• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

 

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Kampanye Lalu Lintas “Jadilah Pelopor Keselamatan di Jalan Raya”

Setiap harinya kecelakaan lalu lintas memakan korban jiwa di Indonesia. Penyumbang terbanyak kecelakaan adalah sepeda motor. Menurut data Polri, ada 27.000 orang tewas dalam kecelakaan pada 2012 dan 25.000 pada 2013. Sekitar 75% korban kecelakaan adalah warga usia produktif yang menjadi tulang punggung keluarga.   Tingginya jumlah kecelakaan bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga terjadi di seluruh dunia yang memiliki mobilitas lalu lintas tinggi. Inilah yang membuat World Health Organization (WHO) lembaga kesehatan dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadikan lalu lintas sebagai masalah kesehatan. WHO memperkirakan, jika tidak ada upaya langkah-langkah konkrit untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas, maka pada tahun 2030 bisa menjadi penyebab kematian nomor lima di dunia.   Mayoritas penyebab kecelakaan di jalan raya adalah manusia, infrastuktur, manajemen berlalu lintas dan kendaraan.

Ada lima pilar bagi Program Keselamatan Berlalu Lintas di jalan, pertama Road Safety Management atau manajemen keselamatan jalan. Kedua,

Safer Roads and Mobility atau jalan keselamatan dan mobilitas. Ketiga, Safer Vehicles atau kendaraan keselamatan. Keempat, Safer People or Road User atau manusia atau pengguna jalan berkeselamatan dan kelima Post Crash Response atau respon terhadap setelah kejadian ( http://www.koran-jakarta.com/?4763-pudji%20hartanto diakses Rabu, 30 Juli 2014).

Kepolisian Republik Indonesia memegang peranan nomer empat dari kelima pilar tersebut. Berangkat dari keinginan menciptakan budaya tertib berlalu lintas inilah yang mendorong lahirnya slogan "Jadilah Pelopor Keselamatan Berlalu Lintas dan Budayakan Keselamatan Sebagai Kebutuhan" yang dicanangkan oleh Kakorlantas Polri Irjen Pol. Drs. Pudji Hartanto, MM., bertepatan dengah HUT Polantas ke-57 September 2012 lalu. Slogan disosialisasikan dengan mengajak semua stakeholder atau pemangku kepentingan

(2)

agar pesan tersebut sampai kepada seluruh lapisan masyarakat, pendekatan melalui budaya ini sedikit demi sedikit membuahkan hasil. Terbukti dalam angka kematian dari fatalitas kecelakaan di tahun 2012 yang mencapai 117,949 kecelakaan ini menurun di bandingkan dengan data kecelakaan di tahun 2013. Angka kecelakaan di tahun 2013 berjumlah 10016 kasus dan meninggal dunia mencapai 26416. angka kematian akibat kecelakaan dapat ditekan mencapai 15%

(

http://wvw.tmcmetro.com/news/2014/01/gerakan-nasional-pelopor-keselamatan-berlalulintas diakses Rabu, 30 Juli 2014).  

4.1.2 Sejarah Jawa Pos

Jawa Pos merupakan surat kabar yag berpusat di Surabaya, Jawa Timur dan menjadi harian terbesar di Jawa Timur dan merupakan salah satu harian dengan oplah terbanyak di Indonesia. Saat ini Jawa Pos mnyebar di seluruh Jawa Timur, Bali, sebagian Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Harian Jawa Pos menyatakan dirinya sebagai “Harian Nasioanl yang Terbit dari Surabaya.

Jawa Pos pertama kali didirkan oleh The Chung Shen pada tanggal 1 Juli 1949 dengan nama Djawa Post. Setelah surat kabar ini sukses, ia kemudian mendirikan koran berbahasa Mandarin dan Belanda. Pada akhir decade 1970-an Jawa Pos mengalami kemunduran, dan oplahnya merosot tajam. Pada tahun 1982, oplah Djawa Post hanya tinggal 6.800 eksemplar saja. The Chung Sen tidak akhirnya memutuskan untuk menjual Jawa Pos, karena merasa tudak mampu lagi mengurus perusahaannya.

Pada tahun 1982, Eric FH Samola, waktu itu ada adalah Direktur Utama PT. Grafiti Pers (Penerbit Majalah Tempo) mengambil alih Jawa Pos. Demgan manajemen baru, Eric mengangkat Dahlan Iskan, yang sebelumnya adalah Kepala Biro Tempo di Surabaya untuk memimpin Jawa Pos. Eric Samola kemudia meninggal dunia pada tahun 2000 kemudian digantikan oleh Dahlan Iskan. Dahlan Iskan merupakan sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dnegan oplah 6.000 eksemplar, dalam waktu lima thaun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian terbentklah Jawa Pos Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana

(3)

memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia.

Pada tahun 1997, Jawa Pos pindah ke gedung yang baru berlantai 21, Graha Pena yang beralamat di Jalan Ahmad Yani 88 Surabaya. Graha Pena merupakan salah satu gedung pencakar langit di Surabaya. Tahun 2002, Jawa Pos Group membangun pabrik kertas koran kedua dengan kapasitas dua kali lebih besat dari pabirk yang pertama. Setelah sukses mengembangkan media cetak di seluruh Indonesia, pada tahun 2002 Jawa Pos mendirikan stasiun televise local bernama JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti oleh Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekan Baru., Fajar TV di Makassar, PTV di Palembang, Parijz van Java TV di Bandung.

Jawa Pos edisi Suraya beredar di daerah Kota Surabaya dan sekitarnya (Kabupaten Sidorajo dan Kabupaten Gresik), tertbitdengan tiga seksi utama:

1. Jawa Pos (utama), berisi berita-beirta utama, politikm ekonomi/bisnis, Jawa Timur, Nasional dan Internasional dan rubric-rubrik tematik lainnya. 2. Metropolis, berisi berita Kota Surabaya dan sekitarnya (Sidoarjo dan

Gresik), Deteksi (halaman remaja, salah satunya berisi polling harian), hiburan, kesehatan, teknologi dan rubrik mingguan.

3. Olahraga, berisi berita-berita olahraga, terutama ulasan mengenai sepak bola dan balap (Formula 1, Moto GP). Seksi ini juga berisi iklan baris.

4.1.3 Jawa Pos “Save Her: Lajur Kiri Lagi”

Kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” merupakan salah satu kampanye lalu lintas dengan dengan terobosan baru yang menggunakan obyek utama yakni perempuan. Kampanye “Save Her : Lajur Kiri Lagi” yang dimulai pada tanggal Senin, 17 Februari 2014 hingga 02 Maret 2014 suatu kampanye yang diselenggarakan atas kerjasama antara Satlantas Polretabes Surabaya dan Harian Jawa Pos serta disponsori PT. MIitra Phinaastika Mulia (MPM) Motor.

Pihak Jawa Pos mencetuskan “Save Her: Lajur Kiri Lagi” untuk mendukung program besar kampanye lalu lintas dari Satlantas Polrestabes Surabaya yakni “Jadilah Pelopor Keselamatan Di Jalan Raya”. Kampanye “Save

(4)

Her: Lajur Kiri Lagi” merupakan revitalisasi lajur kiri yang dulu pernah dilakukan oleh Jawa Pos.

Menurut Ketua Panitia “Save Her” Eri Suhariyadi yang dikutip oleh Peneliti di Metropolis pada tanggal Selasa, 18 Februari 2014 halaman 39 menjelaskan bahwa obyek utama program “Save Her” memang perempuan. Tidak hanya menjadikan perempuan sebagai pelopor lalu lintas melainkan kampanye tersebut juga merupakan langkah untuk menyelamatkan perempuan yang berpotensi menjadi korban laka lantas di jalan raya.

Kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” disosialisasikan di Taman Bungkul, Jalan Raya Darmo sebagai simbolis. Kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” diadakan bertujuan untuk mendorong perempuan agar menjadi tertib berlalu lintas serta mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas yakni dengan mengambil lajur kiri (Harian Jawa Pos, Rubrik Metropolis, Selasa, 18 Februari 2014 p.39).

Selain lajur kiri merupakan salah satu cara yang aman untuk menekan angka kecelakaan perempuan di jalan raya, ternyata lajur kiri merupakan peraturan lalu lintas yang diatur dalam Undang Undang 22 tahun 2009 pasal 108 ayat 1 yang berbunyi “Dalam berlalu lintas pengguna jalan harus menggunakan lajur jalan sebelah kiri” dilanjutkan oleh ayat 3 yang berbunyi “Sepeda motor, kendaraan bermotor yang kecepatannya lebih rendah, mobil barang, dan kendaraan tidak bermotor berada pada lajur kiri jalan” (Satlantas Polrestabes, 2010).

