• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

3. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini mengalami kekurangan yaitu jumlah informan yang terbatas. Keterbatasan jumlah informan disebabkan oleh kurangnya kesediaan informan yang sesuai dengan kriteria penelitian. Penelitian berikut diharapkan menambah jumlah informan untuk memperkaya data.

Penelitian ini juga terbatas dalam hal latar belakang informan penelitian yang sama dalam satu kongregasi. Penelitian berikutnya diharapkan bisa menambahkan lebih dari satu kongregasi untuk meneliti mengenai masalah yang dialami dalam kaul ketaatan dalam perspektif yang berbeda..

DAFTAR PUSTAKA

Brandthill, S. L., Duczeminski, J. E., Surak, E. A., Erdly, A. M., Bayer, S. J., &

Holm, M. B. (2001). Coping strategies that elicit psychological well-being and happiness among older catholic nuns with physical impairments and disabilities. Physical & Occupational Therapy in Geriatrics, 19(2), 87-98.

Bryant, S. (1998). Correlates of stress among African Amercan nuns. Affilia Winter,13(4), 454-473.

Carver, C.S., Scheier, M.F., & Weintraub, J.K. (1989). Assessing coping strategies: a theoretically based approach. Journal of Personality and Social Psychology, 56 (2), 267-283.

Chaplin. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Charlis, C., & Kurniawati, N. M. T (2011) Makna hidup pada biarawan. Ilmiah Psikologi, 1(1),33-39

Creswell, J.W (2014). Penelitian kualitatif dan desain riset: memilih diantara lima pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darminta, J. (1981). Persembahan cintaku. Yogyakarta: Kanisius.

Eze, C., Lindegger, G.C., & Rakoczy, S. (2014). Catholic religiou‟s sister‟s;

identity dilemmas as commited and subjugated workers: A Narrative Approach. Spinger, 4(5)-, doi: 10.1007/s13644-041-0202-1

Eze, C., Lindegger, G.C., & Rakoczy, S. (2016). Power relantion influencing chatolic religious sister‟s identity countruction: A studi of intersubjective

exchange in religious community living. International journal of social Science Studies, 4(5)-. Doi:10.11114ijsss. V4i5.1526.

Folkman, S., & Lazarus, R.S. (1984). Stress, appraisal and Coping. McGraw.Hill General SSpS Secretary (2017). World Mission SSpS. Roma: AJS.

Goleman, D (2002). Kecerdasan emosional untuk mencapai puncak prestasi.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Hagang, D. A. F (2015). Kebermaknaan hidup pada biarawati di kalimantan timur. EJournal Psikologi, 4(1), 107-119.

Herdiansyah, H. (2015). Metode penelitian kualitatif untuk ilmu psikologi.

Jakarta: Salemba Humanika.

Hurlock, E.B. (1980).Psikologi perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.(Kelima:D.R.M Sijabat,ed.). Jakarta: Erlangga.

Jacobs, T. (1987). Hidup membiara: Makna & tantangannya. Yogyakarta:

Kanisius.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008). Departemen Pendidikan Nasional: edisi keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ke-13). Jakarta: Erlangga.

Kleden,PB. (2002). Aku yang solider, aku dalam hidup berkaul. Maumere:

Ledalero

Konstitusi SSpS (1984). Kapitel General Kesembilan. Roma: AJS.

Leteng, H.(2003). Spiritualitas Imamat Motor Kehidupan Iman Maumere:

Ledalero.

Louisie, CB. (1989). Hidup Membiara Apostolis. Yogyakarta: Kanisius

Maryam, S. (2017). Strategi Coping: Teori dan Sumberdayanya. Jurnal Konseling, 2(1). 101-107.

McCullough, M. E., & Wiloughby, B. L. (2009). Religion, self-regulation, and self-control: Associations, explanation and implications. Psychological Bulletin, 135(1), 69-93.

