• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS; Hukum;

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2007 (Halaman 60-75)

Mengenai Yurisdiksi KPPU; ---

1. KPPU adalah lembaga yang diamanatkan untuk mengawasi pelaksanaan UU No 5 Tahun 1999 sesuai dengan Pasal 30 UU No 5 Tahun 1999. Tugas dan wewenang KPPU lebih jauh dijelaskan dalam Pasal 35 dan 36 UU No 5 Tahun 1999. Oleh karena itu KPPU dapat melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan tugas dan kewenangannya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki oleh UU No 5 Tahun 1999; --- 2. Subjek dari UU No 5 Tahun 1999 adalah pelaku usaha yang didefinisikan dalam Pasal 1 angka 5 UU No 5 Tahun 1999. KPPU dapat meminta keterangan tidak hanya dari pelaku usaha yang merupakan subjek pengaturan UU No 5 Tahun 1999 namun juga terhadap pihak yang bukan termasuk ke dalam kualifikasi pelaku usaha, misalnya pemerintah dan asosiasi bisnis23.--- 3. Kewenangan yang dimiliki oleh KPPU terhadap Temasek Holdings, STT, SingTel, STTC, SingTel Mobile, AMHC, AMH, ICL dan ICPL (“Kelompok Usaha Temasek”) bergantung dari apakah Kelompok Usaha Temasek dapat dikualifikasikan sebagai pelaku usaha sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 5 UU No 5 Tahun 1999. Dibawah ini adalah analisis terhadap pemenuhan unsur Pasal 1 angka 5 UU No 5 Tahun 1999 terhadap Kelompok Usaha Temasek;--- 4. Pasal 1 butir 5 UU No. 5 Tahun 1999 memberikan definisi pelaku usaha sebagai berikut: ---

Setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum

atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi”. ---

5. Untuk mengetahui apakah Temasek, STT, STTC, AMHC, AMH, ICL, ICPL, SingTel, SingTel Mobile (selanjutnya disebut ”Kelompok Usaha Temasek”) masuk dalam kualifikasi Pelaku Usaha maka perlu dibuktikan pemenuhan unsur-unsur Pasal 1 butir 5 UU No. 5 Tahun 1999, sebagai berikut:---

a. Unsur ”setiap orang atau badan usaha” --- Bahwa Kelompok Usaha Temasek berdasarkan Anggaran Dasarnya masing- masing adalah badan usaha sehingga unsur ini terpenuhi; --- b. Unsur ”baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum” ---

23

61

Kelompok Usaha Temasek berbadan hukum Singapura dan didirikan berdasarkan hukum Singapura bukan badan hukum Indonesia. Unsur ini adalah unsur alternatif, maka dalam hal ini Kelompok Usaha Temasek memenuhi unsur bukan badan hukum;--- c. Unsur ”didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah

hukum negara Republik Indonesia”---

Bahwa Kelompok Usaha Temasek didirikan dan berkedudukan di Singapura, namun sebagai suatu Kelompok Pelaku Usaha melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:---

1. Pengertian pelaku usaha dalam Pasal 1 angka 5 UU No 5 Tahun 1999 menggunakan pendekatan fungsional yang menekankan pada kegiatan ekonominya daripada pendekatan subjek hukum24. Sejalan dengan pendekatan tersebut, maka bentuk badan hukum tidak material dalam menentukan suatu pelaku usaha;--- 2. Pendekatan ini diterapkan dalam teori Single Economic Entity Doctrine, yang memandang hubungan induk dan dan anak perusahaan dimana anak perusahaan tidak memiliki independensi untuk menentukan arah kebijakan perusahaan sebagai satu kesatuan entitas ekonomi25. Derajat independensi anak perusahaan dapat dilihat dari berbagai faktor, antara lain kendali induk perusahaan terhadap direksi anak perusahaan, keuntungan yang dinikmati oleh induk perusahaan dari anak perusahaan, dan kepatuhan anak perusahaan terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh induk perusahaan misalnya terkait dengan pemasaran dan investasi26; --- 3. Konsekuensi dari penerapan Single Economic Entity Doctrine ini adalah pelaku usaha dapat diminta pertanggungjawaban atas tindakan yang dilakukan oleh pelaku usaha lain dalam satu kesatuan ekonomi, meskipun pelaku usaha yang pertama beroperasi di luar yurisdiksi hukum persaingan usaha suatu negara, sehingga hukum persaingan usaha dapat

bersifat ekstrateritorial27;---

24

Knud Hansen dkk., Undang-undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Katalis, Jakarta, 2002, hal. 50