4.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui kualitas data dari data yang diuji, dalam penelitian ini dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas dengan mengujikan kuesioner tersebut pada 30 koresponden, dengan menghitung koefiesien korelasi, kemudian membandingkan nilai r Corrected Item Total Correlation dengan r-tabel. Uji validitas untuk mengukur kevalidan suatu kuesioner. Dimana validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang akan diukur (Umar, 2002 p.99). Uji reliabilitas adalah pengujian yang dimaksudkan untuk menunjukkan sifat suatu alat ukur dalam pengertian apakah alat ukur yang

(5)

digunakan cukup akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang ingin diukur (Ghozali, 2005, p.133).

1. Hasil Pengujian Validitas Indikator Material Pendukung

Pada bagian ini dilakukan pengujian validitas untuk 5 item pernyataan yang diuji. Berikut ini adalah hasil rekapitulasi pengujian validitas untuk 5 item pernyataan tersebut.

NO r hitung r tabel Keterangan

Materi 1 0.571 0.3061 Valid

Materi 2 0.811 0.3061 Valid

Materi 3 0.684 0.3061 Valid

Materi 4 0.640 0.3061 Valid

Materi 5 0.664 0.3061 Valid

Sumber: Olahan Peneliti, 2014.

Setiap pernyataan dikakatan valid apabila r hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-total statistic > r tabel (Nugroho, 2005, p.67). Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai yang diperoleh untuk 5 pernyataan Materi Pendukung menunjukkan r hitung lebih besar daripada r tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan materi pendukung telah valid. Menurut Santoso (2005, p.247) jika suatu alat pengukur mempunyai validitas yang baik maka alat pengukur tersebut siap digunakan.

2. Hasil Pengujian Validitas Indikator Visualisasi Pesan

Pada bagian ini pengujian validitas untuk 7 item pernyataan yang diuji. Berikut ini adalah hasil rekapitulasi pengujian validitas untuk 7 item pernyataan tersebut.

NO r hitung r tabel Keterangan

Visualisasi 6 0.568 0.3061 Valid Visualisasi 7 0.624 0.3061 Valid Visualisasi 8 0.818 0.3061 Valid Visualisasi 9 0.943 0.3061 Valid Visualisasi 10 0.668 0.3061 Valid

(6)

     

Sumber: Olahan Peneliti, 2014.

Setiap pernyataan dikakatan valid apabila r hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-total statistic > r tabel (Nugroho, 2005, p.67). Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai yang diperoleh untuk 7 pernyataan Visualisasi Pesan menunjukkan r hitung lebih besar daripada r tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan materi pendukung telah valid. Menurut Santoso (2005, p.247) jika suatu alat pengukur mempunyai validitas yang baik maka alat pengukur tersebut siap digunakan,

3. Hasil Pengujian Validitas Indikator Pendekatan Emosional

Pada bagian ini pengujian validitas untuk 3 item pernyataan yang diuji. Berikut ini adalah hasil rekapitulasi pengujian validitas untuk 3 item pernyataan tersebut.

NO r hitung r tabel Keterangan

Emosional 13 0.515 0.3061 Valid

Emosional 14 0.861 0.3061 Valid

Emosional 15 0.842 0.3061 Valid

Sumber: Olahan Peneliti, 2014.

Setiap pernyataan dikakatan valid apabila r hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-total statistic > r tabel (Nugroho, 2005, p.67). Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai yang diperoleh untuk 3 pernyataan Pendekatan Emosional menunjukkan r hitung lebih besar daripada r tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan materi pendukung telah valid. Menurut Santoso (2005, p.247) jika suatu alat pengukur mempunyai validitas yang baik maka alat pengukur tersebut siap digunakan,

Visualisasi 11 0.847 0.3061 Valid Visualisasi 12 0.849 0.3061 Valid

(7)

4. Hasil Pengujian Validitas Indikator Rasa Takut

Pada bagian ini pengujian validitas untuk 4 item pernyataan yang diuji. Berikut ini adalah hasil rekapitulasi pengujian validitas untuk 4 item pernyataan tersebut.

NO r hitung r tabel Keterangan

Takut 16 0.408 0.3061 Valid

Takut 17 0.408 0.3061 Valid

Takut 18 0.802 0.3061 Valid

Takut 19 0.781 0.3061 Valid

Sumber: Olahan Peneliti, 2014.

Setiap pernyataan dikakatan valid apabila r hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-total statistic > r tabel (Nugroho, 2005, p.67). Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai yang diperoleh untuk 4 pernyataan Pendekatan Rasa Takut menunjukkan r hitung lebih besar daripada r tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan materi pendukung telah valid. Menurut Santoso (2005, p.247) jika suatu alat pengukur mempunyai validitas yang baik maka alat pengukur tersebut siap digunakan,

5. Hasil Pengujian Validitas Indikator Kreativitas dan Rasa Humor

Pada bagian ini pengujian validitas untuk 4 item pernyataan yang diuji. Berikut ini adalah hasil rekapitulasi pengujian validitas untuk 4 item pernyataan tersebut.

NO r hitung r tabel Keterangan

Humor 20 0.753 0.3061 Valid

Humor 21 0.855 0.3061 Valid

Humor 22 0.863 0.3061 Valid

Humor 23 0.668 0.3061 Valid

Sumber: Olahan Peneliti, 2014.

Setiap pernyataan dikakatan valid apabila r hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-total statistic > r tabel (Nugroho, 2005, p.67).

(8)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai yang diperoleh untuk 4 pernyataan Kreativitas dan Rasa Humor menunjukkan r hitung lebih besar daripada r tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan materi pendukung telah valid. Menurut Santoso (2005, p.247) jika suatu alat pengukur mempunyai validitas yang baik maka alat pengukur tersebut siap digunakan,

6. Hasil Pengujian Validitas Indikator Kelompok Rujukan

Pada bagian ini pengujian validitas untuk 3 item pernyataan yang diuji. Berikut ini adalah hasil rekapitulasi pengujian validitas untuk 3 item pernyataan tersebut.

NO r hitung r tabel Keterangan

Rujukan 24 0.611 0.3061 Valid

Rujukan 25 0.474 0.3061 Valid

Rujukan 26 0.457 0.3061 Valid

Sumber: Olahan Peneliti, 2014.

Setiap pernyataan dikakatan valid apabila r hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-total statistic > r tabel (Nugroho, 2005, p.67). Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai yang diperoleh untuk 3 pernyataan Pendekatan Kelompok Rujukan menunjukkan r hitung lebih besar daripada r tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan materi pendukung telah valid. Menurut Santoso (2005, p.247) jika suatu alat pengukur mempunyai validitas yang baik maka alat pengukur tersebut siap digunakan,

7. Hasil Pengujian Indikator Sisi Pesan

Pada bagian ini pengujian validitas untuk 3 item pernyataan yang diuji. Berikut ini adalah hasil rekapitulasi pengujian validitas untuk 3 item pernyataan tersebut.

NO r hitung r tabel Keterangan

(9)

Sisi 28 0.668 0.3061 Valid

Sisi 29 0.741 0.3061 Valid

Sumber: Olahan Peneliti, 2014.

Setiap pernyataan dikakatan valid apabila r hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-total statistic > r tabel (Nugroho, 2005, p.67). Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai yang diperoleh untuk 3 pernyataan Sisi Pesan menunjukkan r hitung lebih besar daripada r tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan materi pendukung telah valid. Menurut Santoso (2005, p.247) jika suatu alat pengukur mempunyai validitas yang baik maka alat pengukur tersebut siap digunakan,

8. Hasil Pengujian Indikator Susunan Penyajian

Pada bagian ini pengujian validitas untuk 6 item pernyataan yang diuji. Berikut ini adalah hasil rekapitulasi pengujian validitas untuk 6 item pernyataan tersebut.

NO r hitung r tabel Keterangan

Penyajian 30 0.321 0.3061 Valid Penyajian 31 0.625 0.3061 Valid Penyajian 32 0.768 0.3061 Valid Penyajian 33 0.779 0.3061 Valid Penyajian 34 0.818 0.3061 Valid Penyajian 35 0.657 0.3061 Valid

Sumber: Olahan Peneliti, 2014.

Setiap pernyataan dikakatan valid apabila r hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-total statistic > r tabel (Nugroho, 2005, p.67). Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai yang diperoleh untuk 6 pernyataan Susunan Penyajian menunjukkan r hitung lebih besar daripada r tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan materi pendukung telah valid. Menurut Santoso (2005, p.247) jika suatu alat pengukur mempunyai validitas yang baik maka alat pengukur tersebut siap digunakan.

(10)

9. Hasil Pengujian Indikator Pernyataan Kesimpulan

Pada bagian ini pengujian validitas untuk 3 item pernyataan yang diuji. Berikut ini adalah hasil rekapitulasi pengujian validitas untuk 3 item pernyataan tersebut.