Papalia, D. E., Old, S. W., & Fieldman, R. D. (2009). Human development ( perkembangan manusia) (Ed. Ke-10). Jakarta: Salemba Humanika.

Papalia, D.E (20O9). Human Development Perkembangan Manusia buku 2.

(Ed.ke 10). Jakarta: Penertit Salemba Humanika.

Papalia, D.E., Olds, S. W., & Feldam, R. D. (20O8) Human Development Perkembangan Manusia buku 2. (ed.ke 9). Jakarta: Penertit Salemba Humanika.

Pargament, K. I. (2007). Spiritually integrated psychotherapy: Understanding and addressing the Sacred. Guilford Press: New York NY.

Pargament, K. I., Ensing, D. S., Falgout, K., Olsen, H., Reilly, B., Haitsma, V., &

Warren, R. (1990). God help me: Religious coping efforts as predictors of the outcomes to significant negative life events. American Journal of Community Psychology, 18, 793-824.

Patnani, M. (2013). Upaya meningkatkan Problem Solving pada Mahasiswa.

Jurnal Psikogenesis. I (2),130-142 Penerbit Alfabeta.

Rafter, D. (2013). Rebels with a cause: obedience, resistence and convent life,1800-1940. Routledge,42(6),729-744.

Reber, A. S., & Reber, S. E. (2010) Kamus psikologi ( edisi ke-3). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Santrock, J. W. (2002). Life-span development perkembangan masa hidup. (Ed.

Ke-5). Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2012). Life-span development perkembangan masa hidup. (Ed.

Santrock, J.W., (2002). Life –Span Development (Perekembangan masa hidup).Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sarafino,E.P., & Smith T.W. (2011). Health Psychology: Biopsichosocial interactions (7 th ed). Hoboken: Jhon Wiley & Sons, Inc.

Sari, M.P.P. & Setyawan, I. (2017). Pengalaman menjadi Biarawati Katolik:

Studi Kualitative Interpretative Phenomenological analysis. Jurnal Empati, 6(1), 287-290

Silverius, S. (1993). Penanganan Masalah. Bandung: Angkasa.

Smith, J.A. (2008). Qualitative psychology: A practical guide to research methods. Los Angles: SAGE.

Smith, J.A. (2013). Dasar-dasar Psikologi kulitatif:pedoman praktismetode penelitin. Bandung: Nusa Media.

Smith, M. A., & Argiati, S. H. B. (2013). Kepribadian tangguh (hardiness) pada perempuan penderita pasca stroke. Jurnal Spirits, 3(2), 1-7.

Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:

Sumanto. (2014) Psikologi Perkembangan: Fungsi dan Teori. Yogyakarta: CAPS (Centernof Academic Publishing Service)

Suparno SJ, P. (2016). Hidup Membiara di Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius

Suparno SJ, P. (2016). Tantangan Hidup Membiara di Zaman Modern dan Bagaimana Menyikapinya. Yogyakarta: Kanisius.

Supratiknya, A. (2007). Merujuk sumber acuan dalam penulisan karya ilmiah.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Supratiknya, A. (2015). Metode penelitian kulalitatif dan kuantitatif dalam psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Supratiknya, A. (2018). Diktat Metode Penelitian: mteri belajar matakulih metode penelitin kulittf, seminar, dan bimbingn klsikal penulisan skripsi.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Taylor, S. E., Welch, W. T., Kim, H. S., & Sherman, D. K. (2007). Cultural differences in the impact of social support on psychological and biological stress responses. Psychological Science, 18, 831-837.

Tima, L.L., & Muti‟ah, T. (2014). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan resiliensi pada para suster yunior di kota Yogyakarta. Jurnal spirits.5(1),16-20.

Utami, M. S. (2012). Religiusitas, koping religius, dan kesejahteraan subjektif. Jurnal psikologi, 39(1), 46-66.

Wardani, D.S. (2009) Strategi coping orang tua menghadapi anak autis.

Indigenous,11(1), 26-35.

