak sesuai keinginan

Berdasarkan hasil wawancara ketiga informan mengalami masalah terkait studi. Hal yang membedakan antara ketiga informan tersebut ialah kedua informan yakni E dan B mengalami masalah yang sama yakni terkait studi yaitu apa yang diinginkan tidak sesuai dengan yang dilaksanakan. E memiliki keinginan dan harapan untuk studi bagian Bimbingan Konseling akan tetapi pemimpin memberikan tugas studi bagian PGSD. Hal serupa dialami oleh Informan II yang bernama B yang berkeinginan studi sebagai seorang perawat karena sudah pernah bekerja di Rumah Sakit. Akan tetapi pemimpin menyuruh B untuk studi jurusan yang berbeda dengan keinginan hatinya yakni teologi. Menurut E perutusan studi yang tidak sesuai dengan keinginan hatinya membuat dirinya merasa kecewa, marah, cemas dan takut

menjalankan studi yang dirasa kurang cocok dengan minatnya. E merasakan bahwa dampak yang dialami E saat itu ialah secara fisik ia mengalami sakit kepala dan pucat sedangkan secara emosionalnya E menjadi murung, merasa bleng dan pikiran menjadi tidak fokus. Sedangkan menurut B ketika tugas studi kurang sesuai dengan bakatnya membuat dirinya mengalami kesulitan dan merasa berat dalam melaksanakannya. Selain itu, hal yang membedakan ketiga informan ini ialah E dan C mengalami bahwa tugas studi yang diberikan tidak sesuai dengan keinginan sedangkan C tidak mengalami seperti kedua informan tersebut akan tetapi lebih disebabkan ketakutan dan kecemasan dalam mengoperasikan komputer terkait studi dengan jurusan sekretaris.

2) Tugas yang diberikan atau diperintahkan melebihi kemampuan

Berdasarkan hasil wawancara, dua dari ketiga informan mengalami bahwa terkadang tugas yang diberikan oleh pemimpin melebihi kemapuan yang di terima. Hal ini dialami oleh E dan B.

E merasa bahwa tugas yang diberikan terkadang melebihi kemampuannya. Hal ini dikatakan E ketika E masih tinggal di komunitas pastoral, E menerima banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dari pimpinan yang membuat E mengeluh. Hal ini ditemukan dari cerita E yang mengatakan bahwa pemimpin menyuruhnya misalnya E kamu harus pergi ke dokter, E kamu harus pergi ke kepala dinas untuk mengurus sekolah TK;

E kamu harus pergi kerja ke sawah. Hal ini sesuai dengan ungkapan E bahwa ia merasa tidak nyaman dan tidak mampuh karena menerima banyak

tugas yang harus dijalankan. E menambahkan lagi bahwa belum selesai urusan BPJS, berahlih ke sawah dan pergi ke dokter-dokter spesialis.

Selain itu, mengenai sekolah E mengurus dana dan harus pergi ke kantor keuangan di kabupaten. Setelah pulang komunitas mengurus lagi notulen komunitas, bahkan mengurus notulen. E merasa dirinya mengurus semuanya yang membuatnya merasa lelah dan beban, mengeluh namun tetap diam dan berusaha mengikuti apa yang diperintahkan dengan taat. E mengeluh dan Berdasarkan hasil wawancara, dua dari tiga informan mengalami masalah terkait aturan. E merasa bahwa terkadang aturan komunitas yang kaku, rumit, tidak jelas dan terbelit-belit membuatnya tidak bebas dalam melayani. Hal ini diceritakan mengungkapkan mengapa pemimpin tidak melakukan tetapi selalu menyuruh saya.

Menurut B terkadang tugas yang diberikan melampau kemampuanya. Hal ini diceritakan B bahwa B pernah diutus studi di luar negeri, B mengalami penolakan dalam diri karena tidak mampuh yang membuat dirinya marah. Dampak yang dialami B ialah menolak, marah dan merasa tidak didengarkan. B juga merasa sedih dan tidak bahagia.

3) Persoalan terkait aturan

E bahwa ketika E berpastoral dan meminta izin tetapi tidak diizinkan padahal orang melakukan sekami. Sedangkan di program sendiri ada pelayan pastoral. Meskipun tidak mendapat izinan, E tetap menjalankan pastoral. Hal ini berbeda dengan yang dialami oleh yang dialami oleh B yakni B mengatakan bahwa aturan yang ditetapkan harus dijalankan

misalnya kembali dari kampus jam 18.00 WIB dan bertepatan dengan jam doa. Meskipun lelah tetapi wajib mengikuti aturan yang telah disepakati.

Hal ini yang membuat B menjalankan doa hanya sebuah aturan.