NO r hitung r tabel Keterangan

Kesimpulan 36 0.952 0.3061 Valid

Kesimpulan 37 0.984 0.3061 Valid

Kesimpulan 38 0.969 0.3061 Valid

Sumber: Olahan Peneliti, 2014.

Setiap pernyataan dikakatan valid apabila r hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-total statistic > r tabel (Nugroho, 2005, p.67). Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai yang diperoleh untuk 3 pernyataan Pernytaan Kesimpulan menunjukkan r hitung lebih besar daripada r tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan materi pendukung telah valid. Menurut Santoso (2005, p.247) jika suatu alat pengukur mempunyai validitas yang baik maka alat pengukur tersebut siap digunakan,

10.Hasil Uji Reliabilitas Keseluruhan Indikator

Setelah dilakukan pengujian keseluruhan indikator yang diteliti, berikut ini adalah hasil pengujian kualitas data yaitu uji reliabilitas dilakukan dengan cara menghitung koefisien Alpa Cronbach terhadap semua indikator yang valid.

Indikator Alpha Cronbach r tabel Keteragan Material Pendukung 0.852 0.3061 Reliabel 0.788 0.3061 Reliabel 0.852 0.3061 Reliabel 0.836 0.3061 Reliabel 0.831 0.3061 Reliabel 0.925 0.3061 Reliabel 0.923 0.3061 Reliabel 0.901 0.3061 Reliabel 0.886 0.3061 Reliabel

(11)

Visualisasi

Pesan 0.916 0.899 0.3061 0.3061 Reliabel Reliabel

0.892 0.3061 Reliabel Pendekatan Emosional 0.940 0.3061 Reliabel 0.592 0.3061 Reliabel 0.624 0.3061 Reliabel Pendekatan Rasa Takut 0.775 0.3061 Reliabel 0.775 0.3061 Reliabel 0.533 0.3061 Reliabel 0.549 0.3061 Reliabel Kreativitas dan Rasa Humor 0.881 0.3061 Reliabel 0.843 0.3061 Reliabel 0.846 0.3061 Reliabel 0.917 0.3061 Reliabel Pendekatan Kelompok Rujukan 0.462 0.3061 Reliabel 0.647 0.3061 Reliabel 0.667 0.3061 Reliabel Sisi Pesan 0.687 0.3061 Reliabel 0.611 0.3061 Reliabel 0.413 0.3061 Reliabel Susunan Penyajian 0.902 0.3061 Reliabel 0.791 0.3061 Reliabel 0.773 0.3061 Reliabel 0.770 0.3061 Reliabel 0.739 0.3061 Reliabel 0.775 0.3061 Reliabel Pernyataan Kesimpulan 0.989 0.3061 Reliabel 0.968 0.3061 Reliabel 0.978 0.3061 Reliabel

Sumber: Olahan Peneliti, 2014.

Reliabilitas merupakan pengujian dari tepat-tidaknya alat ukur yang digunakan (kuesioner, wawancara, alat-alat penelitian lainnya) (Singarimbun dan Effendi, 2011, p88). Pengukuran ini dilakukan dengan cara menghitung koefisien Alpha Cronbach terhadap semua item dalam kuesioner yang sudah diuji validitasnya.

Ketentuan kuesioner dinyatakan reliabel adalah ketika alpha cronbach > rtabel dan jika alpha cronbach < rtabel maka dinyatakan tidak

reliabel. Berdasarkan tabel pengujian reliabilitas di atas, diketahui bahwa semua indikator memiliki Alpha Cronbach lebih dari nilai kritis yaitu 0.3061, sehingga dinyatakan reliabel.

(12)

4.3 Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Frequency Percent

17 – 26 tahun 25 25% 27 – 36 tahun 39 39% 37 – 46 tahun 20 20% 47- 56 tahun 14 14% 57 – usia produktif 2 2% Total 100 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2014.

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, diketahui bahwa untuk kateorgi usia, mayoritas responden berusia 27 – 36 tahun yaitu sebanyak 39 orang atau sekitar 39%, kemudian diikuti responden yang memiliki usia 17 – 26 tahun sebanyak 25 orang atau 25%, selanjutnya responden yang memiliki usia 37 – 46 tahun sebesar 20 orang atau 20%, lalu respodeon yang memiliki usia 47 – 56 tahun sebanyak 14 orang atau 14%. Dan yang terakhir terdapat 2 orang atau 2% respoden yang berusia 57 ke atas yang masih produktif mengendarai sepeda motor.

Menurut Hurlock Hurlock (1998) usia 50 tahun dapat menurunkan kualitas daya ingat seseorang terutama mengenai informasi hal-hal baru. Jadi dapat disimpulkan, semakin tua usia seseorang maka semakin susah khalayak tersebut menerima pesan yang disampaikan akibat menurunnya kemampuan berpikir. Dengan kata lain, pesan dapat diterima lebih baik, apabila khalayaknya memikili intelegensi yang baik (Azwar, 2007, p.82).

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frequency Percent

SD 2 2% SMP 5 5% SMA/SMK 27 27% D1/D2/D3 22 22% S1/S2/S3 44 44% Total 100 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2014.

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, terlihat apabila jumlah responden terbanyak mengenyam pendidikan S1/S2/S3 sebesar 44 orang atau sekitar 44%, kemudian

(13)

diikuti responden yang berpendidikan terakhir SMA/SMK sebesar 27 orang atau 27%, selanjutnya responden yang berpendidikan terakhir D1/D2/D3 sebanynak 22 orang atau 22%, lalu responden yang berpendidikan terakhir SMP sekitar 5 orang atau 5%. Dan yang terakhir terdapat 2 orang atau 2% responden yang berpendidikan terakhir SD.

Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang yang lebih baik, sehingga memungkinkan menyerap informasi-informasi juga dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi informasi atas setiap masalah yang dihadapi (Cumming dkk, Azwar, 2007).

Jadi kesimpulananya, semakin timggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut dalam menangkap suatu pesan yang disampaikan. Pesan dalam kampanye “Save Her” adalah menghimbau perempuan pengendara sepeda motor untuk mengambil lajur kiri demi keselamatan berlalu lintas guna mengurangi tingkat kecelakaan dan pelanggaran di jalan raya.

Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frequency Percent

Pelajar/Mahasiswa 22 22%

Pegawai Negeri 26 26%

Pegawa Swasta 26 26%

Wiraswasta 12 12%

Ibu Rumah Tangga 14 14%

Total 100 100%

Sumber: Olahan Peneliti, 2014.

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh informasi bahwa terdapat dua mayoritas responden berprofesi sebagai Pegawai Negeri dan Pegawai Swasta masing-masing sebanyak 26 orang atau sekitar 26%. Kemudian disusul oleh responden yang berprofesi sebagai Pelajar/Mahasiswa sejumlah 22 orang atau 22%, selanjutnya diikuti oleh responden yang berprofresi sebagai Ibu Rumah Tangga yang berjumlah 14 orang atau 14%. Dan yang terakhir, terdapat responden yang berprofesi senagai Wiraswasta sebesar 12 orang atau 12%.

   

(14)

4.4 Analisis Frekuensi Jawaban

4.4.1 Efektivitas Pesan Mengenai Indikator Material Pendukung

Berikut ini merupakan tabel penyajian frekuensi jawaban respoden untuk aspek indikator materi pendukung:

Tabel. 4.4 Pesan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” untuk memberikan informasi bahwa tingkat kecelakaan pada perempuan

meningkat menjadi 40%.

Jawaban Frekuensi Persentase

Tidak Setuju 24 24%

Setuju 53 53%

Sangat Setuju 23 23%

Total 100 100%

Sumber: Pertanyaan Kuesioner no.1, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 53 orang cenderung menjawab setuju, 23 orang menjawab sangat setuju apabila pesan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” untuk memberikan informasi bahwa tingkat kecelakaan pada perempuan meningkat menjadi 40%. Sedangkan 24 orang sisanya menjawab tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut.

Dalam pernyataan indikator diatas, sekitar 76 orang cenderung menyetujui apabila pesan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” untuk memberikan informasi bahwa tingkat kecelakaan pada perempuan meningkat menjadi 40%. Suatu pesan dapat disampaikan secara efektif, apabila isi pesan tersebut harus memiliki salah satu unsur yakni material pendukung. Material Pendukung merupakan suatu informasi kejadian yang dihimpun untuk membentuk suatu gambaran supaya pesan yang disampaikan dapat mempengaruhi perubahan sikap orang yang menerima pesan tersebut (Venus, 2009, p.71).

