• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bangka Belitung

DI SULAWESI SELATAN Mihrani 1)

3. HASIL PENELITIAN

3.1. Kegiatan Usahatani Rumput Laut

Usahatani rumput laut tidak banyak membutuhkan sarana produksi. Petani hanya memerlukan kayu pancang dan taii ris sebagai media tanam, tali rafia, tali jangkar, bibit dan tenaga kerja keluarga. Kegiatan pemupukan tidak dilakukan pada usaha budidaya rumput laut.

Kegiatan budidaya rumput laut yang dilakukan oleh petani meliputi kegiatan pengadaan bibit, penanamam, pemeliharaan, panen dan penjemuran.

3.1.1. Pengadaan Bibit

Bibit yang dibudidayakan oleh petani adalah jenis Eucheuma cottoni dengan pertimbangan bahwa jenis in banyak dibeli oleh pengusaha dan sangat cocok untuk dibudidayakan di wilayah ini. Pada umumnya petanii memproduksi sendiri bibit rumput laut yang dibudidayakan. Pada awal kegiatan penanaman rumput laut, bibit diperoleh petani dari petani lain di luar wilayah desa. Sangat sulit untuk meperoleh di wilayahnya sendiri, sebab kegiatan budidaya ini tidak dapaf dilakukan petani sepanjang tahun akibat kondisi iklim yang kurang menguntungkan. Umur bibit yang digunakan untuk produksi sekitar 30 hari. Perbanyakan bibit dilakukan secara vegetatif yaitu dengan cara memilahkan rumput laut yang kondisinya baik, yaitu bibit yang bebas dari lumut dan masih muda serta mempunyai banyak cabang. Dengan demikian petani hanya membeli bibit pada awal kegiatan budidaya pada setiap tahunnya dan untuk tahap selanjutnya, bibit diproduksi sendiri oleh petani dengan jalan menyisihkan sebagian dari hasil produksi.

Sampai saat ini Balai Benih Rumput Laut belum ada di daerah penelitian, sehingga untuk mencukupi kebutuhan bibit rumput laut, petani memperoleh sendiri dari daerah lain atau dengan memproduksi sendiri, dimana dengan cara ini kualitas bibit rumput laut tidak dapat dijamin sepenuhnya. Kebutuhan bibit untuk satu unit petahan dengan ukuran standar adalah 75 kg sampai 100 kg. Harga bibit pada saat penelitian berlangsung berkisar antara Rp. 800 per/kg.

Kayu pancang diperoleh petani dengan cara memesan kepada pedagang di luar lingkungan desa. Harga kayu pancang yang digunakan normal adalah Rp. 1000 sampai Rp.3000 per batang. Jumlah kayu pancang yang digunakan dalam budidaya rumput laut bervariasi tergantung pada ukuran luas petakan yang dibuat oleh petani. Untuk ukuran standar (10 m x 10 m ), jumlah kayu pancang yang digunakan sebanyak 8 batang.

Faktor produksi yang digunakan selain kayu pancang adalah tali ris ukuran 4 mm. Untuk ukuran satu unit petahan 10 m x 10 m, jumlaTi tali ris yang digunakan sebanyak 5 kg. Selain tali ris, faktor produksi yang digunakan adaiah tali rafa, yang digunakan untuk mengikat bibit pada tafi ris. Pada masing-masing unit petakan dengan ukuran standar, jumlah bentangan tali ris sebanyak 50 buah.

3.1.2. Penanaman

Bibit yang telah diseleksi diikat pada tali nilon dengan menggunakan tali rafia. Bibit diikat denga jarak 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 25 cm. Dalam satu tahun kalender, petani dapat mefakukan kegiatan penanaman sekitar 5 kali sampai 6 kali. Hal ini dimungkinkan untuk dilakukan oleh petani karena setelah panen, petani dapat langsung melakukan kegiatan untuk mas tanam selanjutnya, sebab media tanam dan bibit telah tersedia.

55

3.1.3. Pemeliharaan

Budidaya rumput laut Eucheuma cottoni dapat dikatakan sebagai usaha budidaya yang sebagian besar pemeliharaannya diserahkan kepada kondisi alam sekelilingnya. Oleh karena itu kerusakan-kerusakan yang terjadi pada sistem budidayarumput laut Eucheuma cottoni, sebagian besar dapat diakibatkan oleh kekuatan alam yang tidak terduga. Untuk menjamin keberhasilan usaha budidaya harus dilakukan usaha pemeliharaan selama masa pertumbuhannya. Kegiatan -pemeliharaan yang dilakukan oleb petani berupa kegiatan pengawasan, yaitu membersihkan kotoran yang menempel pada tanaman rimput laut dengan jalan menggoyang-goyar.gkan tali ris.

Ombak dan arus air membawa zat-zat makanan bagi pertumbuhan rumput laut. Selian itu, ombak juga membawa kotoran, endapan lumpur maupun tumbuh-tumbuhan yang menempel pada rumput laut, sehingga akan mengganggu proses fotosintesis. Oleh karena itu partikel-partikel ini harus segera dibersihkan dari tanaman. Kegiatan ini petani lakukan sewaktu-waktu misalnya pada saat petani pulang dari menangkap ikan. Pada awal pertumbuhan, kegiatan ini dilakukan setiap had sampai tanaman berumur 2 minggu. Setelah itu, kegiatan pengawasan dilakukan 3 kali dalam satu minggu sampai tanaman berumur satu bulan. Pada saat tanaman telah berumur satu bufan, kegiatan pemeliharaan dilakukan 2 kali seminggu sampai saat panen tiba.

