• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pesan Mengenai Indikator Susunan Penyajian

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 58-66)

Berikut ini merupakan tabel penyajian frekuensi jawaban respoden untuk aspek indikator sususnan penyajian:

Tabel 4.33 Penyusunan pesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” dikatakan efektif untuk menghimbau perempuan pengguna sepeda motor

mengambil lajur kiri.

Jawaban Frekuensi Persentase

Tidak Setuju 21 21%

Setuju 55 55%

Sangat Setuju 24 24%

Total 100 100%

Sumber: Pernyataan Kuesioner no.30, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 55 cenderung orang menjawab setuju, 44 orang menjawab sangat setuju apabila penyusunan pesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” dikatakan efektif untuk menghimbau perempuan pengguna sepeda motor mengambil lajur kiri. Sedangkan 21 orang menjawab tidak setuju dan 4 orang sisanya menjawab sangat tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut. Menurut Venus (2009, p.77) suatu pesan dapat tersampaikan secara efektif, maka pesan tersebut harus mengandung struktur pesan salah satunya adalah susunan penyajian (order of presentation) yang berarti susunan pesan yang efektif juga erat kaitannya dengan cara penyusunan pesan yang meliputi klimaks, anti klimaks dan piramidal.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa pesan yang disampaikan Pihak Jawa Pos dapat diterima dengan baik oleh responden. Hal ini dibuktikan dari 79% responden cenderung menjawab setuju. Seperti yang dikatakan Dwimayu Budinastuti (19 tahun, mahasiswi) “Iya, aku ngerti kok kalau

Save Her emang nyuruh kita buat ambil lajur kiri soale susunan kalimat e di poster jelas”. Pesan merupakan suatu ide yang dikomunikasikan dari komunikator

ke komunikan. Pengemasan pesan sangatlah penting diperhatikan supaya pesan dapat diukur efertik atau tidaknya diterima oleh responden sebelum dtampilkan. Menurut Syam (2002) dalam pengemasan pesan diperlukan titik berat, artinya

memberikan penekanan pada isi pesan yang penting. Dalam kampanye “Save

Her” penekanan dibuat pada tagline “Pakai Lajur Kiri”. Agar lebih klimaks,

pesan kampaye “Save Her” lebih menarik maka Pihak Jawa Pos menggunakan poster berwarna pink dan gambar perempan menaiki sepeda motor.

Syam (2002) menyebutkan bahwa komposisi pesan merupakan satu kesatuan dan bertautan. Dimana kesatuan yang berarti pesan akan disampaikan mempunyai gagasan tunggal. Dalam peneltian ini, efektivitas pesan tesebut diukur dengan indikator yang berbeda, akan tetapi pesan dari kampanye “Save Her” adalah menghimbau perempuan pengguna sepeda motor untuk mengambil lajur kiri demi keselamatan berlalu lintas guna mengurangi tingkat kecelakaan dan pelanggaran di jalan raya. Bertautan, dimana Peneliti memiliki asumsi terdapat kesinambungan antar indikator susunan penyajian dengan indikator visualisasi pesan. Hal ini terbukti dari hasil wawancara dengan Dwimayu yang menjelaskan bahwa dia memahami kampanye “Save Her” ditujukan kepada perempuan pengguna sepeda motor untuk mengambil lajur kiri setelah membaca tagline dari poster kampanye “Save Her” yang dibuat beragam dan selalu menitikberatkan pada “Lajur Kiri”.

Melihat tabel diatas, dapat kita ketahui apabila terdapat 21% responden tidak menyetujui dengan pernyataan indikator tersebut. Seperti yang diungkapkan Selfa Dinata (57, Ibu Rumah Tangga) “saya gak ngerti sih gimana susunan

kalimat e, soale saya ngeliat cuma sekilas soale poster e warna e pink” Warna

memang perlu dipergunakan dalam suatu kampanye supaya responden lebih mudah menangkap pesan yang disampaikan. Tetapi, dalam proses penerimaan pesan terdapat hal-hal yang mempengaruhi supaya pesan tersebut dapat dipahami oleh responden salah satunya adalah usia. Menurut Hurlock (1998) usia 50 tahun dapat menurunkan kualitas daya ingat seseorang terutama mengenai informasi hal-hal baru. Dengan kata lain, pesan dapat diterima lebih baik, apabila khalayaknya memikili intelegensi yang baik (Azwar, 2007, p.82).

