• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pesan Mengenai Indikator Pernyataan Kesimpulan Berikut ini merupakan tabel penyajian frekuensi jawaban respoden untuk aspek

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 66-71)

indikator pernyataan kesimpulan:

Tabel 4.39 Kesimpulan dari pesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi’ adalah “Jadilah pelopor keselamatan di jalan raya dengan mengambil lajur

kiri”

Jawaban Frekuensi Persentase

Setuju 35 35%

Sangat Setuju 65 65%

Total 100 100%

Sumber: Pernyataan Kuesioner no.36, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 69 cenderung orang menjawab setuju, 31 orang menjawab sangat setuju apabila kesimpulan dari pesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi’ adalah “Jadilah pelopor keselamatan di jalan raya dengan mengambil lajur kiri. Dalam pernyataan indikator penelitian ini, proses penyampaian pikiran atau pesan dari Pihak Jawa Pos kepada respoden dapat dipahami dengan sangat baik karena responden menjawab 100% semua menjawab setuju. Seperti yang dikemukakan dari Elvira Azani (32 tahun, Pegawai Negeri) bahwa “Saya

mengambil lajur kiri karena pesan tersebut terus diulang di poster kampanye Save Her”.

Menurut Petty dan Cacioppo (1981:79) menengaskan pengulangan pesan akan mempertinggi perhatian secara penuh dari khalayak sasaran terhadap suatu pesan. Nimmo (1989, 144) mengemukakan apabila susunan pesan klimaks adalah

penempatan materi terpenting diakhir sedangkan sususan pesan antiklimaks penemapatan materi terpenting lebih dahulu. Hal ini dapat kita lihat dari penggunaan tagline kampnye “Save Her” yang selalu menitikberatkan “Lajur” Kiri” diakhir pesan.

Seperti yang dikatakan oleh McGaugh (1973, p.41) bahwa pengulangan pesan dapat mempertinggi perhatian dan memperkuat proses mengingat dari khalayak sasaran. Peneliti bersumsi apabila pengulangan pesan dapat membuat penyampaian pesan dari komunikator mudah dingat oleh responden. Dengan adanya pengulangan pesan, khalayak akan menngingat kembali pesan yang ditujukan kepada komunikan (Wells et al 1989: 201).

Syam (2002) menyebutkan bahwa komposisi pesan merupakan satu kesatuan dan bertautan. Dimana kesatuan yang berarti pesan akan disampaikan mempunyai gagasan tunggal. Dalam peneltian ini, efektivitas pesan tesebut diukur dengan indikator yang berbeda, akan tetapi pesan dari kampanye “Save Her” adalah menghimbau perempuan pengguna sepeda motor untuk mengambil lajur kiri demi keselamatan berlalu lintas guna mengurangi tingkat kecelakaan dan pelanggaran di jalan raya.

Bertautan, dimana Peneliti menyimpulkan terdapat kesinambungan antar indikator pernyataan kesimpulan dengan indikator materi pendukung dan visualisasi pesan. Hal ini terbukti dari hasil wawancara dengan responden diatas yang menjelaskan bahwa dia mengambil lajur kiri karena menaati peraturan lalu lintas. Dimana peraturan lalu lintas dengan mengambil lajur kiri yang diatur dalam UU Lalu lintas dicantumkan di rubrik Metropolis Selasa, 18 Februari 2014. Serta “Jadilah pelopor keselamatan di jalan raya dengan mengambil Lajur Kiri” dijadikan salah satu tagline poster kampanye “Save Her” untuk meningkatkan

Tabel 4.40 Kesimpulan dari pesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” adalah perempuan dijadikan perantara untuk memperingatkan orang lain

agar patuh dan tertib berlalu lintas.

Jawaban Frekuensi Persentase

Setuju 37 37%

Sangat Setuju 63 63%

Total 100 100%

Sumber: Pernyataan Kuesioner no.37, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 63 cenderung orang menjawab setuju, 37 orang menjawab sangat setuju apabila kesimpulan dari pesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi’ adalah “Jadilah pelopor keselamatan di jalan raya dengan mengambil lajur kiri. Dalam pernyataan indikator penelitian ini, proses penyampaian pikiran atau pesan dari Pihak Jawa Pos kepada respoden dapat dipahami dengan sangat baik karena responden menjawab 100% semua menjawab setuju. Hal ini didukung oleh pernyataan Erika Mardiana (34 tahun, Pegawai Swasta) yang menjelaskan “Saya

ngerti tujuan dari kampanye “Save Her” soalnya saya baca rubrik Metropolis”

Dalam rubrik Metropolis yang diterbitkan pada hari Selasa, 18 Februari 2014 menjelaskan tujuan kenapa kampanye “Save Her” diadakan dan alasan pemilihan obyek utama yakni perempuan dalam kampanye ini. Rubrik Metropolis dipilih dalam menyampaikan tujuan dari kampanye “Save Her” karena jangkauannya luas, mudah dibaca di mana saja dan kapan saja, mudah di dapat, serta dapat memuat informasi lebih banyak daripada poster.