3.1.4. Panen

Kegiatan panen dilakukan petani setelah tanaman berumur 40-45 hari sejak masa tanam. Panen yang dilakukan sebelum standar waktu yang ditetapkan akan mempengaruhi kwalitas rumput laut. Panen dilakukan dengan cara melepas tali nilon dan kayu pancang. Kemudian rumput laut dilepaskan dan tali pengikatnya dan di angkat dari laut untuk dilakukan penjemuran. Pada saat panen rumput laut, pengangkutan dilakukan dengan mengunakan sampan.

3.1.5. Penjemuran

Tahap selanjutnya setelah panen adalah melakukan pengeringan yaitu dengan jalan menjemur rumput laut basah di atas para-para atau bentangan alas plastik. Lama penjemuran berkisar antara 2-3 had atau tanaman rumput laut sudah mencapai kering karet yaitu tanaman masih kenyal dan tidak mudah patah.

Setelah rumput laut kering, rumput laut dibersihkan dengan jalan mengibas-ngibaskan rumput faut untuk mengurangi kotoran dan pasir yang melekat. Kemudian rumput laut yang sudah bersih dimasukkan ke dalam karung plastik. Karung yang sudah diisi rumput laut lalu diikat dengan jalan menjahit karung tersebut dengan benang nilon kemudian rumput !aut sudah siap untuk dijual.

3.2. Pembahasan dan Analisis

Berikut ini dikemukakan mengenai analisis lingkungan internal dan eksternal sebagai berikut. 3.2.1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Untuk pencapai target dan sasaran penjualan perusahaan sangat ditentukan oleh hambatan agar mampu memanfaatkan peluang yang ada, mengantisipasi ancaman yang timbul, dan mendaya gunakan serta mengembangkan kekuatan / kemampuan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang timbul.

Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan internal yang sudah dilakukan, maka dapat disusun faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi tingkat pemasaran rumput laut (Bucheuma cottoni) di Kabupaten Takalar adalah sebagai berikut. Berdasarkan Tabel 1, dibuat tabel Matriks IFAS/EFAS sebagai berikut.

56

Matriks IFAS/EFAS

a. Internal Stretegic Faktor Analysis Summary (IFAS) Tabel 1. Matriks (IFAS)

No Faktor-faktor strategis

Internal Bobot Ranting Score Komentar Kekuatan 1 2 3 4 5 Pengalaman berusahatani

Pembinaan dari pihak pemerintah Jumlah anggota keluarga Umur petani Pendapatan petani 0,10 0,05 0,10 0,15 0,15 4 3 3 4 3 0,40 0,15 0,30 0,60 0,45

Banyak menerima ilmu mengenai budidaya rumput laut

Penyuluhan dari dinas perikanan Adanya tenaga kerja

Tenaga kerja yang berumur potensial

Kesejahteraan yang meningkat

Jumlah Score Kekuatan 1,90

Kelemahan 1 2 3 4 5

Kualitas produk yang rendah

Manajemen usaha yang buruk

Tingkat pendidikan yang masih rendah Petani tidak menanggung resiko Ketersediaan modal yang rendah 0,15 0,05 0,10 0,05 0,10 1 3 2 3 2 0,15 0,15 0,20 0,15 0,20

Penanganan pasca panen yang belum tepat

Masih tradisional

Kesulitan menerima inovasi

Takut menanggung kerugian yang besar

Perlu mendapat bantuan modal kerja

Jumlah Score Kelemahan

0,85

TOTAL 100,00 2,75

Analisis faktor internal = kekuatan – kelemahan = 1,90 – 0,85

57

b. Eksternal Stretegic Faktor Analysis Summary (EFAS) Tabel 2. Matriks (EFAS)

No Faktor-faktor strategis

Eksternal Bobot Ranting Score Komentar Peluang

1

2

3

4

Permintaan rumput laut meningkat

Jangka waktu budidaya sangat pendek Harga semakin meningkat Ketersediaan sumberdaya alam 0,15 0,10 0,15 0,15 4 2 3 4 0,60 0,20 0,45 0,60

Kebutuhan dunia sangat besar

Memungkinkan untuk memperoleh keuntungan yang cepat

Peningkatan pendapatan petani Potensi usaha yang menjanjikan

Jumlah Score Kekuatan 1,85

Ancaman 1

2

3

4

Tidak adanya kejelasan harga Belum adanya kelembagaan yang menangani hasil produksi petani Munculnya tengkulak- tengkulak

Cuaca yang buruk

0,15 0,05 0,15 0,10 2 3 1 2 0,30 0,15 0,15 0,20

Perlu adanya informasi dan keseragaman harga

Lebih mengoptimalkan peran dinas perikanan dan koperasi

Keterlibatan pemerintah dalam penyediaan modal dan

memasarkan hasil

Menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen

Jumlah Score Kelemahan

0,80

TOTAL 100,00 2,20

Analisis faktor internal = peluang – ancaman = 1,85 – 0,80

= 1,05 (Angka Positif)

Dari hasil analisis tersebut, dapat dilihat posisi komoditi rumput laut pada diagram analisis SWOT sebagai berikut.

58

Matriks SWOT

Dari kedua analisis yang sudah dilakukan, dapat disusun matriks SWOT untuk mengetahui berbagai alternative strategy bagi produsen dalam memasarkan rumput laut, sebagai berikut :

Tabel 3. MATRIKS SWOT FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL STRENGTHS (S) 1. Pengalaman berusahatani 2. Pembinaan dari pihak

pemerintah

3. Jumlah anggota keluarga 4. Umur petani

5. Pendapatan petani

WEAKNESS (W)

Dokumen terkait