• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efektivitas Pesan Kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi sebagai Kampanye Public Relations

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 71-101)

4.5 Analisis Efektivitas Pesan Kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi sebagai Kampanye Public Relations

Kampanye pada dasarnya penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan. Agar penyampaian pesan dapat efektif diterima dengan baik oleh khalayak, maka pesan tersebut harus dirancang rupa untuk menarik perhatian komunikan. Karena pesan merupakan titik awal perubahan suatu individu, maka pengaruh pesan terhadap keberhasilan kampanye sangatlah penting. Ada dua aspek yang perlu diperhatikan untuk mendesain suatu pesan secara efektif yakni isi pesan dan struktur pesan. Dimana isi pesan terdiri dari materi pendukung, visualisasi pesan, pendekatan emosional, pendeakatan rasa takut, pendekatan kreativitas dan rasa humor, serta pendekatan kelompok rujukan. Sedangkan, struktur pesan terdiri atas sisi pesan, susunan penyajian dan pernyataan kesimpulan.

Dalam penelitian ini, Peneliti akan memberikan skor untuk masing-masing jawaban, dengan perhitungan sangat setuju (5), setuju (4), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1). Selanjutnya peneliti melakukan perhitungan interval kelas. Setelah menghitung skor dari tiap pernyataan secara keseluruhan, akan digunakan rumus untuk menghitung interval tingkat pengetahuan yaitu (Azwar, 2002, p.107)

Inteval kelas = Nilai Tertinggi – Nilai terendah Jumlah Kelas

= 5 – 1 2 = 2

Sehingga pada penelitian efektivitas pesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi sebagai kampanye Public Relations tentang intervalnya adalah:

Interval Kategori

1.00 ≤ a ≤ 3.00 Rendah

Berikut adalah hasil pengkategorian tanggapan responden pada masing-masing indikator efektivitas pesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” sebagai kampanye Public Relations:

Tabel 4.42 Efektivitas Pesan Mengenai Indikator Material Pendukung

Pernyataan STS TS S SS Mean Ket

Tingkat kecelakaan pada perempuan meningkat menjadi 40%

0 24 53 23 3.75 Tinggi Tingkat pelanggaran pada

perempuan naik menjadi 30%

0 48 30 22 3.26 Tinggi Perempuan kurang memahami

sepeda motor khususnya matic 0 20 35 45 4.05 Tinggi Perempuan sebagai perantara untuk

memperingatkan orang lain patuh & tertib berlalu linas

4 13 37 46 4.08 Tinggi

Kurangnya pemahaman perempuan tentang tata tertib lalu lintas

4 22 34 40 3.84 Tinggi Efektivitas Materi Pendukung 3.796 Tinggi

Sumber: Olahan Peneliti, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa dari indikator Materi Pendukung nilai mean atau rata-rata yang paling tinggi adalah 4.08 sedangkan yang paling rendah dengan nilai 3.26. Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa pesan dapat diterima dengan efektif oleh responden. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Erika Mardiana (34 tahun, Pegawai Swasta) bahwa ia mengetahui tujuan dari pesan kampanye “Save Her” setelah membaca rubrik Metropolis. Dalam rubrik Metropolis pada pada tanggal Selasa, 18 Februari 2014 halaman 39, terdapat hasil wawancara dengan ketua kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” yakni Eri Suhariyadi yang mennjabarkan bahwa pesan dari tujuan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” salah satunya adalah perempuan sebagai perantara untuk memperingatkan orang lain agar patuh dan tertib dalam berlalu lintas.

Kampanye pada dasarnya adalah penyampaiaan pesan dari komunikator dan komunikan. Pemilihan media massa sebagai media komunikasi sangatalah penting untuk menyukseskan suatu kampanye. Media massa memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu melembaga, bersifat satu arah, terbuka, meluas, serempak, dan

menggunakan peralatan teknis (Pareno, p.32) salah satu contohnya adalah surat kabar. Menurut Liliweri (2010, p.715) semua kampanye selalu memanfaatkan media terutama media massa karena media sangat berperan dalam pengiriman dan penerimaan.