Setiap kampanye komunikasi pubik selalu bertujuan untuk mengubah pengetahuan atau kesadaran khalayak. Komunikator selalu meneliti pengetahuan dan kesadaran public sebelum kampanye, informasi hasil riset itu dijadikan sebagai dasar untuk merancang kampanye yang bertujuan untuk mengubah

(15)

pengetahuan dan kesadaran (Liliwerii, 2010, p.733).

Kampanye “Save Her” dalam mengkomunikasikan tujuan dari kampanye menggunakan dua media yakni rubrik Metropolis dan Poster. Pemilihan surat kabar salah satu langkah yang tepat karena masyarakat Surabaya tingkat membaca koran cukup tinggi dengan nilai 75.6% (Jawa Pos, Enciety Business Consult – Media Habits 2009). Hal ini dukukung Eugene F. Lane (1967) yang mengatakan bahwa gunakan media yang paling mudah ditemukan oleh khalayak supaya penyampaian pesan dapat mencapai khalayak sasaran (Morissan, 2008, p197).

Rubrik Metropolis dipilih dalam menyampaikan tujuan dari kampanye “Save Her” karena jangkauannya luas, mudah dibaca di mana saja dan kapan saja, mudah di dapat, serta dapat memuat informasi lebih banyak daripada poster. Hal ini didukung oleh Morissan (2008, p.194) yang menjelaskan orang cenderung membaca, melihat, memperhatikan, medengar pesan komunikasi yang dapat menimbulkan simpati mereka atau hal-hal yang melibatkan kepentingan mereka Seperti hasil wawancara dengan salah satu responden bernama Rizka Aulia (29 tahun, Ibu Rumah Tangga) yang menjelaskan “Habis baca rubrik Metropolis, saya tau kalo pesan pesan dari “Save Her” untuk menghimbau perempuan pengguna sepeda motor menggunakan lajur kiri”. Dalam rubrik Metropolis Selasa, 18 Februari 2014 terdapat informasi yang menjelaskan alasan kenapa kampanye lalu lintas “Save Her” perlu dilaksanakan. Salah satu informasi tersebut adalah tingkat kecelakaan pada perempuan meningkat menjadi 40%. Dari tabel diatas, terdapat sekitar 24% responden yang yang tidak setuju dengan pernyataan indikator tersebut. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Bintang Cahya (19 tahun, Mahasiswi) yang menjelaskan “Saya gak baca artikel kampanye “Save Her” karena saya gak butuh informasi soal lalu lintas”. Kampanye pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan. Menurut Wilbur Schramm untuk salah faktor penunjang komunikatif yang efektif adalah pesan harus membangkitkan kebeutuahan pribadi komunikan (Effendy, 2003). Jadi, apabila suatu pesan tersebut tidak memenuhi kebutuhan komunikan maka, komunikan cenderung tidak setuju dengan suatu pesan yang disampaikan.

(16)

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila dalam mengkomunikasi tujukan kampanye gunakan media masa seperti surat kabar. Selain itu, dalam penyampaian pesan gunakan data statistic atau fakta untuk penunjang pemahaman responden mengenai pesan yang disampaikan. Karena menurut Syam (2002) pesan tersebut harus memiliki pembuktian, dimana pesan dirancang untuk mengungkapkan data, fakta, angka, statistic, pendapat ahli atau hasil penelitian untuk menunjukkan kekuatan pesan yang kita susun. Karena suatu pesan yang berisi mengenai fakta dapat menarik khlayak kampanye sehingga pesan tersebut mudah dipahami. Terakhir, dalam perencangan pesan kampanye usahakan isi pesan disesuaikan dengan kebutuhan responden supaya suatu pesan kampanye dapat tersampaikan secara efektif.

Tabel 4.5 Pesan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” untuk memberikan informasi bahwa tingkat pelanggaran pada perempuan naik

menjadi 30%.

Jawaban Frekuensi Persentase

Tidak Setuju 48 48%

Setuju 30 30%

Sangat Setuju 22 22%

Total 100 100%

Sumber: Pertanyaan Kuesioner no.2, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 30 cenderung orang menjawab setuju, 22 orang menjawab sangat setuju apabila pesan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” untuk memberikan informasi tingkat pelanggaran pada perempuan naik menjadi 30%. Sedangkan 48 orang menjawab tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut. Dalam pernyataan indikator ini, respoden menjawab tingkat cukup tinggi yakni sekitar 48% berebeda 4% dengan respoden menjawab setuju yakni sejumlah 52%. Menurut (Arie, 2008) di jalan raya dapat mengubah perubahan kondisi psikologis pengendara sepeda motor. Para pengguna sepeda motor aktif dapat berubah menjadi agresif, galak, dan mudah marah karena pengendara sepeda motor pengendara motor itu menginginkan agar lebih didahulukan daripada mobil. Berdasarkan hasil wawancara dengan Eka Yushina (42 tahun, Pegawai

(17)

Negeri) yang mengatakan “Saya sih melanggar lalu lintas adalah hal biasa soale kena macet trus hemat waktu

Pengendara perempuan secara signifikan ketika berada di jalan raya melakukan penyimpangan, kesalahan dan pelanggaran serta kecepatan yang berlebihan dinilai tinggi. Hal ini diakibatkan oleh tekanan waktu yaitu terburu-buru terutama bagi wanita yang sudah berkerja (Dobson, 1999 p.527). Selain itu menurut Women’s Health Australia (WHA) bahwa perilaku pengendara perempuan biasanya berusia 18 – 50 tahun mengalami penyimpangan, kesalahan, pelanggaran dan kecepatan yang berlebihan ketika berada di jalan raya.

Dalam pernyataan indikator ini, terdapat kecenderungan bahwa respoden cenderung melakukan pelanggaran karena semua orang pernah melakukan. Dalam pelanggaran lalu lintas merupakan level kecil dan tergolong masih aman karena belum mencapai tingkat yang berbahaya yakni kecelakaan. Selain itu kemacetan lalu lintas membuat orang yang sudah bekerja berpikir cepat mengambil jalan pintas guna sampai ditempat kerja tepat waktu.

Tabel 4.6 Pesan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” bertujuan untuk memberikan informasi bahwa perempuan kurang memahami

bagaimana mengendarai sepeda motor khususnya matic.

Jawaban Frekuensi Persentase

Tidak Setuju 20 20%

Setuju 35 35%

Sangat Setuju 45 45%

Total 100 100%

Sumber: Pertanyaan Kuesioner no.3, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 35 cenderung orang menjawab setuju, 45 orang menjawab sangat setuju apabila pesan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” bertujuan untuk memberikan informasi bahwa perempuan kurang memahami bagaimana mengendarai sepeda motor khususnya matic. Sedangkan 20 orang menjawab tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut.

Dalam pernyataan indikator diatas, sekitar 80 orang cenderung menyetujui apabila pesan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi”. Hal ini didukung oleh

(18)

pernyataan Anna Hardjana (22 tahun, Mahasiswi) yang mengatakan bahwa “Saya kurang paham soal motor matic makanya saya tertarik baca rubrik Metropolis”. Menurut Wilbur Schramm untuk salah faktor penunjang komunikatif yang efektif adalah pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan (Effendy, 2003).

Dari tabel diatas, terdapat sekitar 20% responden yang yang tidak setuju dengan pernyataan indikator tersebut. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Beatrice Cecilia (27 tahun, Pegawai Swasta) yang menjelaskan “Saya gak pake motor matic makanya saya gak baca artikel Save Her”. Jadi, apabila suatu pesan tersebut tidak memenuhi kebutuhan komunikan maka, komunikan cenderung tidak setuju dengan suatu pesan yang disampaikan.

Berdasarkam kutipan rubrik Metropolis, Selasa, 18 Februari 2014 salah satu alasan kenapa kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” adalah banyak perempuan tidak begitu memahami bagaimana mengendarai sepeda motor khusunya motor matic. Dalam penelitian ini, terdapat kecendurungan antara responden mengerti dengan alasan kenapa kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” diadakan yakni perempuan kurang memahami penggunaan motor matic.

Tabel 4.7 Pesan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” bertujuan untuk memberikan informasi bahwa perempuan sebagai perantara untuk memperingatkan orang lain agar patuh dan tertib dalam

berlalu lintas.

Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 4 4%

Tidak Setuju 13 13%

Setuju 37 37%

Sangat Setuju 46 46%

Total 100 100%

Sumber: Pertanyaan Kuesioner no.4, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 37 orang cenderung menjawab setuju, 46 orang menjawab sangat setuju apabila pesan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” bertujuan

(19)

untuk memberikan informasi bahwa perempuan sebagai perantara untuk memperingatkan orang lain agar patuh dan tertib dan berlalu lintas

Dalam pernyataan indikator diatas, sekitar 83 orang cenderung menyetujui apabila pesan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” bertujuan untuk memberikan informasi bahwa perempuan sebagai perantara untuk memperingatkan orang lain agar patuh dan tertib dalam berlalu lintas. Hal ini didukung oleh pernyataan Erika Mardiana (34 tahun, Pegawai Swasta) yang menjelaskan “Saya ngerti tujuan dari kampanye “Save Her” soalnya saya baca rubrik Metropolis

Dalam rubrik Metropolis yang diterbitkan pada hari Selasa, 18 Februari 2014 menjelaskan tujuan kenapa kampanye “Save Her” diadakan dan alasan pemilihan obyek utama yakni perempuan dalam kampanye ini. Rubrik Metropolis dipilih dalam menyampaikan tujuan dari kampanye “Save Her” karena jangkauannya luas, mudah dibaca di mana saja dan kapan saja, mudah di dapat, serta dapat memuat informasi lebih banyak daripada poster.

Menurut Morissan (2008, p.194) yang menjelaskan orang cenderung membaca, melihat, memperhatikan, medengar pesan komunikasi yang dapat menimbulkan simpati mereka atau hal-hal yang melibatkan kepentingan mereka. Responden mengerti apabila perempuan ingin dijadikan perantara untuk memperingatkan orang lain agar patuh dan tertib dalam berlalu lintas karena dalam rubrik Metropolis Selasa, 18 Februari 2014 dijelaskan mengenai fakta soal tingkat kecelakaan dan pelanggaran terhadap wanita pengguna sepeda motor meningkat.

Menurut Syam (2002) dalam pesan tersebut harus memiliki pembuktian, dimana pesan dirancang untuk mengungkapkan data, fakta, angka, statistic, pendapat ahli atau hasil penelitian untuk menunjukkan kekuatan pesan yang kita susun. Karena suatu pesan yang berisi mengenai fakta dapat menarik khlayak kampanye sehingga pesan tersebut mudah dipahami. Menurut Ritonga (2005, p.9) dampak atau pengaruh dari khalayak yang menerima pengemasan pesan yang berisi fakta ada tiga yakni, pengetahuan, pengalaman dan perilaku.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa apabila suatu pesan dirancang dengan dengan menjelaskan suatu fakta maka, pesan tersebut

(20)

mudah dipahami oleh suatu khalayak. Ketika responden mendapatkan suatu pengetahuan, dalam penelitian ini tentang tingkat kecelakaan dan pelanggaran perempuan pengguna sepeda motor. Selanjutnya, responden sudah menerima terpaaan pesan akan mengambil suatu tindakan untuk mencegah tingkat kecelakaan dan pelanggar an yakni dengan mengambil lajur kiri.

Tabel. 4.8 Pesan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi bertujuan untuk memberikan informasi bahwa kurangnya pemahaman perempuan tentang

tata tertib lalu lintas.

Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 4 4%

Tidak Setuju 22 22%

Setuju 34 34%

Sangat Setuju 40 40%

Total 100 100%

Sumber: Pertanyaan Kuesioner no.5, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 34 orang cenderung menjawab setuju, 40 orang menjawab sangat setuju apabila pesan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” bertujuan untuk memberikan informasi bahwa kurangnya pemahaman perempuan tentang tata tertib lalu lintas. Sedangkan 22 orang menjawab tidak setuju dan 4 orang sisanya menjawab sangat tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut.

Dalam pernyataan indikator diatas, sekitar 74 orang cenderung menyetujui apabila pesan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” bertujuan untuk memberikan informasi bahwa kurangnya pemahaman perempuan tentang tata tertib lalu lintas. Hal ini didukung oleh pernyataan Yurika Munika (35 tahun, Wiraswasta) yang mengatakan bahwa “Saya kurang paham soal peraturan lalu lintas makanya saya tertarik baca rubrik Metropolis”.

Menurut Warpani (2002) yang bersumber dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, besarnya persentase masing-masing faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di Indonesia yaitu faktor manusia sebesar 93,52%. Tidak heran apabila faktor manusia menjadi faktor terbesatr penyebab kecelakaan lalu

(21)

lintas, hal ini disebab oleh kurangngnya pengetahuan terutama perempuan soal tata tertib lalu lintas.

Menurut Wilbur Schramm untuk salah faktor penunjang komunikatif yang efektif adalah pesan harus membangkitkan kebeutuahan pribadi komunikan (Effendy, 2003). Jadi, apabila suatu pesan dapat memenuhi kebutuhan suatu komunikan maka, komunikan cenderung menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Berdasarkam kutipan rubrik Metropolis, Selasa, 18 Februari 2014 salah satu alasan kenapa kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” adalah banyak perempuan kurang memahami tentang tata tertib lalu lintas. Dalam penelitian ini, , terdapat kecenderungan apabila antara responden memahami dengan alasan kenapa kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” diadakan yakni kurangnya pemahaman perempuan mengenai tata tertib lalu lintas.

Dari tabel diatas, terdapat sekitar 17% responden yang yang tidak setuju dengan pernyataan indikator tersebut. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Khalisa Nabila (54 tahun, Wiraswasta) yang menjelaskan “Saya gak baca artikel Save Her karena saya tidak membuuthkan informasi soal lalu lintas”. Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila suatu pesan tersebut tidak memenuhi kebutuhan komunikan maka, komunikan cenderung tidak setuju dengan suatu pesan yang disampaikan.

4.4.2 Efektivitas Pesan Mengenai Indikator Visualisasi Pesan

Berikut ini merupakan tabel penyajian frekuensi jawaban respoden untuk aspek indikator visualisasi pesan:

Tabel 4.9 Warna pink yang digunakan dalam poster “Kampanye Save Her: Lajur Kiri Lagi” dapat menarik perhatian perempuan pengguna sepeda

motor.

Jawaban Frekuensi Persentase

Tidak Setuju 1 1%

Setuju 59 59%

Sangat Setuju 40 40%

Total 100 100%

(22)

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 59 orang cenderung menjawab setuju, 40 orang menjawab sangat setuju apabila warna pink yang digunakan dalam poster “Kampanye Save Her: Lajur Kiri Lagi” dapat menarik perhatian perempuan pengguna sepeda motor. Sedangkan 1 orang menjawab tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut.

Suatu pesan dapat disampaikan secara efektif, apabila isi pesan tersebut harus memiliki salah satu unsur yakni visualisasi pesan. Isi pesan juga harus menyertakan visualisasi mengenai dampak positif atas respon tertentu yang diharapkan muncul dari khalayak sasaran. Makin nyata visualisasi konsekuensi pesan makin mudah khalayak mengevaluasi pesan tersebut dan makin cepat mereka menentukan sikap untuk menerima dan menolak isi pesan (Venus, 2009, p.72).

Melihat tabel pernyataan indikator diatas, sekitar 99 orang cenderung menyetujui apabila warna pink yang digunakan dalam poster “Kampanye Save Her: Lajur Kiri Lagi” dapat menarik perhatian perempuan pengguna sepeda motor. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Sheila Amanda (33 tahun, Pegawai Negeri) yang mengatakan “Saya tertarik melihat poster kampanye “Save Her” karena berwarna pink

Menurut Gavin Ambrose (2006), warna merupakan salah satu media komunikasi yang kuat karena dapat menarik perhatian dan membuat sesuatu menjadi lebih menarik. Tujuan dari warna sendiri adalah menanamkan informasi, menjual produk dan menciptakan identitas yang abadi. Ketika berhubungan dengan suatu perusahaan atau produk, warna dapat menambah citra yang diusulkan dan nilai dari simbol (Napoles, 1988, p.67-68).

Dalam kampanye “Save Her” warna yang dipilih adalah pink. Berdasarkan hasil wawancara dengan Eri Suhariyadi selaku Ketua kampanye “Save Her” (Jumat, 21 February 2014) alasan pemilihan warna pink karena kampanye perdana “Save Her” bertepatan hari Valentine serta warna pink dikaitkan dengan perempuan. Hal ini didukung oleh Eiseman (2000 p.19) yang mengatakan bahwa warna merah muda (pink) melambangkan romantisme, sesuatu yang manis, muda, menyenangkan, sensual, feminim, dan optimism.

(23)

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa pesan harus dirancang sedemikan rupa untuk menarik perhatian khalayak yang dituju. Poster merupakan salah media komunikasi yang dapat digunakan dalam penyampaian pesan kampanye “Save Her”. Untuk menarik awareness perempuan pengguna sepeda motor terhadap pesan kampanye maka, pihak Jawa Pos menggunakan warna pink dalam poster kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi”. Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa pemakaian warna dalam suatu poster sangat efektif karena dapat membantu responden untuk mengingat kegiatan kampanye yang sedang berjalan.