Tabel 4.34 Susunan kalimat “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” untuk menggugah saya untuk meggunakan lajur kiri.

Jawaban Frekuensi Persentase

Setuju 61 61%

Sangat Setuju 39 39%

Total 100 100%

Sumber: Pernyataan Kuesioner no.31, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 61 cenderung orang menjawab setuju, 39 orang menjawab sangat setuju apabila susunan kalimat “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” untuk menggugah saya untuk meggunakan lajur kiri. Dalam pernyataan indikator penelitian ini, proses penyampaian pikiran atau pesan dari Pihak Jawa Pos kepada respoden dapat dipahami dengan sangat baik karena responden menjawab 100% semua menjawab setuju.

Seperti yang dilansir India Times (24/04) perempuan lebih merasa percaya diri apabila dibilang cantik dan hal ini bisa meningkatkan suasana hati mereka (Eckret, 2003, p.25). Hal ini dukung hasil wawancara Amanda Kumalasari (46 tahun, Pegawai Swasta) “Yo saya seneng lek ngambil lajur kiri soale ngeroso

onok seng muji ayu”

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila perempuan cenderung melakukan suatu suatu perbuatan apabila pesan tersebut dapat memberikan dirinya suatu semangat. Untuk membuat suatu pesan itu efektif diterima oleh responden maka pesan tersebut harus memiliki kekuatan daya tarik. Salah satunya, menurut Syam (2002) pesan tersebut harus berisi motivasional, pesan yang dirancang untuk mendorong lain berdasarkan motif pada dirinya agar perilaku sesuai dengan keinginan komunikator.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila kampanye “Save Her” untuk memotivasi perempuan pengguna motor supaya mengambil lajur kiri maka Pihak Jawa Pos menggunakan kata-kata “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” di poster supaya khalayak seperti Amanda merasa senang karena ada yang memuji dirinya cantik setelah mengambil lajur kiri.

Tabel 4.35 Susunan kalimat “Pakai Lajur Kiri Lagi Yuk” untuk menggugah saya untuk meggunakan lajur kiri.

Jawaban Frekuensi Persentase

Setuju 71 71%

Sangat Setuju 29 29%

Total 100 100%

Sumber: Pernyataan Kuesioner no.32, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 71 cenderung orang menjawab setuju, 29 orang menjawab sangat setuju apabila susunan kalimat “Pakai Lajur Kiri Lagi Yuk” untuk menggugah saya untuk meggunakan lajur kiri. Dalam pernyataan indikator penelitian ini, proses penyampaian pikiran atau pesan dari Pihak Jawa Pos kepada respoden dapat dipahami dengan sangat baik karena responden menjawab 100% semua menjawab setuju. Hal ini didukung hasil wawancara Sheila Ardianti (39 tahun, Pegawai Negeri) “pesan e save her singkat, padat, jelas mbak mangkane

mudah dingat dan iso diterapno pas numpak motor nang jalan raya”.

Pesan kampanye “Save Her” merupakan termasuk pesan persuasif karena menghimbau orang untuk mengambil lajur kiri. Pesan persuasif dipandang sebagai usaha untuk mengubah pikiran dan tindakan tertentu ke arah tujuan yang telah ditetapkan (Little John, 1996, p.7). Penyampaian pesan persuasif bisa menghasilkan akibat postif dan negatif (Sendjaja et all, 1999, p.60)

Peneliti berasumsi bahwa pihak Jawa Pos ingin mengubah perilaku perempuan pengguna sepeda motor supaya mengambil lajur kiri. Tujuan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” berdampak positif bagi reponden supaya perempuan pengguna sepeda motor tidak menjadi korban dan pelaku di jalan raya dengan mengambil lajur kiri. Sehingga tingkat pelanggaran dan kecelakaan terhadap perempuan pengguna sepeda motor menurun.

Tabel 4.36 Susunan kalimat “Yang Sayang Ibu Pakai Lajur Kiri” untuk menggugah saya untuk meggunakan lajur kiri.

Jawaban Frekuensi Persentase

Setuju 69 69%

Sangat Setuju 31 31%

Total 100 100%

Sumber: Pernyataan Kuesioner no.33, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 69 cenderung orang menjawab setuju, 31 orang menjawab sangat setuju apabila susunan kalimat “Yang Sayang Ibu Pakai Lajur Kiri” untuk menggugah saya untuk meggunakan lajur kiri. Dalam pernyataan indikator penelitian ini, proses penyampaian pikiran atau pesan dari Pihak Jawa Pos kepada respoden dapat dipahami dengan sangat baik karena responden menjawab 100% semua menjawab setuju.