Kampanye “Save Her” dalam mengkomunikasikan tujuan dari kampanye menggunakan dua media yakni rubrik Metropolis dan Poster. Pemilihan surat kabar salah satu langkah yang tepat karena masyarakat Surabaya tingkat membaca koran cukup tinggi dengan nilai 75.6% (Jawa Pos, Enciety Business Consult – Media Habits 2009). Hal ini dukukung Eugene F. Lane (1967) yang mengatakan bahwa gunakan media yang paling mudah ditemukan oleh khalayak supaya penyampaian pesan dapat mencapai khalayak sasaran (Morissan, 2008, p197). Dalam rubrik Metropolis yang diterbitkan pada hari Selasa, 18 Februari 2014 menjelaskan tujuan kenapa kampanye “Save Her” diadakan dan alasan pemilihan obyek utama yakni perempuan dalam kampanye ini.

Rubrik Metropolis dipilih dalam menyampaikan tujuan dari kampanye “Save Her” karena jangkauannya luas, mudah dibaca di mana saja dan kapan saja, mudah di dapat, serta dapat memuat informasi lebih banyak daripada poster. Hal ini didukung oleh Morissan (2008, p.194) yang menjelaskan orang cenderung membaca, melihat, memperhatikan, medengar pesan komunikasi yang dapat menimbulkan simpati mereka atau hal-hal yang melibatkan kepentingan mereka. Responden mengerti apabila perempuan ingin dijadikan perantara untuk memperingatkan orang lain agar patuh dan tertib dalam berlalu lintas karena dalam rubrik Metropolis Selasa, 18 Februari 2014 dijelaskan mengenai fakta soal tingkat kecelakaan dan pelanggaran terhadap wanita pengguna sepeda motor meningkat.

Menurut Syam (2002) dalam pesan tersebut harus memiliki pembuktian, dimana pesan dirancang untuk mengungkapkan data, fakta, angka, statistic, pendapat ahli atau hasil penelitian untuk menunjukkan kekuatan pesan yang kita susun. Karena suatu pesan yang berisi mengenai fakta dapat menarik khlayak kampanye sehingga pesan tersebut mudah dipahami. Menurut Ritonga (2005, p.9) dampak atau pengaruh dari khalayak yang menerima pengemasan pesan yang berisi fakta ada tiga yakni, pengetahuan, pengalaman dan perilaku.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa apabila suatu pesan dirancang dengan dengan menjelaskan suatu fakta maka, pesan tersebut mudah dipahami oleh suatu khalayak. Ketika responden mendapatkan suatu pengetahuan, dalam penelitian ini tentang tingkat kecelakaan dan pelanggaran perempuan pengguna sepeda motor. Selanjutnya, responden sudah menerima terpaaan pesan akan mengambil suatu tindakan untuk mencegah tingkat kecelakaan dan pelanggatan yakni dengan mengambil lajur kiri.

Selain itu, dalam penelitian ini terdapat hasil mean atau rata-rata yang menunjukkan nilai rendah dibandingkan dengan pernytaan indikator yang lain, tapi masih tergolong kelas interval tinggi. Pernyataan tersebut mengenai tingkat pelanggaran pada perempuan meningkat menjadi 30%. Berdasarkan hasil wawancara Eka Yushiana (42 tahun, Pegawai Negeri) menjelaskan melanggar lalu lintas adalah hal yang biasa akibat kemacetan lalu lintas dan menghemat waktu.

Pengendara perempuan secara signifikan ketika berada di jalan raya melakukan penyimpangan, kesalahan dan pelanggaran serta kecepatan yang berlebihan dinilai tinggi. Hal ini diakibatkan oleh tekanan waktu yaitu terburu-buru terutama bagi wanita yang sudah berkerja (Dobson, 1999 p.527). Selain itu menurut Women’s Health Australia (WHA) bahwa perilaku pengendara perempuan biasanya berusia 18 – 50 tahun mengalami penyimpangan, kesalahan, pelanggaran dan kecepatan yang berlebihan ketika berada di jalan raya.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa respoden cenderung melakukan pelanggaran karena semua orang pernah melakukan. Dalam pelanggaran lalu lintas merupakan level kecil dan tergolong masih aman karena belum mencapai tingkat yang berbahaya yakni kecelakaan. Selain itu kemacetan lalu lintas membuat orang yang sudah bekerja berpikir cepat mengambil jalan pintas guna sampai ditempat kerja tepat waktu.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila indikator Materi Pendukung untuk mengukur pesan kampanye “Save Her” terbilang efektif. Hal ini didukung oleh pernyataan dari J.Coffman yang menjelaskan suatu kampanye dikatakan efektif apabila dilihat dari segi tingkat ketercapaian tujuan kampanye yang sudah direncanakan. Salah satunya dilihat dari saluran kampanye/media untuk mencapai target sasaran, dan menarik perhatian yang

cukup dari para khalayak (Liliweri, 2011, p.728). Untuk indikator Materi Pendukung media yang digunakan adalah surat kabar.