Dari tabel diatas, terdapat sekitar 1% responden yang yang tidak setuju dengan pernyataan indikator tersebut. Seperti pernyataan yang dikatakan oleh Tessa Sumendra (55 tahun, Ibu Rumah Tangga) menjelaskan “Saya ketok e warna e ungu muda buka pink lek bengi. Menurut Prof.Aung Tin (Singapore National Eyed Clinic, 2008) ketika seseorang diatas umur 40 tahun, tingkat kesehatan mata seseorang mulai menurun seperti sulit membedakan warna terutama warna yang mirip. Selain itu seseorang akan kesulitan membaca dengan cahaya yang kurang karena fungsi jaringan mata melemah. Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila faktor usia dapat mempengaruhi tingkat kesehatan mata seseorang dalam melihat pesan dalam poster kampanye “Save Her”.

Tabel 4.10 Gambar yang digunakan dalam poster kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” adalah perempuan menggunakan sepeda motor.

Jawaban Frekuensi Persentase

Setuju 60 60%

Sangat Setuju 40 40%

Total 100 100%

Sumber: Pertanyaan Kuesioner no.7, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 60 orang cenderung menjawab setuju, 40 orang menjawab sangat setuju apabila gambar yang digunakan dalam poster kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” adalah perempuan menggunakan sepeda motor. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Fitri Meilani (47tahun, Pegawai Swatsa) yang mengatakan

(24)

bahwa “Saya tertarik ngeliat poster kampanye “Save Her” karena gambar e perempuan naik motor

Dalam mengkonstruksi sebuah pesan supaya mudah dipahami oleh responden, salah satunya menggunakan visualisasi gambar untuk dapat menarik perhatian responden. Hal ini dukung pernyataan dari Venus (2004 p,80-81) yakni orang lebih mempercayai informasi visual daripada informasi verbal, karena memang orang lebih mudah mengingat gambar dalam waktu yang lama daripada kata-kata. Apapun bentuknya, pesan selalu menggunakan simbol, baik verbal maupun nonverbal, yang diharapkan dapat memancing respon khalayak (Venus, 2009 p.70).

Poster adalah media gambar yang mempunyai sifat persuasif yang tinggi karena menampilkan suatu tema yang dapat menimbulkan perasaan yang kuat pada khalayak (Roman, 2003).Untuk menjadi efektif, poster harus didesain secara menarik dan memiliki elemen visual yang kuat. Pesan pada poster harus fokus kepada inti pesan dan menggunakan sedikit kata-kata (Wilcox, 2005, p. 458).

Penggunaan ilustrasi daya tarik visual iklan merupakan hal yang sangat penting. Selain untuk menarik dalam struktur iklan, ilustrasi merupakan salah satu peranan penting bagi audience untuk memahami suatu pesan. Gambar memudahkan komunikan untuk mengerti makna dari suatu pesan yang ingin disampaikan komunikator. Menurut Cason (2008, p.74) gambar dalam mempunyai potensi yang dapat menjelaskan arti lebih luas daripada kata-kata, khususnya apabila gambar itu dilukis untuk mengemukakan ide. Melalui gambar, orang bahkan yang buta huruf, dapat menerima dari belajar dari suatu gambar untuk menerima suatu informasi lebih mudah.

Oleh karena itu, poster kampanye “Save Her” menggunakan gambar perempuan pengguna sepeda motor serta menuliskan tagline gunakan lajur kiri untuk menarik perhatian responden. Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa pemakaian gambar dalam poster sangat efektif karena dapat membantu responden untuk mengingat kegiatan kampanye yang sedang berjalan.

(25)

Tabel 4.11 Salah satu tagline kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” adalah “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” merupakan pesan yang bertujuan untuk menghimbau perempuan pengguna sepeda motor agar mengambil lajur kiri.

Jawaban Frekuensi Persentase

Tidak Setuju 12 12%

Setuju 46 46%

Sangat Setuju 42 42%

Total 100 100%

Sumber: Pertanyaan Kuesioner no.8, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 46 orang cenderung menjawab setuju, 42 orang menjawab sangat setuju apabila salah satu tagline kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” adalah “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” merupakan pesan yang bertujuan untuk menghimbau perempuan pengguna sepeda motor agar mengambil lajur kiri. Sedangkan 12 orang menjawab tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut.

Dalam pernyataan indikator diatas, sekitar 88 orang cenderung menyetujui apabila salah satu tagline kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” adalah “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” merupakan pesan yang bertujuan untuk menghimbau perempuan pengguna sepeda motor agar mengambil lajur kiri. Seperti yang dikatakan oleh Eva Megasari (22 tahun, Mahasiswi) bahwa “Aku seneng lek ngambil lajur kiri soale serasa ada seng muji aku ayu”.

Menurut Syam (2002) untuk merancang suatu pesan yang memiliki daya tarik, maka pesan tersebut harus memilki kekuatan. Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan kekuatan dari pesan tersebut adalah pesan yang mengandung unsur motivasional. Pesan motivasional merancang untuk mendorong orang lain agar perlikaku sesuai dengan keinginan komunikator.

Oleh karena itu, pihak Jawa Pos menggunakan tagline “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” guna memotivasi perempuan pengguna sepeda motor supaya mengambil lajur kiri. Seperti yang dilansir India Times (24/04) perempuan lebih merasa percaya diri apabila dibilang cantik dan hal ini bisa meningkatkan suasana hati mereka (Eckret, 2003, p.25).

Pesan kampanye “Save Her” merupakan termasuk pesan persuasif karena menghimbau orang untuk mengambil lajur kiri. Pesan persuasif dipandang

(26)

sebagai usaha untuk mengubah pikiran dan tindakan tertentu ke arah tujuan yang telah ditetapkan (Little John, 1996, p.7). Penyampaian pesan persuasif bisa menghasilkan akibat postif dan negatif (Sendjaja et all, 1999, p.60)

Peneliti menyimpulkan bahwa pihak Jawa Pos ingin mengubah perilaku perempuan pengguna sepeda motor supaya mengambil lajur kiri. Tujuan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” berdampak positif bagi reponden supaya perempuan pengguna sepeda motor tidak menjadi korban dan pelaku di jalan raya dengan mengambil lajur kiri. Sehingga tingkat pelanggaran dan kecelakaan terhadap perempuan pengguna sepeda motor menurun.

Dalam penelitian ini, Peneliti berpendapat apabila penggunaan media komunikasi dalam penyampaian pesan kampaye sangatlah penting terlebih penggunaan poster. Untuk menjadi efektif, poster harus didesain secara menarik dan memiliki elemen visual yang kuat. Pesan pada poster harus fokus kepada inti pesan dan menggunakan sedikit kata-kata (Wilcox, 2005, p. 458).

Salah satu cara memudahkan respoden untuk meningkatkan awareness

terhadap sebuah kampanye adalah dengan membuat slogan atau tagline. Menurut Nuradi dkk (1996: 56) tagline adalah kalimat singkat yang berisi pesan padat dan mudah diingat. Pembuatan slogan bertujuan untuk memudahkan responden untuk mengingat setiap bentuk ekspresi dari sebuah ide atau visi-misi (Smith, 2003, p.91).

Seperti yang dilansir India Times (24/04) perempuan lebih merasa percaya diri apabila dibilang cantik dan hal ini bisa meningkatkan suasana hati mereka (Eckret, 2003, p.25). Oleh karena itu, pihak Jawa Pos menggunakan tagline

“Yang Cantik Pakai Lajur Kiri”.

Tabel 4.12 Salah satu tagline kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” yaitu “Yang Sayang Ibu Pakai Lajur Kiri” merupakan pesan yang ditujukan

kepada perempuan pengguna sepeda motor agar mengambil lajur kiri.

Jawaban Frekuensi Persentase

Tidak Setuju 16 16%

Setuju 46 46%

Sangat Setuju 38 38%

Total 100 100%

(27)

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 46 cenderung orang menjawab setuju, 38 orang menjawab sangat setuju apabila salah satu tagline kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” adalah “Yang Sayang Ibu Pakai Lajur Kiri” merupakan pesan yang ditujukan kepada perempuan pengguna sepeda motor agar mengambil lajur kiri. Sedangkan 16 orang menjawab tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut.