25

Lihat Alison Jones and Brenda Sufrin, EC Competition Law, Text, Cases, and Materials, Oxford University Press, New York, 2004 hal. 123

26Ibid

., hal 135 27

Single Economic Entity Doctrine menjadi dasar bagi European Community untuk menerapkan hukum persaingan usaha terhadap pelaku usaha yang beroperasi di luar wilayah EC, lihat Lihat Alison Jones and Brenda Sufrin, op.cit hal. 126

62

4. Konsideran huruf c UU No 5 Tahun 1999 menegaskan perspektif tersebut dengan menyatakan bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi persaingan yang sehat dan wajar. Oleh karena itu sebagai suatu prinsip umum dalam hukum persaingan, UU No 5 Tahun 1999 memiliki yurisdiksi atas kondisi persaingan di dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, tanpa memandang siapa pun dan di mana pun pelaku usaha yang menyebabkan dampak terhadap kondisi persaingan tersebut; --- 5. Terminologi “yang melakukan kegiatan“ ataupun “yang berusaha di

Indonesia“ tidak serta menunjukkan bahwa pelaku usaha tersebut harus berada dalam pasar bersangkutan. Suatu perusahaan dapat melakukan kegiatan usaha di negara lain melalui pendirian atau akuisisi terhadap perusahaan yang telah ada di negara tersebut tanpa secara langsung melakukan kegiatan usaha di dalam pasar bersangkutan negara tersebut. Dengan kata lain, suatu pelaku usaha dapat mempengaruhi kondisi persaingan di dalam suatu pasar bersangkutan tanpa dia sendiri beroperasi di pasar bersangkutan tersebut; --- 6. Perspektif ini terlihat pada batang tubuh UU No 5 Tahun 1999 yang banyak menggunakan terminologi ”pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha” dalam pasal-pasalnya. Kelompok pelaku usaha menurut Knud Hansen, dkk adalah28: ---

Beberapa badan usaha mandiri yang bergabung menjadi satu kesatuan ekonomi yang mandiri. Badan-badan usaha mandiri tersebut berada di bawah satu pimpinan yang sama yang memperlihatkan keluar bahwa induk perusahaan membuat perencanaan secara seragam untuk semua anak perusahaannya;--- 7. Bahwa berdasarkan fakta yang ditemukan, Indosat dan Telkomsel

dikendalikan oleh Temasek melalui anak perusahaannya. Pengendalian oleh Temasek dapat terjadi karena Temasek bukanlah investor pasif pada SingTel dan STT sebagaimana juga SingTel dan STT bukan investor pasif pada Telkomsel dan Indosat. Investor pasif didefinisikan sebagai investor yang tidak memiliki hak suara atas saham yang dimilikinya, tidak diwakili dalam pengurus perusahaan, tidak memberikan arahan dalam kebijakan perusahaan, tidak mempengaruhi manajemen, tidak memiliki akses terhadap informasi perusahaan yang bersifat sensitif29. Di Uni Eropa, bahkan suatu investasi pasif pada pesaingnya sekalipun dapat

28

Knud Hansen dkk., op.cit, hal. 52 29

Lihat Jon B. Dubrow, Challenging The Economic Insentives Analysis of Competitive Effects in Acquisitions of Passive Minority Equity Interests, Antitrust Law journal, 2001, hlm 120-121

63

dianggap mengurangi tingkat persaingan, terutama dalam pasar yang terkonsentrasi, sehingga melanggar hukum persaingan30;--- 8. Pengendalian oleh Temasek juga terjadi karena Temasek berfungsi sebagai Holding Company dari keseluruhan anak-anak perusahaannya. Tujuan dari suatu Holding Company adalah untuk mengkonsentrasikan kepemilikan saham-saham dengan tujuan untuk mencapai pengaruh pada perusahaan tertentu atau cabang perusahaan tertentu atau dengan maksud untuk mengendalikannya31; --- 9. Dari sisi penanaman modal, Kelompok Usaha Temasek dapat dilihat

sebagai penanam modal asing di Indosat dan Telkomsel. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, definisi penanaman modal adalah:---

segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha

di wilayah negara Republik Indonesia.