Wiratha, I. M. (2006). Pedoman penulisan: Usulan penelitian, skripsi dan tesis.

Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

DATA PARA BIARWAWI SSpS PROVINSI FLORES BAGIAN TIMUR TAHUN 2009-2019

NO JUMLAH BIARAWATI

TAHUN BIARAWATI YANG

MENINGGALKAN BIARA

1 137 2009 -

2 137 2010 2 yunior

3 147 2011 -

4 147 2012 -

5 129 2013 -

6 125 2014 6 yunior

7 123 2015 1 yunior

8 133 2016 -

9 125 2017 1 yunior

10 128 2018 2 yunior dan 1 kaul kekal

11 126 2019 -

Nama : E

Jenis kelamin : Perempuan

Lokasi : Ruang belajar komunitas SSpS Maguwoharjo Hari, Tanggal : Rabu, 28 Agustus 2019

Waktu : 11.00- 12.41 Keterangan :

Peneliti : ditulis (bold)

Informan : ditulis tipis (normal) Kata Asing : ditulis miring ( italic)

Observasi lapangan:

E datang wawancara dengan memakai jubah putih dan berkerudung biru. Dilehernya ada kalung salib yang panjang dan MM juga mengenakan sandal jepit berwarna ungu. E duduk di kursi sebelah kiri dan melipatkan kedua tangannya di atas meja. Selama proses wawancara E melihat peliti dan menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti. Ada saat E melihat ke langit- langit ruangan kemudian beberapa kali E menggerak-gerakkan tangannya dan membuyikan jemari tangan. Suasana ruangan belajar juga tenang dengan pencahayaan yang cukup terang dan tidak adanya keributan sehinggga proses wawancara dilaksanakan dengan baik.

No Narasi Deskripsi Interpretasi Sub

Nama lengkap nama lengkap Suster E tu siapa?

ELM. Terus berapa usia sekarang? 27 tahun.

Kapan dan dimana TTL? O ia tanggal lahir tempatnya Lembata. Tempat tanggal lahir? Flores kan? O. Sekarang apakah sudah berkaul? Sudah.

Sudah kaul keempat. Sudah berapa lama menjalani menjadi seorang Biarawati? Sudah mau masuk sembilan tahun. E ia, delapan atau sembilan tahun e.

Aspiran, postulan dua tahun, novis dua tahun, yunior empat tahun e..sembilan tahun. Terus Bagaimana awalnya masuk atau memilih menjadi seorang biarawati tuh? Eee awalnya? Awalnya tuh saya tercapai ketika suster promosi panggilan tetapi saya juga tidak punya ini bahwa saya tidak apa punya pesimis bahwa saya harus masuk tuh tidak eeeeee.

Tetapi saya bilang kalau andaikan saja ini kalau panggilan ya saya di terima tapi kalau tidak juga pasti tidak di terima. Itu panggilan pertama tuh. Tapi ketika masuk tuh bagaimana tuh?

Saya tuh pertama tuh karena saya tinggal dengan orang eee keluarga sepupuh. Jadi saya punya kerinduan itu untuk masuk biara. Tidak tau sore itu

E dilahirkan di Lembata Provinsi NTT pada tanggal 25 Mei 1992.

E menjadi seorang biarawati sejak sembilan tahun yang lalu dan mengikrarkan atau menjalankan kaul hidup sudah empat tahun dengan melaui proses kebetulan ada seorang biarawati SSpS yang promosi panggilan. Saat itu E terpanggil masuk biara sejak SD

Awalnya L masuk biara karena ia mendengarkan suara hatinya berbisik.

Saat itu, kebetulan ada

33

ini engko apa macamnya mau bilang saya mau masuk biara. Dari dalam tuh begitu e...e.... setelah itu saya bilang. Besoknya waktu itu kan ada satu suster SSpS Sr. Ambrosia nih pergi promosi.... eee promosi di sekolah. Sampe di sekolah saya daftar saja. Suster omong bilang kalau daftar saja tapi kalu diterima ya tetapi kalau tidak diterima juga tidak apa-apa. Jadi saya daftar saja ternyata dalam perjalanan waktu saya diterima untuk itu masuk biara. Jadi semua surat-surat itu juga saya sendiri urus sampai saya diterima itu. Itu pas SMA ka promosi panggilan tuh?