Tabel 4.43 Efektivitas Pesan Mengenai Indikator Visualisasi Pesan

Pernyataan STS TS S SS Mean Ket

Warna pink yang digunakan dalam poster “Kampanye Save Her: Lajur

Kiri Lagi”

0 1 59 40 4.38 Tinggi

Gambar yang digunakan dalam poster kampanye “Save Her: Lajur

Kiri Lagi” adalah perempuan menggunakan sepeda motor.

0 0 60 40 4.40 Tinggi

Tagline kampanye “Save Her: Lajur

Kiri Lagi” adalah “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri”

0 12 46 42 4.18 Tinggi

Tagline kampanye “Save Her: Lajur

Kiri Lagi” yaitu “Yang Sayang Ibu Pakai Lajur Kiri”

0 16 46 38 4.06 Tinggi

Salah satu pesan kampanye “Save

Her: Lajur Kiri Lagi” yaitu “Pakai

Lajur Kiri Lagi Yuk”

0 5 60 35 4.25 Tinggi

Salah satu pesan kampanye “Save

Her: Lajur Kiri Lagi” yakni

“Budayakan keselamatan sebagai kebutuhan dengan selalu menggunakan lajur kiri”

0 17 40 43 4.09 Tinggi

Salah satu pesan kampanye “Save

Her: Lajur Kiri Lagi” yang

berbunyi “Jadilah pelopor keselamatan di jalan raya dengan

selalu menggunakan lajur kiri”

0 18 49 33 3.97 Tinggi

Efektivitas Visualisasi Pesan 4.19 Tinggi Sumber: Olahan Peneliti, 2014.

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa dari indikator Visualisasi Pesan nilai mean atau rata-rata yang paling tinggi adalah 4.40 sedangkan yang paling rendah dengan nilai 3.97. Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa responden mengerti bahwa perempuan menjadi obyek utama dalam kampaye “Save Her”. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Fitri Meliani (47 tahun, Pegawai Swasta) yang mengatakan gambar perempuan

menggunakan sepeda motor menarik dirinya untuk melihat poster kampanye “Save Her”.

Dalam mengkonstruksi sebuah pesan supaya mudah dipahami oleh responden, salah satunya menggunakan visualisasi gambar untuk dapat menarik perhatian responden. Hal ini dukung pernyataan dari Venus (2004 p,80-81) yakni orang lebih mempercayai informasi visual daripada informasi verbal, karena memang orang lebih mudah mengingat gambar dalam waktu yang lama daripada kata-kata. Apapun bentuknya, pesan selalu menggunakan simbol, baik verbal maupun nonverbal, yang diharapkan dapat memancing respon khalayak (Venus, 2009 p.70).

Penggunaan ilustrasi daya tarik visual iklan merupakan hal yang sangat penting. Selain untuk menarik dalam struktur iklan, ilustrasi merupakan salah satu peranan penting bagi audience untuk memahami suatu pesan. Gambar memudahkan komunikan untuk mengerti makna dari suatu pesan yang ingin disampaikan komunikator. Gambar mempunyai manfaat untuk membantu

audience mencerna atau memahami sebuah ide dan peran ilustrasi adalah

memberikan arti visual pada sebuah tulisan (Zeegen and Crush, 2005).

Menurut Cason (2008, p.74) gambar dalam mempunyai potensi yang dapat menjelaskan arti lebih luas daripada kata-kata, khususnya apabila gambar itu dilukis untuk mengemukakan ide. Melalui gambar, orang bahkan yang buta huruf, dapat menerima dari belajar dari suatu gambar untuk menerima suatu informasi lebih mudah.

Dalam kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” media komunikasi yang digunakan dalam proses penyampaian pesan adalah surat kabar dan poster. Media komunikasi adalah alat perantara dalam proses komunikasi atau proses penyampaian isi pesan (message) dari komunikator kepada komunikan, atau proses penyampaian umpan balik dari komunikan kepada komunikator (Soehoet, 2003, p.4). Kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” merupakan kampanye Public

Relations maka, merujuk dari Maria Assumpta (2004, p.118) mengatakan salah

satu media Public Relations yang dapat digunakan dalam penyampaian pesan adalah media luar ruang yakni poster.