10. Selanjutnya dalam Pasal 1 ayat (3) penanaman modal asing diartikan sebagai:---

kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah

negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun

yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. ---

11. Mengacu pada ketentuan tersebut, penanaman modal yang dilakukan oleh Kelompok Usaha Temasek adalah bertujuan untuk melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik Indonesia. Berdasarkan analisis di atas, dengan demikian unsur ini terpenuhi. --- d. Unsur ”baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian” --- Sebagai Kelompok Usaha, Temasek melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia secara bersama-sama dengan pihak lain melalui perjanjian. Kelompok Usaha Temasek mengendalikan Indosat bersama-sama dengan pemegang saham lainnya yang masing-masing hak dan kewajibannya diatur dalam Anggaran Dasar Indosat. Hal yang sama juga berlaku dalam Telkomsel di mana Kelompok Usaha Temasek bersama-sama dengan pemegang saham lainnya mengendalikan Telkomsel sesuai dengan ketentuan di dalam Anggaran Dasar Telkomsel. Dengan demikian unsur ini terpenuhi. ---

30

Lihat Ariel Ezrachi dan David Gilo, EC Competition Law and The Regulation of Passive Investment Among Competitiors, Oxford Journal of Legal Studies, hlm. 329

31

Lihat Hasim Purba, Tinjauan terhadap Holding Company, Trust, Cartel dan Concern, http://www.

64

e. Unsur ”menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi” --- Telkomsel adalah operator seluler terbesar di Indonesia sedangkan Indosat memiliki unit usaha beragam di bidang teknologi telekomunikasi di Indonesia, antara lain jasa teleponi, jasa selular, dan jasa multimedia. Dengan demikian Kelompok Usaha Temasek memenuhi unsur ini. ---

Pengertian Saham Mayoritas;---

6. Saham sesuai dengan ketentuan Pasal 46 UU No 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas32 dapat diklasifikasikan kepada beberapa jenis dengan hak yang masing- masing berbeda. Pasal 27 UU No 5 Tahun 1999 tidak menjelaskan jenis saham yang dimaksud dalam terminolgi “saham mayoritas”. Oleh karena itu pengertian saham mayoritas pada Pasal 27 UU No 5 Tahun 1999 memerlukan penafsiran lebih lanjut33; ---

Penafsiran Gramatikal;---

7. Saham menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga, Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Jakarta, 2005 adalah: 1. Bagian; andil; sero. 2. Ek Surat bukti pemilikan bagian modal perseroan terbatas yang memberikan hak atas deviden dan lain-lain menurut besar kecilnya modal yang disetor; 3. hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagi34;--- 8. KBBI tidak menerangkan pengertian mengenai saham mayoritas dan hanya

memberikan pengertian mengenai mayoritas, yaitu: jumlah orang terbanyak yang memperlihatkan ciri tertentu menurut suatu patokan dibandingkan dengan jumlah yang lain yang tidak memperlihatkan ciri itu35; ---

32

Pasal 46 UUPT selengkapnya adalah:

(1)Anggaran Dasar menetapkan 1 (satu) klasifikasi saham atau lebih.

(2)Setiap saham dalam klasifikasi yang sama memberikan kepada pemegangnya hak yang sama.

(3)Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) klasifikasi saham, maka Anggaran Dasar menetapkan 1 (satu) klasifikasi sebagai saham biasa.

(4)Selain klasifikasi saham sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), dalam Anggaran Dasar dapat ditetapkan 1 (satu) klasifikasi saham atau lebih:

a.Dengan hak suara khusus, bersyarat, terbatas, atau tanpa hak suara;

b.yang setelah jangka waktu tertentu dapat ditarik kembali atau dapat ditukar dengan klasifikasi saham lain;

c.yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima pembagian dividen secara kumulatif atau non kumulatif; dan atau d.yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian dividen dan sisa kekayaan perseroan dalam likuidasi.