Seperti yang dikatakan Inez Novialita (26 tahun, Pegawai Swasta) “mbaca

tagline Yang Sayang Ibu Pakai Lajur Kiri aku langsung inget Ibuku mankane aku tergugah ngambil lajur kiri”. Menurut Syam (2002) untuk merancang suatu pesan

yang memiliki daya tarik, maka pesan tersebut harus memilki kekuatan. Dalam indikator penelitian, Peneliti berpendapata kekuatan dari pesan tersebut adalah pesan yang mengandung unsur motivasional. Pesan motivasional merancang untuk mendorong orang lain agar perlikaku sesuai dengan keinginan komunikator. Oleh karena itu, pihak Jawa Pos menggunakan tagline “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” guna memotivasi perempuan pengguna sepeda motor supaya mengambil lajur kiri. Seperti yang dilansir India Times (24/04) perempuan lebih merasa percaya diri apabila dibilang cantik dan hal ini bisa meningkatkan suasana hati mereka (Eckret, 2003, p.25).

Pesan kampanye “Save Her” merupakan termasuk pesan persuasif karena menghimbau orang untuk mengambil lajur kiri. Pesan persuasif dipandang sebagai usaha untuk mengubah pikiran dan tindakan tertentu ke arah tujuan yang telah ditetapkan (Little John, 1996, p.7). Penyampaian pesan persuasif bisa menghasilkan akibat postif dan negatif (Sendjaja et all, 1999, p.60)

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa pihak Jawa Pos ingin mengubah perilaku perempuan pengguna sepeda motor supaya mengambil lajur kiri. Tujuan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” berdampak positif bagi reponden supaya perempuan pengguna sepeda motor tidak menjadi korban dan pelaku di jalan raya dengan mengambil lajur kiri. Sehingga tingkat pelanggaran dan kecelakaan terhadap perempuan pengguna sepeda motor menurun.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila penggunaan media komunikasi dalam penyampaian pesan kampaye sangatlah penting terlebih penggunaan poster. Untuk menjadi efektif, poster harus didesain secara menarik dan memiliki elemen visual yang kuat. Pesan pada poster harus fokus kepada inti pesan dan menggunakan sedikit kata-kata (Wilcox, 2005, p. 458).

Salah satu cara memudahkan respoden untuk meningkatkan awareness terhadap sebuah kampanye adalah dengan membuat slogan atau tagline. Menurut Nuradi dkk (1996: 56) tagline adalah kalimat singkat yang berisi pesan padat dan mudah diingat. Pembuatan slogan bertujuan untuk memudahkan responden untuk mengingat setiap bentuk ekspresi dari sebuah ide atau visi-misi (Smith, 2003, p.91). Seperti yang dilansir India Times (24/04) perempuan lebih merasa percaya diri apabila dibilang cantik dan hal ini bisa meningkatkan suasana hati mereka (Eckret, 2003, p.25). Oleh karena itu, pihak Jawa Pos menggunakan tagline “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri”.

Tabel 4.37 Susunan kalimat “Budayakan keselamatan sebagai kebutuhan dengan selalu menggunakan lajur kiri” untuk menggugah saya untuk

meggunakan lajur kiri.

Jawaban Frekuensi Persentase

Tidak Setuju 4 4%

Setuju 61 61%

Sangat Setuju 35 35%

Total 100 100%

Sumber: Pernyataan Kuesioner no.34, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 61 cenderung orang menjawab setuju, 35 orang menjawab

sangat setuju apabila susunan kalimat “Budayakan keselamatan sebagai kebutuhan dengan selalu menggunakan lajur kiri” untuk menggugah saya untuk meggunakan lajur kiri. Sedangkan 21 orang menjawab tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut. Dalam pernyataan indikator penelitian ini, proses penyampaian pikiran atau pesan dari Pihak Jawa Pos kepada respoden dapat dipahami dengan sangat baik karena responden menjawab 96% cenderung menjawab setuju.