Ia promosi panggilan waktu SMA. Tapi entalah waktu itu ada empat kongregasi masuk satu kali tetapi saya tuh merasa terpanggil sekali ketika saya melihat SSpS punya. Jadi saya tuh macam rasa ketertarikan itu ketika saya melihat bahwa entalah motivasi itu belum murni eeee ketika waktu itu saya ingin sekali untuk menjadi eee saya tuh pertama pikiran bahwa tidak ada yang sulit. Bahwa semuanya itu selalu ini. Tetapi ketika saya apa... eee saya masuk itu motivasi itu membuat saya punya komitmen untuk itu. Saya tuh suka begitu. Motivasi saya waktu itu saya ingin sekali membagi komuni dan ingin sekali berdiri didepan orang. Omong tuh ka. Omong begitu tuh ka. Tetapi ketika itu baru saya omong. Motivasi

merasa tertarik dan motivasi awal untuk masuk biara adalah ingin berdiri di depan umum untuk membagi komuni. Setelah melihat ada brosur mengenai pelayanan SSpS yang tersebar di seluruh dunia E memiliki keinginan untuk pergi keluar negeri. Dua hal ini menjadi kerinduan E untuk masuk biara. E mengatakan bahwa saat itu motivasi untuk hidup membiara tidak murni. Akan tetapi dalam perjalanan waktu melalui pembianann ada suster yang mengatakan bahwa motivasi itu tidak murni. Bertanya pada diri akar untuk menjalani hidup membiara.

ingin pergi keluar negeri.

Membagi komuni dan pergi ke luar negeri adalah kerinduan E untuk masuk biara. Menurut E motivasi ini tidak murni.

Motivasi M

67 berkaul, sudah berapa lama sr. M berkaul tadi?

Eeeee kaulnya sudah kaul ke empat.

Bagaimana pendapat suster M mengenai kaul ketaatan?

Untuk kaul ketaatan, yaaa untuk saat ini pendapat saya pertama nih kaul ketaatan itu baik maksudnya kalu dilihat dari pengalaman saya ketaatan itu kadang membuat kita apa...ee... membuat saya itu kadang ada komunikasi tetapi kadang apa berbeda berbentur dengan saya punya keinginan. Contoh saya punya keinginan mau studi Bimbingan Konseling tetapi karena pimpinan omong saya studi PGSD. Saya harus ini menerima karena kebutuhan kongregasi karena kaul ketaatan tadi akhirnya saya harus mencoba untuk terima itu.

Dapatkah Sr. E menceritakan pengalaman sr menjalani kaul ketaatan?

Eee kaul ketaatan tuh saya punya pengalaman ketika saya di apa.... di yunior e.... Ketika saya yunior setelah tahun kedua sebelum saya terima untuk studi.

Saya belum terima untuk studi jadi a saya waktu kaul ketaatan saya di Ndora yang saya alami di komunitas, komunitas kecil a itu ya, saya itu kadang orang tidak mengerti maksudnya mungkinlah saya punya keinginan atau apa sehingga kadang tuh berbalik dengan saya punya kerinduan tuh kah. Salah satu contoh itu begini saya itu kerinduan untuk berbaur dengan umat saya mau kegiatan OMK itu berjalan baik, kegiatan sekami itu berjalan, saya beri rekoleksi

E telah melaksanakan kaul kebiaraan selama kurang lebih empat tahun.