Poster adalah media gambar yang mempunyai sifat persuasif yang tinggi karena menampilkan suatu tema yang dapat menimbulkan perasaan yang kuat pada khalayak. Poster juga merupakan pengumuman tertulis yang disampaikan kepada khalayak dengan cara ditempelkan di tempat – tempat umum. Pada umumnya poster dibuat dengan warna – warna yang kontras dan kuat agar dapat menarik perhatian (Roman, 2003). Poster adalah alat atau media yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi penting terkait sebuah produk atau acara.

Dalam kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” poster kampanye ditempatkan di Taman Bungkul, Jalan Raya Darmo sebagai simbolis. Hal ini disebabkan Jalan Raya Darmo paling banyak terjadi kasus pelanggaran lalu lintas berdasarkan hasil wawancara dengan Eri Suhariyadi selaku ketua kampanye. Selain itu, poster “Save Her” ingin menghimbau perempuan pengguna sepeda motor supaya sadar dalam berlalu lintas. Jangan menjadi korban dan penyebab kecelakaan di lalu lintas karena di jalan raya tidak memandang jenis kelamin. Salah satunya dengan mengambil lajur kiri guna mengurangi tingkat kecelakan dan pelanggaran lalu lintas.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila penggunaan media komunikasi dalam penyampaian pesan kampaye sangatlah penting terlebih penggunaan poster. Untuk menjadi efektif, poster harus didesain secara menarik dan memiliki elemen visual yang kuat. Pesan pada poster harus fokus kepada inti pesan dan menggunakan sedikit kata-kata (Wilcox, 2005, p. 458). Oleh karena itu, poster kampanye “Save Her” menggunakan gambar perempuan pengguna sepeda motor serta menuliskan tagline gunakan lajur kiri untuk menarik perhatian responden. Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa pemakaian gambar dalam poster sangat efektif karena dapat membantu responden untuk mengingat kegiatan kampanye yang sedang berjalan.

Selain itu, dalam penelitian ini terdapat hasil mean atau rata-rata yang menunjukkan nilai rendah, tapi masih tergolong kelas interval tinggi. Pernyataan tersebut mengenai salah satu pesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” yang berbunyi “Jadilah pelopor keselamatan di jalan raya dengan selalu menggunakan lajur kiri”. Berdasarkan hasil wawancara dengan Novella Putri (23 tahun,

Mahasiswi) mengatakan bahwa dia tidak tertarik melihat tagline tersebut karena tidak penting bagi dirinya.

Menurut Wilbur Schramm untuk salah faktor penunjang komunikatif yang efektif adalah pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan (Effendy, 2003). Jadi, apabila suatu pesan tersebut tidak memenuhi kebutuhan komunikan maka, komunikan cenderung tidak setuju dengan suatu pesan yang disampaikan.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila indikator Visualisasi Pesan untuk mengukur pesan kampanye “Save Her” terbilang efektif. Hal ini dikarenakan responden mengerti bahwa kampanye “Save Her” Lajur Kiri Lagi” ditujukan kepada perempuan pengguna sepeda motor. Hal ini sesuai dengan obyek utama kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” yang dikemukan Eri Suhariyadi selaku ketua kampanye. Selain itu, indikator Visualisasi Pesan dikatakan efektif karena saluran kampanye/media untuk mencapai target sasaran, dan menarik perhatian yang cukup dari para khalayak. Dalam indikator penelitian ini, media yang digunakan adalah poster.

Tabel 4.44 Efektivitas Pesan Mengenai Indikator Pendekatan Emosional

Pernyataan STS TS S SS Mean Ket

Pesan dari salah satu tagline “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” bertujuan mendorong perempuan pengguna

sepeda motor untuk mengambil lajur kiri.

0 0 60 40 4.40 Tinggi

Pesan dari salah satu tagline “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” dapat membangkitkan emosi perempuan

pengguna sepeda motor untuk mengambil lajur kiri

0 4 62 34 4.22 Tinggi

Pesan dari salah satu tagline kampanye “Save Her” Lajur Kiri

Lagi” membuat anda memiliki ikatan emosional dengan orang

yang anda sayangi.

4 2 58 36 4.20 Tinggi

Efektivitas Materi Pendukung 4.273 Tinggi Sumber: Olahan Peneliti, 2014.