Seperti yang dikatakan Chelsea Septiani (44 tahun, Wiraswasta) “Saya

ngambil lajur kiri karena keselamatan seng nomer siji lek berkendara nang jalan raya” Pesan dalam kampanye “Save Her” adalah menghimbau perempuan

pengendara sepeda motor untuk mengambil lajur kiri demi keselamatan berlalu lintas guna mengurangi tingkat kecelakaan dan pelanggaran di jalan raya. Penggunaan lajur kiri juga diatur sesuai dengan Undang Undang 22 tahun 2009 pasal 108 ayat 1 yang berbunyi “Dalam berlalu lintas pengguna jalan harus menggunakan lajur jalan sebelah kiri” dilanjutkan oleh ayat 3 yang berbunyi “Sepeda motor, kendaraan bermotor yang kecepatannya lebih rendah, mobil barang, dan kendaraan tidak bermotor berada pada lajur kiri jalan” (Satlantas Polrestabes Surabaya, 2010).

Menurut Syam (2002) dalam pesan tersebut harus memiliki pembuktian, dimana pesan dirancang untuk mengungkapkan data, fakta, angka, statistic, pendapat ahli atau hasil penelitian untuk menunjukkan kekuatan pesan yang kita susun. Karena suatu pesan yang berisi mengenai fakta dapat menarik khalayak kampanye sehingga pesan tersebut mudah dipahami. Menurut Ritonga (2005, p.9) dampak atau pengaruh dari khalayak yang menerima pengemasan pesan yang berisi fakta ada tiga yakni, pengetahuan, pengalaman dan perilaku.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa apabila suatu pesan dirancang dengan dengan menjelaskan suatu fakta maka, pesan tersebut mudah dipahami oleh suatu khalayak. Ketika responden mendapatkan suatu pengetahuan, dalam penelitian ini tentang tingkat kecelakaan dan pelanggaran perempuan pengguna sepeda motor. Selanjutnya, responden sudah menerima terpaaan pesan akan mengambil suatu tindakan untuk mencegah tingkat kecelakaan dan pelanggatan yakni dengan mengambil lajur kiri.

Tabel. 4.38 Susunan kalimat “Jadilah pelopor keselamatan di jalan raya dengan selalu menggunakan lajur kiri” untuk menggugah saya untuk

meggunakan lajur kiri.

Jawaban Frekuensi Persentase

Tidak Setuju 5 5%

Setuju 60 60%

Sangat Setuju 35 35%

Total 100 100%

Sumber: Pernyataan Kuesioner no.35, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 60 cenderung orang menjawab setuju, 35 orang menjawab sangat setuju apabila susunan kalimat “Jadilah pelopor keselamatan di jalan raya dengan selalu menggunakan lajur kiri” untuk menggugah saya untuk meggunakan lajur kiri. Sedangkan 5 orang menjawab tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut.

Menurut Venus (2009, p.77) suatu pesan dapat tersampaikan secara efektif, maka pesan tersebut harus mengandung struktur pesan salah satunya adalah susunan penyajian (order of presentation) yang berarti susunan pesan yang efektif juga erat kaitannya dengan cara penyusunan pesan yang meliputi klimaks, anti klimaks dan piramidal.

Dalam pernyataan indikator penelitian ini, proses penyampaian pikiran atau pesan dari Pihak Jawa Pos kepada respoden dapat dipahami dengan sangat baik karena responden menjawab 95% cenderung menjawab setuju. Seperti yang dikemukakan dari Elvira Azani (32 tahun, Pegawai Negeri) bahwa “Saya

mengambil lajur kiri karena pesan tersebut terus diulang di poster kampnye”

Menurut Petty dan Cacioppo (1981:79) menengaskan pengulangan pesan akan mempertinggi perhatian secara penuh dari khalayak sasaran terhadap suatu pesan. Nimmo (1989, 144) mengemukakan apabila susunan pesan klimaks adalah penempatan materi terpenting diakhir sedangkan sususan pesan antiklimaks penemapatan materi terpenting lebih dahulu. Hal ini dapat kita lihat dari penggunaan tagline kampnye “Save Her” yang selalu menitikberatkan “Lajur” Kiri” diakhir pesan.

Seperti yang dikatakan oleh McGaugh (1973, p.41) bahwa pengulangan pesan dapat mempertinggi perhatian dan memperkuat proses mengingat dari khalayak sasaran. Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila pengulangan pesan dapat membuat penyampaian pesan dari komunikator mudah dingat oleh responden. Dengan adanya pengulangan pesan, khalayak akan menngingat kembali pesan yang ditujukan kepada komunikan (Wells et al 1989: 201).

4.4.9 Efektivitas Pesan Mengenai Indikator Pernyataan Kesimpulan

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 58-66)