Ketaatan menurut E adalah soal menjalankan apa yang diperintahkan yang kadang terbentur dengan sebuah keinginan akan tetapi berusaha menerima sesuai dengan kebutuhan kongregasi akan tetapi tetap membangun sebuah konikasi. Jadi apa yang disampaikan pemimpin E berusa menerima dan menjalankanya. Misalnya E ingin studi bimbingan konseling tetapi pimpinan menyuruhnya untuk studi PGSD.

Jadi E harus menerima karena hal ini merupakan kebutuhan kongregasi dan saya harus taat menerimanya.

E Menjalankan kaul ketaaatan menjadi seorang biarawati yunior selama dua tahun di Ndora. Sebelum E menjalankan studi, MM melaksanakan kaul kebiaraaan di komunias SSpS Ndora. E mengalami bahwa seringkali apa yang diinginkan atau kerinduan yang terdalam untuk melakukan sesuatu seringkali bertentangan dengan keinginan orang lain. Orang lain yang dimaksudkan ialah pemimpin komunitas.

Ketika E berkeinginnan untuk berbaur dengan umat dan melaksanakan kegiatan

E melaksanakan kaul ketaatan sudah empat tahun.

Ketaatan menurut E ialah melaksanakan apa yang diperintahkan yang terkadang terbentur dengan keinginan pribadi. E ingin studi di BK tetapi pimpinan menyuruh untuk PGSD. Berusaha untuk

menerimanya dan

melaksanakannya.

Dalam melaksanakan kaul ketaatan seringkali apa yang menjadi keinginan

dan kerinduan

bertentangan dengan keinginan pimpinan.

E mengalami tidak ada dukungan dari pimpinan

Masalah

101

satu suster tidak mendukung dari pimpinan rumahnya tidak mendukung sedangkan suster yang lain mendukung saya dan begitu saya memilih yang mana apakah saya jalani apa yang saya sudah programkan itu ataukah saya ikut suster ini yang tidak ini. Dan ketika saya apa memilih untuk saya akhirnya dilemah e saya mau menjalankan saya punya program ini ataukah saya ikut suster ini yang tidak ini. Tetapi ketika kaul ketaatan itu dilemah untuk saya. Kaul ketaatan itu ada komunikasi walaupun beliau maksudnya orang tidak setuju tetapi saya ada bisa berpastoral kemana saja. Sehingga dari situ saya belajar kaul ketaatan saya melihat bahwa selalu ada komunikasi sehingga ketika kalau dilemah macam menentukan sesuatu yang itu sesuai dengan kaul-kaul yang saya jalani itu yang membuat saya apakah ini...saya kadang tu oih,...saya harus ikut yang mana.

Apakah sesuai dengan saya punya program yang sudah tertera ini ataukah? Tetapi disisi lain juga saya melihat dengan situasi yang ada artinya diserment oh ya mana yang lebih penting setelah itu baru komunikasikan dengan pimpinan rumah. Itu yang saya alami. Jadi kadang dilemah sih tetapi ada komunikasi yang bisa dibangun antara dua orang.

Bagaimana ketaatan dengan pimpinan?

Pimpinan. Pimpinan provinsi kah?. Provinsialkah

Pemimpin tidak mendukung. E merasa dilema untuk menjalankan program komunitas atau kegiatan diluar bersama umat dan OMK. Menurut E di dalam ketaatan itu ada komunikasi sehingga apapun yang ia lakukan berkaitan dengan kaul ketaatan meskipun pemimpin marah tetapi E berusaha menjelaskan bahwa komunitas yang di tempati ialah komunitas pastoral yakni komunitas yang selalu melayani umat bukan komunitas studi

Hal ini sering membuat E mengalami dilemah dan membuat diserment (pembedaaan Roh atau mendengarkan suara Allah yang berbisik) dengan melihat mana yang paling penting dan setelah itu mengkomunikasikan ke pemimpin rumah.

Menurut E, Kaul ketaatan adalah menerima apa saja yang menjadi

kegiatan E mengalami dilema antara program komunitas dan kegiatan di luar komunitas sehingga dalam melaksanakan meskipun pemimpin marah E berusaha menjelaskan atau mengklarifikasikan.