Dalam pernyataan indikator diatas, sekitar 84 orang cenderung menyetujui apabila salah satu tagline kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” adalah “Yang Sayang Ibu Pakai Lajur Kiri” merupakan pesan yang ditujukan kepada perempuan pengguna sepeda motor agar mengambil lajur kiri. Sepertinya yang dikatakan Inez Novialita (26 tahun, Pegawai Swasta) bahwa “Mbaca tagline Yang Sayang Ibu Pakai Lajur Kiri, saya langsung kepikiran Ibu mankanya saya ngambil lajur kiri” Dalam merancang suatu pesan, pihak komunikator harus terlebih dulu mengetahui bagaimana tipe khalayak yang menjadi sasaran kampanye. Menurut Janofsky (Pearson, 1985, p.16) menjelaskan bahwa perempuan lebih berbicara dengan menggunakan perasaannya. Oleh karena itu perempuan lebih terpengaruh oleh informasi afektif yang menyangkut perasaan manusia dalam mengenai suatu topic. Oleh sebab itu, Peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan tagline “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” dan “Yang Sayang Ibu Pakai Lajur Kiri” sangatlah efektif untuk menyentuh perasaaan perempuan perempuan pengguna sepeda motor guna mengambil lajur kiri

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila perempuan mendukung suatu pesan apabila pesan tersebut dapat mengandung unsur emosional yang dapat menyentuh perasaan. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Pearson (1985, p.59) yang mengatakan apabila pesan emosional tampaknya lebih efektif jika ditujukan pada khlayaka perempuan daripada laki-laki.

Tabel 4.13 Salah satu pesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” yaitu “Pakai Lajur Kiri Lagi Yuk” bertujuan untuk menghimbau perempuan

pengguna sepeda motor agar mengambil lajur kiri.

Jawaban Frekuensi Persentase

Tidak Setuju 5 5%

(28)

Sangat Setuju 35 35%

Total 100 100%

Sumber: Pertanyaan Kuesioner no.10, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 60 orang menjawab setuju, 35 orang menjawab sangat setuju apabila salah satu pesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” adalah “Pakai Lajur Kiri Lagi Yuk” bertujuan untuk menghimbau perempuan pengguna sepeda motor agar mengambil lajur kiri. Sedangkan 5 orang menjawab tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut.

Dalam pernyataan indikator diatas, sekitar 95 orang cenderung menyetujui apabila salah satupesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” yaitu “Pakai Lajur Kiri Lagi Yuk” bertujuan untuk menghimbau perempuan pengguna sepeda motor agar mengambil lajur kiri. Hal ini dukung oleh pernyataan Sheila Ardianti (39 tahun, Pegawai Negeri) yang menjelaskan “pesan e Save Her singkat dan jelas sehingga mudah diinget” Pesan dirancang dan disampaikan sedemikian rupa agar dapat menarik sasaran yang di maksud (Effendy, 2003). Sebuah pesan dalam suatu kampanye harus jelas, singkat dan mudah dipahami (Gregory, 2004, p.53).

Pesan kampanye “Save Her” merupakan termasuk pesan persuasif karena menghimbau orang untuk mengambil lajur kiri. Pesan persuasif dipandang sebagai usaha untuk mengubah pikiran dan tindakan tertentu ke arah tujuan yang telah ditetapkan (Little John, 1996, p.7). Penyampaian pesan persuasif bisa menghasilkan akibat postif dan negatif (Sendjaja et all, 1999, p.60)

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa pihak Jawa Pos ingin mengubah perilaku perempuan pengguna sepeda motor supaya mengambil lajur kiri. Tujuan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” berdampak positif bagi reponden supaya perempuan pengguna sepeda motor tidak menjadi korban dan pelaku di jalan raya dengan mengambil lajur kiri. Sehingga tingkat pelanggaran dan kecelakaan terhadap perempuan pengguna sepeda motor menurun.

(29)

Tabel 4.14 Salah satu pesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” yakni “Budayakan keselamatan sebagai kebutuhan dengan selalu menggunakan lajur kiri” bertujuan untuk menghimbau perempuan pengguna sepeda

motor agar mengambil lajur kiri.

Jawaban Frekuensi Persentase

Tidak Setuju 17 17%

Setuju 40 40%

Sangat Setuju 43 43%

Total 100 100%

Sumber: Pertanyaan Kuesioner no.11, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 40 orang menjawab setuju, 43 orang menjawab sangat setuju apabila salah satu pesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” adalah “Budayakan keselamatan sebagai kebutuhan dengan selalu menggunakan lajur kiri” bertujuan untuk menghimbau perempuan pengguna sepeda motor agar mengambil lajur kiri. Sedangkan 17 orang menjawab tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut.

Dalam pernyataan indikator diatas, sekitar 83 orang cenderung menyetujui apabila salah satupesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” yakni budayakan keselamatan sebagai kebutuhan dengan selalu menggunakan lajur kiri” bertujuan untuk menghimbau perempuan pengguna sepeda motor agar. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Chelsea Septiani (44 tahun, Wiraswasta) yang menjelaskan “Saya ngambil lajur kiri karena keselamatan adalah hal utama saat berkendara di jalan raya

Pesan dalam kampanye “Save Her” adalah menghimbau perempuan pengendara sepeda motor untuk mengambil lajur kiri demi keselamatan berlalu lintas guna mengurangi tingkat kecelakaan dan pelanggaran di jalan raya. Penggunaan lajur kiri juga diatur sesuai dengan Undang Undang 22 tahun 2009 pasal 108 ayat 1 yang berbunyi “Dalam berlalu lintas pengguna jalan harus menggunakan lajur jalan sebelah kiri” dilanjutkan oleh ayat 3 yang berbunyi “Sepeda motor, kendaraan bermotor yang kecepatannya lebih rendah, mobil barang, dan kendaraan tidak bermotor berada pada lajur kiri jalan” (Satlantas Polrestabes, 2010)

(30)

Menurut Syam (2002) dalam pesan tersebut harus memiliki pembuktian, dimana pesan dirancang untuk mengungkapkan data, fakta, angka, statistic, pendapat ahli atau hasil penelitian untuk menunjukkan kekuatan pesan yang kita susun. Karena suatu pesan yang berisi mengenai fakta dapat menarik khalayak kampanye sehingga pesan tersebut mudah dipahami. Menurut Ritonga (2005, p.9) dampak atau pengaruh dari khalayak yang menerima pengemasan pesan yang berisi fakta ada tiga yakni, pengetahuan, pengalaman dan perilaku.

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa apabila suatu pesan dirancang dengan dengan menjelaskan suatu fakta maka, pesan tersebut mudah dipahami oleh suatu khalayak. Ketika responden mendapatkan suatu pengetahuan, dalam penelitian ini tentang tingkat kecelakaan dan pelanggaran perempuan pengguna sepeda motor. Selanjutnya, responden sudah menerima terpaaan pesan akan mengambil suatu tindakan untuk mencegah tingkat kecelakaan dan pelanggatan yakni dengan mengambil lajur kiri.

Tabel 4.15 Salah satu pesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” yang berbunyi “Jadilah pelopor keselamatan di jalan raya dengan selalu menggunakan lajur kiri” bertujuan untuk menghimbau perempuan

pengguna sepeda motor agar mengambil lajur kiri.

Jawaban Frekuensi Persentase

Tidak Setuju 18 18%

Setuju 49 49%

Sangat Setuju 33 33%

Total 100 100%

Sumber: Pertanyaan Kuesioner no.12, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 49 orang menjawab setuju, 33 orang menjawab sangat setuju apabila salah satupesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” berbunyi “Jadilah pelopor keselamatan di jalan raya dengan selalu menggunakan lajur kiri” bertujuan untuk menghimbau perempuan pengguna sepeda motor agar mengambil lajur kiri. Sedangkan 18 orang menjawab tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut.

(31)

Suatu pesan dapat disampaikan secara efektif, apabila isi pesan tersebut harus memiliki salah satu unsur yakni visulisasi pesan. Isi pesan juga harus menyertakan visualisasi mengenai dampak positif atas respon tertentu yang diharapkan muncul dari khalayak sasaran. Makin nyata visualisasi konsekuensi pesan makin mudah khalayak mengevaluasi pesan tersebut dan makin cepat mereka menentukan sikap untuk menerima dan menolak isi pesan (Venus, 2009, p.72).

Dalam pernyataan indikator diatas, sekitar 82 orang cenderung menyetujui apabila salah satupesan kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” berbunyi “Jadilah pelopor keselamatan di jalan raya dengan selalu menggunakan lajur kiri” bertujuan untuk menghimbau perempuan pengguna sepeda motor agar mengambil lajur kiri. Seperti yang dikemukakan dari Elvira Azani (32 tahun, Pegawai Negeri) bahwa “Saya mengambil lajur kiri karena pesan tersebut terus diulang di poster kampanye Save Her

Menurut Petty dan Cacioppo (1981:79) menengaskan pengulangan pesan akan mempertinggi perhatian secara penuh dari khalayak sasaran terhadap suatu pesan. Nimmo (1989, 144) mengemukakan apabila susunan pesan klimaks adalah penempatan materi terpenting diakhir sedangkan sususan pesan antiklimaks penemapatan materi terpenting lebih dahulu. Hal ini dapat kita lihat dari penggunaan tagline kampnye “Save Her” yang selalu menitikberatkan “Lajur” Kiri” diakhir pesan.

