• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspor Cassiavera di Indonesia

ANALISIS KONSUMSI PANGAN POKOK BERAS PADA GOLONGAN PENDAPATAN YANG BERBEDA DI PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN

Maryati Mustofa Hakim1), Andy Mulyana2), M.Yamin2), Taufiq Marwa3) 1)

Mahasiswa Program Doktor pada Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya dan Staf Pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

2)

Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya 3)

Staf Pengajar Pada Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya

Abstrak. Sebagai bahan pangan pokok, hasil produksi padi (beras) merupakan konsumsi kebutuhan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Komoditi beras dipandang sebagai komoditi yang strategis karena menyangkut berbagai aspek kehidupan bangsa, dimana ketersediaannya, distribusi serta tingkat harganya sangat berpengaruh terhadap stabilitas nasional. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan pokok beras penduduk pada golongan pendapatan yang berbeda di Palembang Provinsi Sumatera Selatan; 2) Menganalisis konsumsi pangan pokok beras rumah tangga di Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Palembang, terdiri dari tiga Kecamatan yaitu; Pakjo, Sako, dan Pulokerto. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Metode penarikan contoh secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan pokok beras yang berpengaruh nyata adalah harga beras, harga barang substitusi, pendapatan, jumlah anggota keluarga, umur, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata secara statistik. Konsumsi pangan pokok beras pada rumah tangga berpendapatan tinggi lebih rendah dari yang berpendapatan sedang dan rendah. Kata kunci: Beras, Rumah Tangga, Pendapatan, Konsumsi

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Dengan populasi sebesar 230 juta jiwa dan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,4% per tahun, pasokan beras pada saat ini telah mencapai tingkat terendah di dalam kurun waktu 30 tahun terakhir yang disertai oleh kenaikan harga beras dalam 10 tahun terakhir. Hal ini berarti bahwa Indonesia, sebagaimana negara-negara Asia lainnya, menghadapi permasalahan dalam mengamankan pasokan beras untuk memberikanpangankepada rakyatnya (Tsubaki, 2010).Untuk mencapai keberlanjutan konsumsi pangan diperlukan aksesibilitas fisik dan ekonomi terhadap pangan. Aksesibilitas tercermin dari jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Sehingga, data konsumsi pangan secara riil dapat menunjukkan kemampuan rumah tangga dalam mengakses pangan dan menggambarkan tingkat kecukupan pangan rumah tangga. Secara implisit, perkembangan tingkat konsumsi pangan tersebut juga merefleksikan tingkat pendapatan atau daya beli masyarakat terhadap pangan. Selain itu, pola konsumsi sering digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat, penduduk yang berpendapatan rendah pada umumnya sebagian besar pendapatannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sedangkan makin tinggi pendapatannya maka persentase pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan makin rendah (Tambunan, 2001).

Palembang merupakan daerah defisit beras, karena di Kota Palembang ini dominan penduduk bermata pencaharian bukan sebagai petani beras, sehingga Kota Palembang merupakan daerah konsumen beras terbesar di Provinsi Sumatera Selatan. Palembang sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan merupakan daerah yang memiliki keheterogenan penduduk yang tinggi yang dapat dibedakan berdasarkan asal suku ataupun berdasarkan tingkat pendapatan yang dapat dilihat dari pekerjaan masing-masing individu.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, adapun masalah yang akan diteliti antara lain sebagai berikut :

 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumsi beras penduduk di Palembang yang merupakan daerah defisit beras di Provinsi Sumtera Selatan.

 Bagaimana konsumsi beras per kapita dalam golongan pendapatan berbeda di Palembang. 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

192

 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan pokok beras penduduk di Kota Pelambang Sumetera Selatan.

 Menganalisis konsumsi pangan pokok beras per kapita pada rumah tangga dengan golongan pendapatan yang berbeda di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.

2. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Metode Penarikan Contoh

Penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana (Simple Random Sampling) untuk mewakili tiga kategori daerah, yaitu daerah dengan penduduk pendapatan tinggi, daerah dengan penduduk pendapatan sedang dan daerah penduduk pendapatan rendah, kemudian dari setiap golongan pendapatan tersebut diambil 20 sampel, sehingga jumlah nya menjadi 60 sampel.

2.2. Metode Pengolahan Data

Cbr =α. Inc1. JAKβ2. Hbβ3.Hsβ4.Uβ5D1.Jkβ6D2.Pdknβ7D3.eµ Dimana :

Cbr = Konsumsi beras rumah tangga penduduk Kota Palembang (kg/kk/thn)

Pd = Pendapatan (Rp/kk/Thn)

JAK = Jumlah anggota rumah tangga (org)

Hb = Harga beras (Rp/kg)

Hs = Harga barang substitusi Tujuan penelitian pertama dijawab dengan menggunakan alat analistis statistik.