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa dari indikator Pendekatan Emosional nilai mean atau rata-rata yang paling tinggi adalah 4.40 sedangkan yang paling rendah dengan nilai 4.20. Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila responden mengetahui apabila tujuan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” adalah mendorong perempuan pengguna sepeda motor untuk mengambil lajur kiri. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Amanda Kumalasari (46 tahun, Pegawai Swasta) yang menjelaskan apabila ia senang mengambil lajur kari karena serasa dipuji cantik.

Menurut Syam (2002) untuk merancang suatu pesan yang memiliki daya tarik, maka pesan tersebut harus memilki kekuatan. Dalam indikator penelitian, Peneliti menyimpulkan kekuatan dari pesan tersebut adalah pesan yang mengandung unsur emosional. Dimana pesan emosional adalah pesan yang dirancang untuk membangkitkan emosi orang lain. Ritonga (2005, p.56) menjelaskan apabila imbauan pesan emosional adalah pesan yang memaparkan pernyataan emosi positif atau menyenangkan.

Oleh karena itu, pihak Jawa Pos menggunakan tagline “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” guna menyetuh emosi perempuan pengguna sepeda motor. Seperti yang dilansir India Times (24/04) perempuan lebih merasa percaya diri apabila dibilang cantik dan hal ini bisa meningkatkan suasana hati mereka (Eckret, 2003, p.25).

Dalam merancang suatu pesan, pihak komunikator harus terlebih dulu mengetahui bagaimana tipe khalayak yang menjadi sasaran kampanye. Menurut Janofsky (Pearson, 1985, p.16) menjelaskan bahwa perempuan lebih berbicara dengan menggunakan perasaannya. Oleh karena itu perempuan lebih terpengaruh oleh informasi afektif yang menyangkut perasaan manusia dalam mengenai suatu topic. Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa penggunaan

tagline “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” dan “Yang Sayang Ibu Pakai Lajur Kiri”

sangatlah efektif untuk menyentuh perasaaan perempuan perempuan pengguna sepeda motor guna mengambil lajur kiri.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa perempuan cenderung mendukung suatu pesan apabila pesan tersebut dapat mengandung unsur emosional yang dapat menyentuh perasaan. Hal ini didukung oleh

pernyataan dari Pearson (1985, p.59) yang mengatakan apabila pesan emosional tampaknya lebih efektif jika ditujukan pada khlayaka perempuan daripada laki-laki.

Selain itu, dalam penelitian ini terdapat hasil mean atau rata-rata yang menunjukkan nilai rendah, tapi masih tergolong kelas interval tinggi. Pernyataan tersebut mengenai pesan dari salah satu tagline kampanye “Save Her” Lajur Kiri Lagi” membuat anda memiliki ikatan emosional dengan orang yang anda sayangi. Walaupun ada responden yang setuju seperti Inez Natalia (26 tahun, Pegawai Swasta) dan Widarti Gunawan (20 tahun, Mahasiswa yang menjelaskan bahwa ketika membaca tagline “Yang Sayang Ibu Pakai Lajur Kiri” mereka teringat kepada Ibu mereka sehingga mengambil lajur kiri.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila indikator Pendekatan Emosional untuk mengukur pesan kampanye “Save Her” terbilang efektif. Seperti yang dikatakan oleh J.Coffman suatu kampanye dikatakan efektif apabila dilihat dari segi tingkat ketercapaian tujuan kampanye yang sudah direncanakan. Salah satunya adalah kampanye memberi dorongan untuk mengarahkan bentuk perilaku tertentu. Dalam penelitian, kampanye “Save Her: Lajur Kiri” ditujukan kepada perempuan pengguna sepeda motor untuk mengambil lajur kiri guna mengurangi tingkat kecelakaan dan pelanggaran pada perempuan supaya tidak menjadi korban lalu lintas. Seperti hasil kutipan wawancara dengan Eri Suhariyadi di rubrik Metropolis pada tanggal Selasa, 18 Februari 2014 halaman 39.

Tabel 4.45 Efektivitas Pesan Mengenai Indikator Pendekatan Rasa Takut

Pernyataan STS TS S SS Mean Ket

Perempuan pengguna sepeda motor memiliki resiko melakukan pelanggaran lalu lintas apabila tidak

mengambil lajur kiri.

0 0 67 33 4.33 Tinggi

Tingkat kecelakaan khusunya perempuan pengguna sepeda motor

semakin meningkat apabila tidak mengambil lajur kiri.

0 0 67 33 4.33 Tinggi

Perempuan pengguna sepeda motor dikatakan tidak efektif untuk menjadi pelopor bagi orang lain

agar tertib berlalu lintas. Perempuan pengguna sepeda motor

tidak efekif untuk membudayakan keselamatan di jalan apabila tidak

mengambil lajur kiri.

