• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR EKONOMI YANG MEMPENGARUHI FLUKTUASI LUAS AREAL KAYU MANIS SERTA BERALIHNYA FUNGSI LAHAN KAYU MANIS

MENJADI LAHAN TANAMAN PADI LADANG DAN TANAMAN SAYURAN DI INDONESIA

Sutarmo Iskandar1), Andy Mulyana2), Widiar Pitu Pratama 1)

Mahasiswa Program Doktor pada Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya dan 2)

Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) apakah faktor harga kayu manis domestik, faktor harga beras domestik, faktor tingkat suku bunga, dan faktor luas areal kayu manis tahun lalu mempengaruhi luas areal kayu manis di Indonesia? (2) apakah faktor harga kayu manis di tingkat eksportir, faktor curah hujan Kabupaten Kerinci, faktor tingkat upah tenaga kerja perkebunan, faktor luas areal kayu manis tahun lalu, dan trend waktu mempengaruhi produktivitas kayu manis di Indonesia? (3) faktor apasajakah yang melatarbelakangi berubahnya fungsi lahan perkebunan kayu manis menjadi lahan padi ladang dan tanaman sayuran. Penetapan lokasi penelitian ditentukan karena di Indonesia terdapat daerah sentra produksi kayu manis yang cukup potensial, khususnya di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Sedangkan penelitian dengan menggunakan data primer dilakukan di daerah Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2011. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan metode survey. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Luas Areal, dan produktivitas cassiavera di Indonesia digunakan analisis Regresi Linear Berganda secara simultan, dengan bantuan program SPSS. Untuk menjawab rumusan masalah ketiga digunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa (1) variabel harga beras domestik, tingkat suku bunga, dan luas areal kayu manis tahun lalu memiliki pengaruh signifikan terhadap luas areal kayu manis Indonesia. variabel harga kayu manis di tingkat eksportir, curah hujan di Kabupaten Kerinci, tingkat upah tenaga kerja perkebunan, luas areal kayu manis pada tahun t, dan trend waktu secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel produksi kayu manis, (2) variabel curah hujan di Kabupaten Kerinci, luas areal kayu manis pada tahun t, dan trend waktu memiliki pengaruh signifikan terhadap produksi kayu manis. Sedangkan untuk variabel harga kayu manis di tingkat eksportir dan tingkat upah tenaga kerja perkebunan berpengaruh non signifikan terhadap produksi kayu manis Indonesia. (3) faktor-faktor yang melatarbelakangi berubahnya fungsi lahan perkebunan kayu manis menjadi lahan padi ladang dan tanaman sayuran adalah: rendahnya harga kulit kayu manis domestik, serta meningkatnya harga beras, harga cabai merah dan harga kentang domestik.

Kata Kunci: luas areal kayu manis, produktivitas kayu manis, alih fungsi lahan 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konsumsi dan permintaan komoditi kayu manis (cassiavera) dunia dari tahun ke tahun cenderung mengalami fluktuasi. Pada beberapa tahun terakhir ini cenderung mengalami peningkatan. Data kebutuhan cassiavera dunia pada tahun 1990 sebesar 20.496 ton, meningkat menjadi 107.252 ton pada tahun 2007 (FAOSTAT, 2007). Peningkatan konsumsi dan permintaan kayu manis dunia tersebut dapat mempengaruhi peningkatan pengembangan cassiavera di tingkat petani di Indonesia, khususnya di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi (Jaya, 2009).

Pasar utama dunia untuk cassiavera (cinnamon) Indonesia adalah Meksiko, Amerika Serikat, Australia dan Eropa Barat (termasuk Inggris, Jerman dan Spanyol). Sedangkan pemasok cassia (kulit kayu manis) terbesar adalah Indonesia (C. burmannii) yaitu sebesar 66% lebih, sisanya dipasok oleh Cina, Vietnam, India dan lain-lain. Sedangkan Amerika, Australia, Kanada dan Jerman adalah negara-negara pengimpor utama kayu manis asal Indonesia. Sampai saat ini Indonesia mengekspor produk kayu manis dalam bentuk kulit kayu manis dan dalam bentuk bubuk cassiavera. Kulit kayu manis (C. burmannii BL) merupakan komoditas ekspor penting bagi daerah tertentu seperti Sumatera Barat dan Jambi.