4) Persoalan terkait tugas komunitas yang diberikan pemimpin

Berdasarkan hasil data, ditemukan bahwa dua dari tiga informan mengalami persoalan terkait tugas di komunitas ialah informan I dan Informan III yakni E dan C. Menurut E ketika E menjalankan perutusan di Komunitas Ndora E juga mengalami bahwa apa yang diinginkan bertentangn dengan keinginan pemimpin. Hal ini diceritakan oleh E mengenai keinginannnya berbaur dengan umat dan melaksanakan kegiatan rohani dengan OMK (Orang Muda Katolik), ada seorang biarawati dan pemimpin tidak mendukung. E merasa tidak adanya dukungan sehingga E merasa dilema dan tidak nyaman menjalankan program komunitas dan pelayanan kegiatan di luar komunitas. Sedangkan menurut cerita E bahwa komunitas yang dia tingggal adalah komunitas pastoral yang berarti komunitas yang bagian pelayanan.

Sedangkan C mengalami masalah dalam menghayati kaul ketaatan yakni ketika pemimpin aspirant meminta C untuk kembali lebih awal dari tempat praktek untuk membuat kandang namun C tidak mentaati perintah tersebut yang membuat pemimpin marah.

Berdasarkan hasil wawancara menurut C komunitas yang di tempati saat ini banyak hal C tidak taat. Meskipun berusaha taat tetapi merasa beban. Karena menurut C dirinya telah melaksanakan tugas di komunitas

namun terkesan bahwa dirinya tidak memiliki andil dalam kehidupan komunitas. C merasa bahwa pemimpin komunitas hanya melihat kesalahan yang dilakukan tanpa melihat kebaikan-kebaikan yang telah dijalankannya sehingga membuat C mengalami kekecewaan. C merasa bahwa terkesan dirinya dipersalahkan karena tidak mengedit tugas kronik yang diberikan, meskipun dirinya sudah berusaha. C merasa bahwa pemimpin tidak ada rasa terimakasih dan tidak menghargai atas apa yang telah dilakukan oleh C.

E dan C mengalami kurangnya dukungan dari anggota komunitas maupun dari pemimpin yang memiliki wewenang untuk memberikan tugas.

5) Pemimpin dirasa kurang mendukung

Berdasarkan hasil penelitian, tiga satu dari tiga informan mengalami bahwa tantangan terbesar dalam menjalankan kaul ketaatan ialah ketaatan dengan pemimpin. C mengatakan bahwa dirinya bukannya menuntut tetapi seorang pemimpin harus menghargai tugas yang diberikan dan telah dijalankan oleh anggota. Selain itu, seorang pemimpin hendaknya lebih mengerti dan memahami anggota. C mengatakan bahwa dirinya merasakan bahwa pemimpin komunitas menganggap dirinya tidak bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan dan bahkan menulis perbuatannya di votase yang menyebabkan dirinya merasa sakit hati dan kecewa. C mengatakan bahwa pemimpin komunitas tidak ada komunikasi dan tidak bijaksana. C mengalami kekecewaan ketika piko menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki andil untuk komunitas. C merasa bahwa dirinya selalu menjadi korban atas sebuah laporan tetapi C menyadari bahwa Tuhan mengasihinya

bahkan di dalam Mazmur menurut C Tuhan akan menunjukan jika ada yang membenci maka ia akan mendapat malu.

Dampak yang dialami C ketika mengalami persoalan tersebut adalah secara fisik mengalami sakit kepala, sakit perut dan sakit gigi. Akan tetapi yang dari beberapa dampak dialami ini yang lebih dilami sakit ialah sakit kepala. Selain itu C juga menyesal atas penilain yag menurut C tidak sesuai tanpa harus melihat ke belakang terlebih dahulu.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa ketiga informan mengalami masalah dalam melaksanakan kaul ketaatan yakni tugas studi yang tidak sesuai dengan keinginan, tugas yang dirasa melebihi kemampuan, persoalan terkait aturan, persoalan terkait tugas di komunitas dan sikap pemimpin yang dirasa kurang mendukung. Masalah yang dialami setiap informan memiliki kesamaan dan perbedaan sehingga strategi yang digunakan juga bervariasi.

b. Strategi coping

1) Problem focused coping

Tema ini dibagi menjadi tiga sub tema yakni planful problem solving, confrontative coping, dan social support for instrumental reasons. Dua dari Tiga informan melakukan planful problem solving dan seeking social suppport for instrumental reasons tanpa terkecuali sedangkan dua dari tiga informan melakukan confrontative coping.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga informan melakukan planful problem solving dengan berusaha membangun komunikasi dan dialog yang

baik dengan pimpinan dan berusaha menjalankan apa yang menurut ketiga informan tersebut tidak sesuai.

Kedua dari tiga informan mengatakan bahwa apapun masalahnya tetap dijalankankan dengan baik, dan berusaha untuk melihat mana yang terpenting untuk dijalani bukan menuruti semua yang dikatakan, tetapi membangun komunikasi atau dialog dengan pemimpin, untuk mengklarifikasikan masalah yang dialami. Selain itu, hasil data menunjukkan bahwa salah seorang informan berusaha untuk mementingkan dan menjalankan tugas komunitas dari pada tugas pribadi.