Perhitungan model penduga yang dirumuskan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil sederhana (OLS = Ordinary Least Square Method). Variabel-variabel bebas yang dianalisis sebagai penjelas (explanatory variables) keragaman tingkat konsumsi beras rumah tangga adalah pendapatan (Inc), jumlah anggota dalam rumah tangga (JAK), komposisi jenis kelamin (Jk), komposisi umur (U), harga beras (Hb), harga barang subtitusi (Hs), dan tingkat pendidikan (Pdk). Sehingga secara matematis persamaan penduga tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

D1 = variabel dummy untu kompo-sisi umur anggota rumah tangga

= 0 apabila < 50 % anggota rumah tangga berusia tidak produktif = 1 apabila ≥ 50 % anggota r umah tangga berusia produktif

D2 = variabel dummy untuk komposisi jenis kelamin yang dominan dalam rumah tangga = 0 apabila perempuan ≥ laki-laki

= 1 apabila perempuan < laki-laki

D3 = variabel dummy untuk tingkat pendidikan kepala keluarga = 0 apabila pendidikan kepala keluarga < SLTP = 1 apabila pendidikan kepala

keluarga ≥ SLTP α = intersept

β1-7 = parameter penduga µ = kesalahan penggangu

Kemudian,tujuan kedua dijawab dengan analisis secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan tabulasi dan perhitungan matematis dari jumlah rata-rata konsumsi beras rumah tangga penduduk (kg/kk/tahun) kemudian dihitung rata-rata konsumsinya dalam kg/kapita/tahun.

193

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Analisis faktor-faktor yang mempengauhi konsumsi beras

Tabel 1. Hasil Parameter Dugaan Beberapa Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Beras Rumah Tangga Penduduk Kota Palembang

Variabel penjelas Nilai parameter

dugaan (Bi) t-hitung Prob-t Ket

Intercept 7.25330 2.56392 0.01322

Pendapatan -0.31621 -4.97834 0.00001 A

Jumlah anggota keluarga 0.50015 3.85716 0.00031 A

Harga beras 0.36238 0.49035 0.62591 -

Harga mie (b.subtitusi) -1.27188 -1.44082 0.15552 C

Komposisi jenis kelamin 0.02009 0.59740 0.55278 -

Pendidikan kepala keluarga -0.08171 -1.48026 0.14473 C

R2 0.65594 Keterangan : A = Nyata pada taraf = 0.05 B = Nyata pada taraf = 0.10 C = Nyata pada taraf = 0.20 D = Nyata pada taraf = 0.30 F-hitung 16.84046 D-W 1.67565

Berdasarkan pada Tabel 1, nilai R2 yang didapat yaitu sebesar 0.65594 menunjukkan bahwa variasi tingkat konsumsi beras di Kota Palembang 65,59 % dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, harga beras, harga pangan subtitusi berupa mie, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan kepala keluarga. Sedangkan sisanya 34,41 % adalah variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam persamaan.Berdasarkan pada Tabel 1, nilai F-hitung sebesar 16.84046, nilai tersebut signifikan pada taraf α = 1 %. Hasil uji-F tersebut, dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama semua variabel, yaitu pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, harga beras, harga mie, jenis kelamin, dan pendidikan kepala keluarga memberikan pengaruh secara nyata terhadap tingkat konsumsi beras di Kota Palembang..

Untuk lebih jelasnya berikut uraian mengenai pengaruh masing-masing faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras penduduk pada golongan pendapatan berbeda di Kota Palembang seperti berikut ini :

Variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap konsumsi beras pada taraf α = 5 %. Nilai parameter dugaan yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel tingkat pendapatan sebesar -0.31621, artinya setiap peningkatan pendapatan sebesar 1 persen maka tingkat konsumsi beras rumah tangga penduduk Kota Palembang akan berkurang sebesar 0.31621 %, sedangkan variabel-variabel lain dianggap tetap (ceteris paribus).

Variabel Jumlah aggota keluarga, variabel ini berpengaruh nyata terhadap konsumsi beras pada taraf α = 5 %, dengan nilai parameter dugaannya sebesar 0.50015, artinya setiap penambahan anggota keluarga sebesar 1% maka akan meningkatkan konsumsi beras sebesar 0.50015%, sedangkan variabel-variabel lain pengaruhnya dianggap tetap (cateris paribus).

Untuk pengaruh variabel harga beras, hasil analisis menunjukkan bahwa harga beras tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras di Kota Palembang, hal ini berarti meskipun harga beras naik masyarakat Kota Palembang akan tetap membeli bahan pangan beras tersebut, karena beras merupakan bahan pangan pokok yang belum dapat tergantikan oleh bahan pangan lainnya.

Barang pengganti beras pada penelitian ini didapat yang dominan adalah mie. Berdasarkan hasil analisis regresi, harga barang substitusi memberikan pengaruh nyata negatif terhadap tingkat konsumsi beras rumah tangga penduduk Kota Palembang, dimana nilai parameter penduganya adalah sebesar -1.27188, artinya bahwa apabila harga mie naik sebesar 1 %, maka jumlah konsumsi beras akan turun sebesar 1.27188 %, ceteris paribus.

Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel komposisi jenis kelamin tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi beras.

194

Tingkat pendidikan kepala keluarga di daerah sampel bervariasi mulai dari yang hanya menamatkan sekolah dasar hingga tamat pendidikan tingkat tinggi seperti strata satu. Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai parameter dugaan untuk variabel tingkat pendidikan sebesar – 1,48026, yang setelah diuji dengan uji t memberikan pengaruh nyata terhadap konsumsi beras penduduk pada taraf nyata = 20 %. Ini berarti bahwa ada perbedaan tingkat konsumsi beras antara tingkat pendidikan lebih dari SMP dengan Tingkat pendidikan kepala keluarga dibawah SMP, dimana konsumsi beras keluarga dengan kepala keluarga yang berpendidikan ≥ SLTP 1,48026 % lebih kecil daripada konsumsi beras keluarga dengan kepala keluarga yang berpendidikan < SMP.

3.2. Analisis Konsumsi Beras Perkapita Berdasarkan Tingkat Pendapatan Penduduk

Penduduk Kota Palembang cenderung mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Sebagai makanan pokok, beras tidaklah menjadi satu-satunya pilihan penduduk untuk pangan terutama pada golongan pendapatan yang berbeda. Rata-rata Konsumsi Beras Penduduk pada Tingkat Pendapatan Tinggi, Pendapatan Sedang dan Pendapatan Rendah di Kota Palembang dapat dilihat pada gabar berikut ini :

Gambar 1. Rata-Rata Konsumsi Beras Per Kapita Per Tahun Penduduk Pada Tingkat Pendapatan yang Berbeda

Berdasarkan pada Gambar 1, menunjukkan bahwa konsumsi beras terbesar di Kota Palembang adalah konsumsi beras pada penduduk dengan tingkat pendapatan rendah, dimana jumlah beras yang dikonsumsi sebesar 93,50 kg/kapita/tahun, kemudian pada penduduk dengan tingkat pendapatan sedang, jumlah konsumsi berasnya sebesar 60,30 kg/kapita/tahun, sedangkan konsumsi beras yang terendah adalah penduduk dengan tingkat pendapatan tinggi, dimana jumlah konsumsi beras sebesar 45,95 kg/kapita/tahun. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dijelaskan bahwa semakin meningkat pendapatan suatu masyarakat, maka jumlah konsumsi beras akan semakin menurun, karena dengan peningkatan pendapatan tersebut, kemampuan daya beli masyarakat akan berbagai jenis pangan semakin meningkat.

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :  Faktor- faktor yang berpengaruh nyata terhadap konsumsi beras pada penduduk Kota Palembang yaitu

jumlah pendapatan penduduk kota palembang, jumlah keluarga, harga bahan pangan subtitusi berupa mie instan, dan tingkat pendidikan kepala keluarga.

 Konsumsi beras rumah tangga penduduk Kota Palembang tertinggi adalah pada penduduk dengan tingkat pendapatan rendah, sedangkan konsumsi beras terendah adalah penduduk dengan tingkat pendapatan tinggi.

4.2. Saran

 Mengingat Kota Palembang merupakan daerah konsumen beras terbesar, maka pendistribusian dari daerah surplus ke daerah defisit haruslah dilakukan secara sesuai dan tanpa kedala.

 Perlu dilakukan lebih lanjut mengenai kebijakan harga beras, tingkat persediaan beras dan pendistribusian beras pada daerah defisit.

5. DAFTAR PUSTAKA

Badan Ketahanan Pangan Sumatera Selatan. 2009. Sumatera Selatan. 45,95 60,3 93,5 Pendapatan Tinggi Pendapatan Sedang Pendapatan Rendah

195

Gujarati, D dan Sumarno, Z. 2006. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Koutsoyiannis, A. 1978. Theory of Economic An Introductory Exposition of Econometric Method. The Macmillan Press Ltd. USA. Second Edition.

Mulyana. A, Antoni .M. dan Riswani. 2007. Model Distribusi Beras dari Daerah Surplus ke Daerah Defisit Produksi di Sumatera Selatan Berbasis Biaya Transportasi dan Selisih Harga. Jurnal Agribisnis dan Industri Pertanian Vol.6. No. 3, Desember 2007. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Inderalaya. Sumatera Selatan.

Salvatore, D. 2007. Mikro Ekonomi. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sumodiningrat. 2002. Ekonometrika Suatu Pengantar. Fakultas Ekonomi, UGM. Yogyakarta. Tambunan. 2001. Teori dan Penemuan Empiris. Salemba. Jakarta.

Tsubaki. K. 2010. Fma Sebagai Salah Satu Usaha. (Online).(http : // kuro -tsubaki. blogspot. Com /2010 /10 /fma – sebagai – salah – satu - usaha. Html /, diakses 22 Februari 2011).

196

KERAGAAN PROGRAM FARMERS MANAGED EXTENSION ACTIVITIES (FMA)

Dokumen terkait