• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pesan Mengenai Indikator Pendekatan Kelompok Rujukan Berikut ini merupakan tabel penyajian frekuensi jawaban respoden untuk

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 49-54)

aspek indikator pendekatan kelompok rujukan:

Tabel 4.27 Satlantas Polwan adalah panutan yang cocok ketika memberikan contoh kepada perempuan pengguna sepeda motor untuk mengambil lajur

kiri dalam menyampaikan pesan kampanye

Jawaban Frekuensi Persentase

Tidak Setuju 14 14%

Setuju 86 86%

Total 100 100%

Sumber: Pernyataan Kuesioner no.24, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 86 cenderung orang menjawab setuju apabila Satlantas Polwan adalah panutan yang cocok ketika memberikan contoh kepada perempuan pengguna sepeda motor untuk mengambil lajur kiri dalam menyampaikan pesan

kampanye. Sedangkan 14 orang menjawab tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut.

Menurut Venus (2009, p.76) suatu pesan dapat dikatakan efektif, apabila isi pesan tersebut harus memiliki salah satu unsur yaitu pendekatan kelompok rujukan, sekumpulan orang yang memberikan insipirasi tertentu pada orang lain dan mereka menjadi panutan atau model untuk dicontoh. Pesan kampanye akan lebih efektif bila memperlihatkan orang-orang yang menjadi panutan atau model untuk dicontoh bagi orang lain yang akan mengadopsi isi pesan kampanye.

Dalam indikator penelitian ini, terdapat 86 orang responden menyetujui apabila Satlantas Polwan adalah panutan yang cocok ketika memberikan contoh kepada perempuan pengguna sepeda motor untuk mengambil lajur kiri dalam menyampaikan pesan kampanye. Hal ini dukung oleh pernyataan dari Fransiska Anggriani (40 tahun, Ibu Rumah Tangga) yang menyatakan bahwa “Saya ngambil

lajur kiri karena menuruti instruksi Satlantas Polwan”

Suatu pesan agar lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh responden maka perlu dipergunakan sosok pelaku kampanye yang mampu mempengaruhi responden sehingga dapat memperbesar dampak perubahan dari suatu kampanye. Dalam penelitian kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” ini pelaku kampanye adalah Satlantas Polwan Surabaya. Pihak Jawa Pos bekerja sama dengan Satlantas Polwan yang bekerja mengatur lalu lintas. Satlantas Polwan merupakan sosok pelaku kampanye yang mampu memotivasi perempuan pengguna sepeda mtotor supaya mengambil lajur kiri. Selain itu, Satlantas Polwan juga mempunyai pandangan yang sama dengan Pihak Jawa Pos untuk mendukung lajur kiri.

Melihat dari pemilihan Satlantas Polwan Surabaya sebagai sosok pelaku kampanye, hal ini tidak terlepas dari dari Satlantas Polwan Surabaya yang sudah berpengalaman dalam menangangi masalah di jalan raya. Menurut Notoatmodjo (2003) seseorang itu berperlalku tertentu disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam dirinya seseorang yang terbentuk dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, peniliaian seseorang terhadap suatu obyek yang sudah berpengalaman. Dalam indikator pernyataan ini, subyek yang dimaksud adalah responden perempuan pengguna sepeda motor sedangkan obyek yang dimaksud adalah Satlantas Polwan Surabaya.

Berdasarkan tabel diatas, ada juga responden yang tidak setuju sebanyak 14 orang. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Khalisa Moningka (19 tahun, Mahasiswi) yang menjelaskan “Saya tidak membutuhkan informasi soal Satlantas

Polwan karena gak berguna bagiku”

Menurut Wilbur Schramm untuk salah faktor penunjang komunikatif yang efektif adalah pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan (Effendy, 2003). Jadi, apabila suatu pesan tersebut tidak memenuhi komunikan maka, komunikan cenderung tidak setuju dengan suatu pesan yang disampaikan. Sehingga penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan tidak berjalan efektif.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila untuk menunjang penyampaian pesan dikatakan efektif, gunakan driver faktor yakni seseorang yang dapat membantu komunikator untuk menggerakakn komunikan supaya mendukung tujuan dari suatu kampanye (Liliweri, 2010, p.705). Driver

faktor dalam kampanye “Save Her” adalah Satlantas Polwan Surabaya.

Tabel 4.28 Perempuan pengguna sepeda motor yang mengambil lajur kiri dijadikan panutan bagi perempuan pengguna sepeda motor yang belum mau

mengambil lajur kiri.

Jawaban Frekuensi Persentase

Tidak Setuju 11 11%

Setuju 89 89%

Total 100 100%

Sumber: Pernyataan Kuesioner no.25, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 89 cenderung orang menjawab setuju apabila erempuan pengguna sepeda motor yang megambil lajur kiri dijadikan panutan bagi perempuan pengguna sepeda motor yang belum mau mengambil lajur kiri. Sedangkan 11 orang menjawab tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut.