Ekspor cassiavera Indonesia terancam menurun. Produksi cassiavera di tiga negara, yakni Vietnam, Korea dan China, menyebabkan penurunan permintaan kulit kayu manis (cassiavera) dari Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Hal ini disebabkan oleh karena produksi cassiavera di tiga negara terus meningkat (Antara, 2009). Produksi kulit kayu manis dari tiga negara itu merupakan saingan berat produksi kulit manis Kerinci, sehingga harga komoditi pertanian andalan masyarakat daerah Kerinci itu jatuh di pasaran.

147

Tingginya hasil produksi kulit manis pada tiga negara itu pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, menyebabkan Amerika sebagai negara tujuan utama ekspor kulit manis Kerinci Propinsi Jambi dan kayu manis Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat itu kelebihan pasokan, sehingga kulit manis di kedua kabupaten penghasil utama kayu manis itu, tidak mampu bersaing di pasaran dunia. Secara kualitas, kulit manis di kedua daerah itu jauh lebih unggul dibanding produksi tiga negara tersebut, hanya saja karena harga murah dan kedekatan dari negara pemasok membuat Amerika lebih memilih kulit manis produksi Vietnam, Korea dan China. Amerika tentu memilih kulit manis yang harganya lebih murah serta tidak memakan biaya besar, yang bisa didapatkan dari tiga negara penghasil kayu manis tersebut.

Produksi kayu manis di Indonesia dari tahun ke tahun terus berfluktuasi, seiring dengan berfluktuasinya harga kayu manis itu sendiri. Data perkembangan perkebunan kayu manis dari tahun 1998 sampai 2008 menunjukkan 90% areal perkebunan kayu manis adalah berstatus perkebunan rakyat, sedangkan sisanya 10% adalah perkebunan milik milik negara ataupun perkebunan milik swasta. Data lengkap perkembangan luas areal, produksi dan produktivitas kayu manis dapat dilihat pada Gambar 2. Pada gambar tersebut jelas terlihat bahwa dari tahun ke tahun baik luas areal, produksi dan produktivitas menunjukkan gejala yang berfluktuasi. Data mengenai luas areal, produksi dan produktivitas kayu manis di Indonesia dari tahun 1998 sampai tahun 2008 secara grafis dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Cassiavera (Kayu Manis) di Indonesia Tahun 1998–2008

Di Propinsi Jambi sendiri, sektor perkebunan, terutama kayu manis, patut diacungi jempol. Nilai ekspor meningkat tajam. Pada triwulan ketiga 2008, Jambi sudah bisa mengekspor komoditi hasil perkebunan sebanyak 23.987.910 kilogram atau senilai 10.428.811 USD. Produk yang dihasilkan selain kayu manis adalah biji pinang, kentang biji arabica, kemiri, dan kelapa bulat. Pada 2008, volume ekspor komoditi itu hanya 22.159.54 atau senilai 9.285.539 USD (Elviza, 2010). Dengan luas areal 103.280 hektar, produksi cassiavera di Propinsi Jambi pada tahun 2009 mencapai 83.880 ton. Produktivitas cassiavera pada tahun tersebut sebesar 0.64968 (Dinas Perkebunan Tingkat I Propinsi Jambi, 2009). Perkembangan ekspor komoditi kayu manis juga mengalami fluktuasi. Data perubahan ekspor kayu manis Indonesia dari tahun 2000 – 2008 dapat dilihat pada Gambar 2.

Pada Gambar 2, terlihat fluktuasi ekspor kayu manis dari tahun 2000 sampai pada tahun 2008. Ekspor tanaman kayu manis yang terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu hanya mencapai 5.317.378 ton, sedangkan yang tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu mencapai 36.708.002 Ton. Pada beberapa tahun terakhir ini telah terjadi turunnya harga kayu manis di pasaran internasional. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan harga kayu manis di tingkat eksportir dan di tingkat petani kayu manis itu sendiri.