Menurut Morissan (2008, p.194) yang menjelaskan orang cenderung membaca, melihat, memperhatikan, medengar pesan komunikasi yang dapat menimbulkan simpati mereka atau hal-hal yang melibatkan kepentingan mereka. Responden mengerti apabila perempuan ingin dijadikan perantara untuk memperingatkan orang lain agar patuh dan tertib dalam berlalu lintas karena dalam rubrik Metropolis Selasa, 18 Februari 2014 dijelaskan mengenai fakta soal tingkat kecelakaan dan pelanggaran terhadap wanita pengguna sepeda motor meningkat.

Menurut Syam (2002) dalam pesan tersebut harus memiliki pembuktian, dimana pesan dirancang untuk mengungkapkan data, fakta, angka, statistic,

pendapat ahli atau hasil penelitian untuk menunjukkan kekuatan pesan yang kita susun. Karena suatu pesan yang berisi mengenai fakta dapat menarik khlayak kampanye sehingga pesan tersebut mudah dipahami. Menurut Ritonga (2005, p.9) dampak atau pengaruh dari khalayak yang menerima pengemasan pesan yang berisi fakta ada tiga yakni, pengetahuan, pengalaman dan perilaku.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa apabila suatu pesan dirancang dengan dengan menjelaskan suatu fakta maka, pesan tersebut mudah dipahami oleh suatu khalayak. Ketika responden mendapatkan suatu pengetahuan, dalam penelitian ini tentang tingkat kecelakaan dan pelanggaran perempuan pengguna sepeda motor. Selanjutnya, responden sudah menerima terpaaan pesan akan mengambil suatu tindakan untuk mencegah tingkat kecelakaan dan pelanggar an yakni dengan mengambil lajur kiri.

Tabel 4.41 Kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” berguna bagi saya dan perempuan pengguna sepeda motor di Surabaya.

Jawaban Frekuensi Persentase

Setuju 38 38%

Sangat Setuju 62 62%

Total 100 100%

Sumber: Pernyataan Kuesioner no.38, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 62 cenderung orang menjawab setuju, 38 orang menjawab sangat setuju apabila kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” berguna bagi saya dan perempuan pengguna sepeda motor di Surabaya. Dalam pernyataan indikator penelitian ini, proses penyampaian pikiran atau pesan dari Pihak Jawa Pos kepada respoden dapat dipahami dengan sangat baik karena responden menjawab 100% semua menjawab setuju.

Menurut Venus (2009, p.77) suatu pesan dapat tersampaikan secara efektif, maka pesan tersebut harus mengandung struktur pesan salah satunya adalah pernyataan kesimpulan. Dalam aspek penting ini, pelaku kampanye perlu menyajikan kesimpulan pesan secara eksplisit atau membiarkan khalayak menyimpulkan pesan sendiri. Menyajikan kesimpulan secara implisit, menurut Stiff (1993) harus memperhitungkan karakteristik khalayak yang meliputi tingkat

pendidikan, kepribadian, dan tingkat keterlibatan khalayak dalam kegiatan kampanye yang dilakukan.

Hal ini didukung oleh pernyataan dari Shannon Sutiono (22 tahun, Mahasiswi) “Kampanye Save Her berguna bagi aku karena aku gak paham soal

tata tertib lalu lintas sih”. Berdasarkan hasil wawancara dengan Eri Suhariyadi

selaku ketua kampanye “Save Her” (Jumat, 21 Februari 2014) perempuan didapuk menjadi sasaran kampanye ini karena perempuan berpotensi menjadi korban laka lantas di jalan raya. Hal ini disebabkan karena perempuan tidak memahami mengendarai sepeda motor khusus matic serta kurangnya pemahaman tentang tertib lalu lintas. Seperti yang dijelaskan oleh Warpani (2002) yang bersumber dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, besarnya persentase masing-masing faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di Indonesia yaitu faktor manusia sebesar 93,52%.

Karena minimnya pengetahuan perempuan tentang tata tertib lalu lintas, maka, hal ini membuat perempuan menjadi cemas dan gelisah ketika menaiki sepeda motor di jalan raya. Hal ini disebabkan karena mereka tidak mempunyai sikap siaga apabila terjadi sesuatu pada dirinya ketika di jalan raya. Pearson (1985, p.196) mengatakan bahwa perempuan lebih cepat bereaksi dengan hati penuh ketegangan, cepat berkecil hati, cepat bingung, cepat cemas dan cepat takut.

Selain itu menurut Women’s Health Australia (WHA) bahwa perilaku pengendara perempuan biasanya berusia 18 – 50 tahun mengalami penyimpangan, kesalahan, pelanggaran dan kecepatan yang berlebihan ketika berada di jalan raya. Jadi kesimpulannya, minimnya pengetahuan perempuan pengguna sepeda motor memahami soal tata tertib lalu lintas, maka pada saat di jalan raya perempuan akan cenderung melakukan pelanggaran yang bisa mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila suatu pesan agar efektif dapat dipahami oleh responden maka pesan tersebut harus dirancang untuk memiliki kekuatan daya tarik. Menurut Syam (2002) dalam pesan tersebut harus memiliki pembuktian, dimana pesan dirancang untuk mengungkapkan data,

fakta, angka, statistic, pendapat ahli atau hasil penelitian untuk menunjukkan kekuatan pesan yang kita susun.

 

4.5 Analisis Efektivitas Pesan Kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi sebagai

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 66-71)