Dalam indikator penelitian ini, terdapat 89 orang responden menyetujui apabila perempuan pengguna sepeda motor yang mengambil lajur kiri dijadikan panutan bagi perempuan pengguna sepeda motor yang belum mau mengambil lajur kiri. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Endang Lestari (27 tahun,

Pegawai Negeri) yang menjelaskan bahwa “Kampanye Save Her soale ditujukan

kepada perempuan mangkane perempuan cocok dijadikan panutan mengambil lajur kiri”

Menurut Notoadmojo (2003) suatu kepercayaan dapat terbentuk dari sikap suatu obyek. Perempuan pengguna sepeda motor yang sudah mengambil lajur kiri tentu sudah mempunyai pengalaman bagaimana dia aman saat berada di lajur kiri. Pengalaman inilah yang dapat membujuk perempuan pengguna sepeda motor yang belum menggunakan lajur kiri supaya percaya bahwa lajur kiri merupakan lajur yang aman bagi pengguna sepeda motor.

Lalu Priyanto (2009) menambahkan suatu persepsi sesorang dibentuk dari pengalaman seseorang. Dalam indikator pernyataan ini, perempuan pengguna sepeda motor yang belum mengambil lajur kiri percaya apabila lajur kiri aman setelah dia mengetahui perempuan pengguna sepeda motor yang sudah berkendara di lajur kiri. Sehingga ini dapat menimbulkan suatu persepsi bagi perempuan pengguna sepeda motor untuk mengambil lajur kiri.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila ingin menunjang penyampaian pesan dikatakan efektif, gunakan influenced by yaitu aktor-aktor yang dapat mempengaruhi komunikan supaya mendukung tujuan dari suatu kampanye (Liliweri, 2010, p.705). Driver faktor dalam kampanye “Save

Her” adalah Perempuan pengguna seped motor yang sudah mengambil lajur kiri.

Tabel 4.29 Perempuan pengguna sepeda motor yang mengambil lajur kiri cocok dijadikan pelopor keselamatan di jalan raya untuk mengurangi

tingkat kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas.

Jawaban Frekuensi Persentase

Tidak Setuju 4 4%

Setuju 72 72%

Sangat Setuju 24 24%

Total 100 100%

Sumber : Pernyataan Kuesioner no.26, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 72 cenderung orang menjawab setuju, 24 orang menjawab sangat setuju apabila perempuan pengguna sepeda motor yang mengambil lajur

kiri cocok dijadikan pelopor keselamatan di jalan raya untuk mengurangi tingkat kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas. Sedangkan 4 orang menjawab tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut.

Menurut Venus (2009, p.76) suatu pesan dapat dikatakan efektif, apabila isi pesan tersebut harus memiliki salah satu unsur yaitu pendekatan kelompok rujukan, sekumpulan orang yang memberikan insipirasi tertentu pada orang lain dan mereka menjadi panutan atau model untuk dicontoh. Pesan kampanye akan lebih efektif bila memperlihatkan orang-orang yang menjadi panutan atau model untuk dicontoh bagi orang lain yang akan mengadopsi isi pesan kampanye.

Dalam indikator penelitian ini, terdapat 96 orang responden menyetujui apabila perempuan pengguna sepeda motor yang mengambil lajur kiri cocok dijadikan pelopor keselamatan di jalan raya untuk mengurangi tingkat kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas. Perempuan pengguna sepeda motor yang mengambil lajur kiri cocok dijadikan pelopor keselamatan di jalan raya untuk mengurangi tingkat kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Aurelia Arian (38 tahun, Pegawai Swasta) yang menjelaskan “Saya setuju

kalo perempuan dijadikan pelopor keselamatan soale obyek utama e kan perempuan”

Menurut Budiharto (2010) terbentuknya suatu perilaku baru khalayak berdasarkan rangsangan dari suatu materi atau obyek diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada khalayak tersebut. Dalam membentuk rangsangan tersebut terdapat tahapan yang harus dilakukan salah satunya adalah pikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap dan kepercayaan terhadap suatu obyek. Sehingga obyek tersebut menjadi panutan yang cendurung akan dicontoh.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila untuk menunjang penyampaian pesan dikatakan efektif, gunakan influenced by yaitu aktor-aktor yang dapat mempengaruhi komunikan supaya mendukung tujuan dari suatu kampanye (Liliweri, 2010, p.705). Driver faktor dalam kampanye “Save

Her” adalah perempuan pengguna sepeda motor yang sudah mengambil lajur kiri.

Dari tabel diatas, terdapat sekitar 18 responden yang tidak setuju dengan pernyataan indikator tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Angela Maureen (27

tahun, Pegawai Negeri) bahwa “Saya gak tertarik dengan hal yang berbalu lintas soale menurutku gak menarik buat aku”.

Menurut Wilbur Schramm untuk salah faktor penunjang komunikatif yang efektif adalah pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikan rupa agar dapate manrik perhatian sasarang yang dimaksud (Effendy, 2003). Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila suatu pesan tersebut tidak memenuhi menarik komunikan maka, komunikan cenderung tidak setuju dengan suatu pesan yang disampaikan.

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 49-54)