Harga ekspor komoditas cassiavera (kayu manis) FOB di Pelabuhan Teluk Bayur Padang (US$/kg) di pasar fisik Asia pada bulan Juni 2011 adalah: cassiavera Kerinci A (Cassia-KA) (0,70), cassiavera Kerinci B (Cassia-KB) (0,50 ), dan cassiavera Kerinci C (Cassia-KC) (0,40). Rendahnya harga kayu manis di tingkat petani (di sentra-sentra produksi dalam negeri kayu manis dihargai hanya Rp. 3.000,- sampai Rp. 5.000,- per kilogram untuk kualitas terbaik. Hal ini membuat produk yang tadinya diharapkan mampu mendongkrak ekonomi masyarakat ini masih belum membuahkan hasil. Harga di dalam negeri yang masih belum

Luas Areal dan Produksi Cassiavera di Indonesia

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2007 2009

Luas Areal (Hektar) Produksi (Ton)

148

memuaskan, ditambah lagi kondisi pasar yang tidak begitu baik, karena daya tampung pasar yang sangat kecil, membuat bagian harga kayu manis yang diterima petani akan semakin kecil.

Sumber : Biro Pusat Statistik, dari beberapa tahun penerbitan Gambar 1. Perkembangan Ekspor Cassiavera Indonesia

Akibat dari penurunan harga kulit kayu manis dunia yang terjadi mulai dari tahun 2005 sampai dengan 2011, menyebabkan terjadinya penurunan harga kayu manis di tingkat eksportir pelabuhan Teluk Bayur Padang. Keadaan ini menyebabkan terjadinya penurunan harga kulit manis di tingkat petani. Pada tahun 1998, pada saat kriris moneter, harga kulut kayu manis bisa mencapai 16.000 rupiah sampai dengan 20.000 rupiah per kilogram, sekarang ini harga kayu manis hanya berkisar antara 4.000 rupiah sampai dengan 6.000 rupiah per kilogram. Bertolak dari keadaan ini, banyak petani kayu manis yang tadinya menggantungkan harapan pada perkebunan kayu manis, menjadi berubah usahatani.. Banyak petani kayu manis yang setelah melakukan pemanenan, tidak lagi menanam kayu manis, melainkan menanam tanaman sayuran, seperti kentang dan cabai merah. Beberrapa petani kayu manis bahkan mengalihkan fungsi lahannya menjadi areal penanaman kentang ladang. Bertolak dari hal-hal diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti ”Analisis faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi luas areal dan produktivitas kayu manis, serta faktor faktor yang melatar belakangi beralihnya fungsi lahan areal perkebunan kayu manis menjadi areal penanaman padi ladang dan tanaman sayuran”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan timbul permasalahan yang menarik untuk diteliti :  Apakah variabel harga kayu manis domestik, faktor harga beras domestik, faktor tingkat suku bunga, dan

faktor luas areal kayu manis tahun lalu mempengaruhi luas areal produksi kayu manis di Indonesia?  Apakah variabel harga kayu manis di tingkat eksportir, faktor curah hujan Kabupaten Kerinci, faktor

tingkat upah tenaga kerja perkebunan, faktor luas areal kayu manis tahun lalu, dan trend waktu mempengaruhi produksi kayu manis di Indonesia?

 Apasajakah faktor-faktor yang melatarbelakangi berubahnya fungsi lahan perkebunan kayu manis menjadi lahan padi ladang dan tanaman sayuran?

1.3. Tujuan dan Kegunaan

Dilihat dari masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan :

 Untuk menganalisis bagaimana faktor harga kayu manis domestik, faktor harga kentang domestik, faktor tingkat suku bunga, dan faktor luas areal kayu manis tahun lalu mempengaruhi luas areal produksi kayu manis di Indonesia.

 Untuk menganalisis bagaimana faktor harga kayu manis di tingkat eksportir, faktor curah hujan Kabupaten Kerinci, faktor tingkat upah tenaga kerja perkebunan, faktor luas areal kayu manis tahun lalu, dan trend waktu mempengaruhi produksi kayu manis di Indonesia.

Dokumen terkait