Seperti yang dikatakan oleh McGaugh (1973, p.41) bahwa pengulangan pesan dapat mempertinggi perhatian dan memperkuat proses mengingat dari khalayak sasaran. Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan apabila pengulangan pesan dapat membuat penyampaian pesan dari komunikator mudah dingat oleh responden. Dengan adanya pengulangan pesan, khalayak akan menngingat kembali pesan yang ditujukan kepada komunikan (Wells et al 1989: 201).

Dari tabel diatas, terdapat sekitar 18% responden yang tidak setuju dengan pernyataan indikator tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Novella Putri (23 tahun, Mahasiswi) bahwa “Aku gak tertarik liat tagline e soale menurutku gak penting buat aku”. Menurut Wilbur Schramm untuk salah faktor penunjang

(32)

komunikatif yang efektif adalah pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan (Effendy, 2003). Jadi, apabila suatu pesan tersebut tidak memenuhi kebutuhan komunikan maka, komunikan cenderung tidak setuju dengan suatu pesan yang disampaikan.

4.4.3 Efektivitas Pesan Mengenai Indikator Pendekatan Emosional

Berikut ini merupakan tabel penyajian frekuensi jawaban respoden untuk aspek indikator pendekatan emosional:

Tabel 4.16 Pesan dari salah satu tagline “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” bertujuan mendorong perempuan pengguna sepeda motor untuk mengambil

lajur kiri

Jawaban Frekuensi Persentase

Setuju 60 60%

Sangat Setuju 40 40%

Total 100 100%

Sumber: Pernyataan Kuesioner no.13, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 60 orang cenderung menjawab setuju, sedangkan 40 orang sisanya menjawab sangat setuju apabila salah satu tagline kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” berbunyi “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” bertujuan mendorong perempuan pengguna sepeda motor untuk mengambil lajur kiri.

Menurut Venus (2009, p.73) suatu pesan dapat dikatakan efektif, apabila isi pesan tersebut harus memiliki salah satu unsur yakni pendekatan emosional. Isi pesan juga harus menyertakan pendekatan emosional, karena melalui pendekatan emosional, orang akan lebih menerima pesan berdasarkam dimensi afektif yang dimilikinya, Jika seseorang merasa terancam dengan isi pesan maka ia cenderung tidak akan merespon pesan tersebut.

Dalam indikator pernyataan ini, semua respoden menjawab setuju dikarenakan perempuan memang lebih emosional daripada pria. Hal ini didukung oleh Amanda Kumalasari (46 tahun, Pegawai Swasta) yang mengatakan bahwa “Yo Saya seneng lek ngambil lajur kiri soale keroso onok seng muji ayu” Pesan kampanye “Save Her” merupakan termasuk pesan persuasif karena menghimbau

(33)

orang untuk mengambil lajur kiri. Pesan persuasif dipandang sebagai usaha untuk mengubah pikiran dan tindakan tertentu ke arah tujuan yang telah ditetapkan (Little John, 1996, p.7). Penyampaian pesan persuasif bisa menghasilkan akibat postif dan negatif (Sendjaja et all, 1999, p.60)

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa pihak Jawa Pos ingin mengubah perilaku perempuan pengguna sepeda motor supaya mengambil lajur kiri. Tujuan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” berdampak positif bagi reponden supaya perempuan pengguna sepeda motor tidak menjadi korban dan pelaku di jalan raya dengan mengambil lajur kiri. Sehingga tingkat pelanggaran dan kecelakaan terhadap perempuan pengguna sepeda motor menurun.

Menurut Syam (2002) untuk merancang suatu pesan yang memiliki daya tarik, maka pesan tersebut harus memilki kekuatan. Dalam indikator penelitian, Peneliti menyimpulkan kekuatan dari pesan tersebut adalah pesan yang mengandung unsur motivasional. Pesan motivasional merancang untuk mendorong orang lain agar perlikaku sesuai dengan keinginan komunikator.

Oleh karena itu, pihak Jawa Pos menggunakan tagline “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” guna memotivasi perempuan pengguna sepeda motor supaya mengambil lajur kiri. Seperti yang dilansir India Times (24/04) perempuan lebih merasa percaya diri apabila dibilang cantik dan hal ini bisa meningkatkan suasana hati mereka (Eckret, 2003, p.25).

Dalam merancang suatu pesan, pihak komunikator harus terlebih dulu mengetahui bagaimana tipe khalayak yang menjadi sasaran kampanye. Menurut Janofsky (Pearson, 1985, p.16) menjelaskan bahwa perempuan lebih berbicara dengan menggunakan perasaannya. Oleh karena itu perempuan lebih terpengaruh oleh informasi afektif yang menyangkut perasaan manusia dalam mengenai suatu topic. Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa penggunaan

tagline “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” dan “Yang Sayang Ibu Pakai Lajur Kiri” sangatlah efektif untuk menyentuh perasaaan perempuan perempuan pengguna sepeda motor guna mengambil lajur kiri

Berdasarkan analisis diatas, terdapat kecenderungan bahwa perempuan cenderung mendukung suatu pesan apabila pesan tersebut dapat mengandung

(34)

unsur motivasional yang dapat menyentuh perasaan khayalak. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Pearson (1985, p.59) yang mengatakan apabila pesan emosional tampaknya lebih efektif jika ditujukan pada khalayak perempuan daripada laki-laki.

Tabel 4.17 Pesan dari salah satu tagline “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” dapat membangkitkan emosi perempuan pengguna sepeda motor untuk

mengambil lajur kiri.

Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 4 4%

Setuju 62 62%

Sangat Setuju 34 34%

Total 100 100%

Sumber: Pernyataan Kuesioner no.14, Olahan Peneliti.

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 100 responden penelitian diketahui 62 orang cenderung menjawab setuju, 34 orang menjawab sangat setuju apabila salah satu tagline kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” berbunyi “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” dapat membangkitkan emosi perempuan pengguna sepeda motor untuk mengambil lajur kiri. Sedangkan 4 orang menjawab sangat tidak setuju untuk pernyataan indikator tersebut.

Dalam pernyataan indikator diatas, sekitar 96 orang cenderung menyetujui apabila pesan dari salah satu tagline “Yang Cantik Pakai Lajur Kiri” dapat membangkitkan emosi perempuan pengguna sepeda motor untuk mengambil lajur kiri. Hal ini didukung oleh hasil wawancara Riska Purnamasari (27 tahun, Pegawawi Negeri) yang menyatakan “Soale ada yang muji ayu gawe lajur kiri mankane saya melok ngambil lajur kiri

Menurut Syam (2002) untuk merancang suatu pesan yang memiliki daya tarik, maka pesan tersebut harus memilki kekuatan. Dalam indikator penelitian, Peneliti menyimpulkan kekuatan dari pesan tersebut adalah pesan yang mengandung unsur emosional. Dimana pesan emosional adalah pesan yang dirancang untuk membangkitkan emosi orang lain. Ritonga (2005, p.56) menjelaskan apabila imbauan pesan emosional adalah pesan yang memaparkan pernyataan emosi positif atau menyenangkan.

Gambar

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.5 Pesan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” untuk  memberikan informasi bahwa tingkat pelanggaran pada perempuan naik
Tabel 4.6 Pesan dari kampanye “Save Her: Lajur Kiri Lagi” bertujuan  untuk memberikan informasi bahwa perempuan kurang memahami
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat dipahami bahwa penggunaan metode Problem Solving dapat membantu untuk meningkatkan berpikir kritis siswa besiswa,

Dengan demikian, maka knowledge base dari beberapa bad smell yang lain juga dapat dimodelkan dengan teknik yang sama seperti yang telah dicontohkan selama bad smell

Siswa menghitung keuntungan mekanis penggunaan katrol tetap, katrol bebas, membuat kesimpulan dan merubah data tabel menjadi grafik semunya belum tepat 3 Ketermapilan

Jika merupakan suatu batuan sedimen seperti batu kapur, harus mengalami kontak dengan massa batuan beku panas yang besar dibawah tekanan yang cukup untuk mencegah dekomposisi dari

Mahasiswa pelajari sradha Sradha dicari sampai ke pura Gemakan dharma dengan berbeda Inilah karya pantun jenaka Kalau hendak mencari dupa Janganlah lupa mencari api Bagaimana

Tujuan utama dari integrasi teknologi dan perangkat pintar adalah untuk menciptakan lingkungan yang cerdas di mana pembelajaran konsisten dengan kebutuhan dan

 Melalui teks bacaan“Pekarangan Rumah Bersih Sehingga Keluarga Sehat” siswa dapat menemukan kosakata yang berkaitan dengan lingkungan tidak sehat secara

Obyektif iklan Gamelan United adalah untuk membangun citra gamelan sebagai instrumen musik yang dapat menjadi media berekspresi generasi muda berusaha dicapai