“Kalau hidup berkomunitas aaa... untuk komunitas dimana saja e..

saya berada. Kalau komunitas pastoral kaul ketaatan itu selalu melihat situasi. Dan saya lihat mana yang lebih pentingkan.

Kebersamaan dalam komunitas saya pentingkan. Saya di komunitas itu kaul ketaatan macam bukan saya mengiakan saja itu tetapi saya sambil melihat mana yang lebih penting yang terpenting.”. (E, 161-170)

Salah seorang partisipan berencana untuk mengklarifikasikan masalah yang dialami dengan meminta kesediaan waktu dari pimpinan.

“Saya tu mau tanya klarifikasi dan saya tu minta waktu bilang suster ada waktu ka dia bilang nanti dulu jo dia langsung pergi saja begitu lama lama dulu baru dia paggil kita.” (C,324-327).

Hal tesebut menunjukkan bahwa ketiga informan tersebut melakukan planful problem solving, dua dari tiga informan melakukan seeking social support instrumental reasons. Informan mencari dukungan untuk keluar dari masalah yang dialami dengan curhat kepada pemimpin, teman sebaya dan pendamping sehingga memampukan informan untuk boleh mengatasi masalah yang dialami.

“Kalau mengalami masalah biasanya suster pendampingan atau teman curhat biasanya itu saya sering berbagi menurut saya dengan bercerita mengurangi beban batin dalam hidup saya”.(B, 338-341)

2). Emotion focused Coping

Tema ini dibagi menjadi beberapa sub tema yakni self control, seeking social support for emotion reasons, distancing, escape, accepting responsibiliti, positif reapprasial dan turning to religion.

Hasil data menunjukkan bahwa ketiga informan tersebut melakukan self control. Salah satu informan mengatakan bahwa meskipun ada masalah namun tetap berusaha untuk menjalaninya oleh karena sudah berjanji dalam kaul.

“Untuk saat sekarang yaaa saya berusaha untuk menjalani dan menikmati apa yang sudah saya jalani dan juga sesuai kaul ketaatan yang saya janjikan. Kalau pengalaman lain seputar kaul ketaatan yaaa.... artinya sesuai atau misi tidak terlalu”. (B,85-89)

Salah satu informan juga mengatakan bahwa dalam menghadapi masalah menjalankan kaul ketaatan tidak semua perintah harus dituruti melainkan informan memilih dan memutuskan mana yang paling penting untuk dilaksanakan.

“Waktu itu apa yang saya lakukan ketika saya di komunitas itu pertama tuh...e.. saya pertama tuh saya tinggalkan komunitas saya terima memang saya harus pergi sebagai seorang misionaris saya harus pergi saya tidak tinggal ini saya tidak boleh apa e kalau adaikan saja kalau saya tidak sebagai saya tidak terima tugas itu pasti saya akan maksudnya saya berontak eee untuk kenapa harus panggil saya begini tetapi saya waktu itu saya terima. Dan memang berat saya sempat maksudnya bukan untuk menolak tapi rasa berat juga toh. Saya tetap pergi saya hadapi dengan tegar dan saya pergi dan ketika saya belum tahu apa-apa saya jalani saja alur dinamika setiap hari tetapi ketika saya dengar bahwa saya pergi untuk sekolah untuk studi saya sempat katakan bahwa saya bisa atau tidak kuliah PGSD dengan anak-anak.”.(E,260-272)

Hasil data menunjukkan bahwa ketiga informan melakukan seeking social support for emotion reasons. Salah satu informan sampai saat ini melakukan strategi ini dengan tujuan mencari dukungan secara emotional kepada sesama biarawati secara khusus untuk menguatkan dan memberikan kelegaan dan kegembiraan dalam batin mendengarakan, menguatkan dan memberikan peneguhan kepada informan dalam mengatasi masalah yang dilamaminya.

“Kalau mengalami masalah biasanya suster pendampingan atau teman curhat biasanya itu saya sering berbagi menurut saya dengan bercerita mengurangi beban batin dalam hidup saya.”(B,338-341).

Salah satu dari ketiga informan pernah melakukan escape bila menghadapi masalah yang berkaitan dengan pimpinan.

“Pernah...tetapi kebanyakan saya alami di komunitas ini. saya akui bahwa saya jujur untuk lebih banyak menghindar dari maslaah”.(C,234-236)

E, B, dan C melakukan accepting responsibility jika mengalami masalah.

Informan bisa menerima masalah yag dialami karena sudah melaksanakan kaul ketaatan. Ketiga partisipan berusaha menerima apapun yang diputuskan dan diperintahkan oleh pemimpin mengenai studi. Selain itu dua dari ketiga informan juga berusaha menjalankan tugas yang diberikan oleh pemimpin dengan tanggung jawab. Informan juga selalu mengatakan bahwa meskipun tugas yang diberikan begitu banyak dan berat akan tetapi berusaha untuk menerima dan menyelesaikannya oleh karena kaul ketaatan.