0 21 56 23 3.81 Tinggi

Efektivitas Pendekatan Rasa Takut 4.097 Tinggi Sumber: Olahan Peneliti, 2014.

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa dari indikator Pendekatan Rasa Takut nilai mean atau rata-rata yang paling tinggi adalah 4.33 sedangkan yang paling rendah dengan nilai 3.81. Dalam indikator penelitian ini, terdapat dua pernyataan yang memiliki nilai mean yang sama. Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa respoden mengerti apabila perempuan pengguna sepeda motor memiliki resiko melakukan pelanggaran lalu lintas apabila tidak mengambil lajur kiri. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Veronika Santi (49 tahun, Wiraswasta) yang menyetujui apabila perempuan berpotensi menjadi korban lalu lintas setelah membaca Rubrik Metropolis Kamis, 20 Februari 2014.

Yang kedua, responden mengetahui jika tingkat kecelakaan khusunya perempuan pengguna sepeda motor semakin meningkat apabila tidak mengambil lajur kiri. Seperti pernyataan yang dikatakan oleh Inneke Kemal (20 tahun, Mahasiswi) menyebutkan bahwa ia setuju apabila kecelakaan khusunya perempuan pengguna sepeda motor semakin meningkat apabila tidak mengambil lajur kiri setelah membaca rubrik Metropolis Selasa, 18 Februari 2014.

Suatu pesan dikemas supaya komunikan mengerti isi pemikiran komunikator sehingga terjadi timbal balik. Untuk menentukan efektivitas pesan salah satunya yakni daya tarik pesan sehingga pesan yang dirancang oleh komunikator memiliki “kekuatan”. Salah satu agar memiliki “kekuatan” tersebut, pesan tersebut harus menimbulkan rasa takut yaitu dimana suatu pesan dirancang sedemikikan rupa sehingga khalayak merasa takut, terancam, dan resah (Syam, 2002).

Pesan yang mengandung emosioal cenderung dapat mempengaruhi khalayak untuk mendukung tujuan dari pesan tersebut. Karena kebanyakan tindakan manusia cenderung berdasarkan emosi daripada pemikiran (Larson, 1986: 21). Hal tersebut didukung oleh Rakhmat (1991) yang menjelaskan bahwa

salah satu alasan kenapa himbauan pesan emosional dibilang efekftif karena bahasa emosional dapat menguncang dan mengubah sikap khalayak, karena tindakan manusia lebih didasarkan pada emosi (Ritionga, 2005, p.58).

Pesan emosional tidak hanya mengandung suatu muatan yang positif dan menyenangkan, tetapi bisa juga mengandung muatan negatif seperti rasa cemas yang berkaitan dengan emosi seseorang (Aaker dan Myers, 1982). Dalam kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” obyek utama dalam kampanye ini adalah Perempuan yang cenderung bertindakan berdasarkan emosi daripada logika. Berdasarkan hasil wawancara dengan Eri Suhariyadi selaku ketua kampanye “Save Her” perempuan didapuk menjadi sasaran kampanye ini karena perempuan berpotensi menjadi korban laka lantas di jalan raya. Hal ini disebabkan karena perempuan tidak memahami mengendarai sepeda motor khusus matic serta kurangnya pemahaman tentang tertib lalu lintas.

Karena minimnya pengetahuan perempuan tentang tata tertib lalu lintas, maka, hal ini membuat perempuan menjadi cemas dan gelisah ketika menaiki sepeda motor di jalan raya. Hal ini disebabkan karena mereka tidak mempunyai sikap siaga apabila terjadi sesuatu pada dirinya ketika di jalan raya. Pearson (1985, p.196) mengatakan bahwa perempuan lebih cepat bereaksi dengan hati penuh ketegangan, cepat berkecil hati, cepat bingung, cepat cemas dan cepat takut. Selain itu menurut Women’s Health Australia (WHA) bahwa perilaku pengendara perempuan biasanya berusia 18 – 50 tahun mengalami penyimpangan, kesalahan, pelanggaran dan kecepatan yang berlebihan ketika berada di jalan raya. Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila perempuan tidak hanya menjadi sebagai pelaku melainkan juga korban di kecelakaan lalu lintas.

Hal ini didukung oleh Warpani (2002) yang bersumber dari Direktorat

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 71-101)