E mengalami dilema sehingga berusaha melihat mana yang terpenting untuk dilaksanakan

dengan membuat

diserment dengan melihat mana yang terpenting kemudian

mengkomuikasikan dengan pemimpin

Kaul ketaatan adalah menerima apa saja yang

135 tidak mampu. Jadi contoh waktu saya di yunior tahun kedua saya diminta untuk ini sebelum studi saya di komunitas kan. Untuk tahun pertama saya tidak terlalu merasakan karena kami yunior dua orang.

Tetapi ketika saya sendiri saya merasakan bahwa dimana saya di polik jadi saya ikut tapi kadang saya mengeluh. Sudah ada karyawati atau orang berarti saya ke ini ke komunitas. Setelah ke komunitas ya setelah ada sawah itu saya mulai ke sawah.

Setelah...kalau sudah selesai ini sawah, saya ke polik saat polik mau menjadi klinik pratama untuk mengurus BPJS. Itu yang saya rasa. Memang kadang mengeluh maksudnya mengeluh karena satu orang e maksudnya tiba-tiba E engko harus ke dokter, E engko harus pergi bertemu kepala dinas untuk TK eeee begitu, enko harus ke sawah karena ini harus ini.

Jadi saya kadang saya rasa e kenapa tidak ada orang lagi ka? Saya kadang berpikir begitu tetapi kenapa mudernya tidak pergi tetapi itu muder yang beri tahu dia yang minta saya untuk pergi. Kadang memang mengeluh karena mungkin karena saya merasa oeeee (menarik nafas panjang) saya tidak mampu tuh ka.

Saya tidak mampu ko kenapa mereka selalu ini.

Setelah itu baru saya melihat oh ternyata itu untuk bantu saya untuk belajar jadi untuk kaul ketaatan saya tidak terlalu ini maksudnya tidak menghalangi saya untuk maksudnya ada komunikasih tuh ka, jadi saya ikut taat, tetapi ada komunikasi. Itu yang saya

kehendak Tuhan walaupun terkadang dirinya merasa tidak mampu. Hal ini dikatakan E pada tahun pertama dirinya tidak merasakan bahwa dirinya tidak mampuh. Karena saat tahun pertama ada dua orang biarawati junior yang tinggal di tempat yang sama. Akan tetapi ketika biarawati itu pergi, dan dirinya bertugas di polik, kemudian membantu di komunitas.

Setelah ada sawah, ia berahlih untuk mengerjakan sawah. Ada saat juga E harus mengurus BPJS. Hal ini yang membuat E mengeluh karena tiba-tiba disuruh E kamu harus ke dokter, E kamu harus bertemu kepala dinas untuk TK, E kamu harus kesawah. E terkadang merasa bahwa tidak ada orang lagi selain saya? E kamu harus kadang E mengelu membuat E mengeluh dan merasa tidak mampuh. Pernah E berpikir bahwa mengapa mereka selalu menyuruh E. Ternyata hal itu membantu saya untuk belajar dalam menjalankan kaul ketaatan. E mengiikuti untuk mejalankan ketaatan tetapi ada komunikasi.

Berkaitan dengan studi, E tidak bertanya mengenai pertemuan dengan pimpinan soal studi karena E berpikir nanti apa yang akan dikatakan pimpinan tentang dirinya.

E berusaha dan mengikuti alurnya pemimpin. Disisi lain, E melihat kehendak Tuhan yang terjadi atas dirinya dengan mengatakan bahwa „Tuhan Engkau mau

E juga selalu berpikir positif bahwa itu adalah kehendak Tuhan walaupun terkadang dirinya merasa tidak mampu.

E merasa tidak nyaman banyak menerima perintah tugas dari pimpinan.

Merasa tidak mampu sehingga mengeluh.

Ketika berpikir ternyata hal itu membantu E untuk belajar dalam menjalankan kaul ketaatan dengan komunikasi.

Ketika menerima tugas studi dari pimpinan E

169 membantu saya melalui orang-orang yang bisik saya bahwa ko siap barang memang karena enko akan pergi dari situ. Setelah itu tiba-tiba ko langsung bahwa Magdalena besok kau harus berangkat. Saya bilang Tuhan bukannya lusa ka suster. Saya sempat tanya begitu. Artinya apa maksudnya panggil secepat itu tuh ka. Memang disisi lain bahwa saya harus siap sedia. Sebagai misionari saya harus siap sedia. Tetapi saya sempat tanya begitu ko suster bukan ini lusa ka?

Dia bilang bukan besok kau harus pergi. Dan suster saya harus bawa pakaian semua. Dia bilang ia.

Semua barang-barang ko bawa semua. Memang rasa berat e ketika saya mencintai kadang ada kelekatan di komunitas rasa sudah nyaman.

Tetapi karena misi yang memanggil toh. Jadi saya pergi dan saya juga tidak tahu saya akan kemana.

Dan setelah itu baru pengumuman di depan itu bahwa MM akan kuliah di Yogyakarta ambil pendidikan guru SD. Itu baru saya tahu ketika baca di depan itu.

Itu yang saya alami. Tetapi ketika suster bilang besok harus kesini itu saya bilang bukan lusa ka suster.

Maksudnya saya ada tanda tanya lagi bukan lusa ka harus hari ini? Harus besok. Begitu. Tetapi ada

yang berbisik bahwa E perlu menyiapkan diri karena besok harus berangkat.

Selanjutnya E berbicara dengan Tuhan bukankah lusa baru berangkat? Mengapa saya dipanggil secepat itu? Disisi lain sebagai misionaris harus siap sedia. E merasa berat karena sudah merasa nyaman di komunitas itu tetapi karena misi atau tugas E harus jalan.

E menjalani kaul ketaatan berkaitan

dirinya. E meyakini bahwa Tuhan menjawab doanya lewat seorang biarawati yang membisikan untuk menyiapkan diri pergi dari Komunitas.

E merasa berat namun sebagai seorang misionaris harus siap sedia untuk

203

Kalau hidup berkomunitas a untuk komunitas dimana saja e saya berada. Kalau komunitas pastoral kaul ketaatan itu selalu melihat situasi. Dan saya lihat mana yang lebih pentingkan. Kebersamaan dalam komunitas saya pentingkan. Saya di komunitas itu kaul ketaatan macam bukan saya mengiakan saja itu tetapi saya sambil melihat mana yang lebih penting yang terpenting. Contoh ambil sebuah keputusan apa suster omong ini tentang mengambil sebuah keputusan tentang apa yang saya laksanakan. Itu selalu ada ini. Tetapi saya untuk komunitas saya selalu apa kebersamaan itu saya menjalani ketaatan itu. orang-orang umat-umat diluar maksudnya umat-umat yang saya layani, saya jumpai setiap hari. Maksudnya apa yang ketika kebersamaan atau apa macam apa kita beri mereka sesuatu yang dari kita wartakan atau kita hanya sapa atau ini, ada komunikasi sih kaul ketaatan. Yang terpenting bahwa arahkan mereka.kalau ada masalah tidak mudah untuk menghakimi mereka tuh kan untuk umat untuk orang yang saya layani untuk orang-orang yang saya punya misi tuh kan bukan untuk berikan yang besar-besar e tetapi hal kecil untuk kunjungan untuk apa. Apa yang menjadi kerinduan mereka. Itu yang saya masuknya disitu. Jadi saya bukan hanya untuk

kehidupan komunitas adalah hal yang penting. Bagi E kaul ketaatan dalam komunitas bukan berarti mengiyahkan atau menyetujui semuanya tetapi sambil

kehidupan komunitas adalah hal yang penting. Bagi E kaul ketaatan dalam komunitas bukan berarti mengiyahkan atau menyetujui semuanya tetapi sambil