33

Terutama jika berkaitan dengan perusahaan yang sahamnya diperdagangkan melalui pasar modal yang besarannya dapat berubah-ubah setiap hari. Perlunya penafsiran terhadap terminologi “saham mayoritas” juga diusulkan oleh Knud Hansen dkk. dalam buku “Undang-undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”, Katalis, Jakarta, 2002, hal. 352.

34

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Jakarta, 2005 hal. 977

35

65

9. Berdasarkan gabungan pengertian saham dan mayoritas berdasarkan KBBI tersebut maka saham mayoritas adalah bukti pemilikan modal perseroan terbatas dengan jumlah terbanyak yang memperlihatkan ciri tertentu menurut suatu patokan dibandingkan dengan jumlah lain yang tidak memperlihatkan ciri itu. Pengertian ini tidak memberikan tafsiran yang jelas mengenai saham mayoritas karena pengertian mayoritas di KBBI mengacu pada orang dan adanya “patokan tertentu” yang juga tidak definitif;--- 10. Menurut Black’s Law Dictionary, Shareholder adalah “one who owns or holds a

shares in a company, esp. a corporation”36 dan majority shareholder adalah

a shareholder who owns or controls more than half the corporation’s stock”37; ----

11. Pengertian majority shareholder menurut Black’s Law Dicitionary adalah pemilik saham yang memiliki atau menguasai lebih dari setengah saham perseroan. Pengertian ini menjadi terlalu sempit jika terdapat lebih dari satu klasifikasi saham dalam perseroan; --- 12. Jika penafsiran saham mayoritas pada Pasal 27 UU No 5 Tahun 1999

menggunakan pengertian Black’s Law Dictionary maka ketentuan ini dengan mudah disimpangi dengan menciptakan saham tanpa hak suara di atas 50% yang diberikan atau dimiliki oleh pihak lain sementara hak untuk mengendalikan perseroan seluruhnya dilekatkan pada saham khusus dengan jumlah kurang dari 50% atau bahkan pada satu lembar saham saja;--- 13. Oleh karena itu masih diperlukan penafsiran lain terhadap ”saham mayoritas” yang dimaksud dalam Pasal 27 UU No 5 Tahun 1999, lebih dari sekedar penafsiran secara bahasa;---

Penafsiran Sistematis;---

14. Istilah “saham” ditemukan dalam UU No 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”)38. UUPT menjelaskan organ-organ yang terdapat dalam suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas, yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)39, Dewan Komisaris40, dan Direksi41. Organ pengambil keputusan tertinggi dalam suatu PT terletak pada RUPS yang merupakan representasi dari para pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan menetapkan arah kebijakan perusahaan yang akan direalisasikan oleh Direksi dengan diawasi oleh Dewan Komisaris dalam pelaksanaannya; ---

36

Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, Seventh Eidtion, hal. 1380 37

Ibid. hal. 1381 38

Meskipun telah ada UU Tentang Perseroan Terbatas yang baru namun UU No 1 Tahun 1995 tetap dijadikan sebagai acuan karena periode pelanggaran terjadi pada saat UU No 1 Tahun 1995 masih berlaku

39

Pasal 1 ayat (3) UU No 1 Tahun 1995 40

Pasal 1 ayat (5) UU No 1 Tahun 1995 41

66

15. Melalui rezim “one share one vote”42, keputusan dalam RUPS pada umumnya dapat dicapai melalui simple majority, yaitu vote diatas 50%. Dengan demikian kendali atas perusahaan tersebut diperoleh jika pelaku usaha memiliki saham di atas 50%; --- 16. Dalam hal tidak terdapat pemegang saham di atas 50% pada suatu perusahaan,

maka secara de jure tidak terdapat pengendali atas perusahaan tersebut. Namun secara de facto, pemegang saham yang terbesar dibanding dengan pemegang saham lainnya mempunyai posisi tawar yang lebih kuat dibanding pemegang saham lainnya sehingga pemegang saham lain dengan komposisi lebih kecil memiliki kecenderungan untuk mengikuti kehendak dari pemegang saham terbesar; --- 17. Oleh karena itu dalam posisi sebagaimana dimaksud pada angka 16 di atas,

pengendali perusahaan dapat diartikan sebagai pemegang saham terbesar dibanding dengan pemegang saham lainnya di dalam perusahaan. Besaran persentasi kepemilikan saham tidak menjadi patokan, tetapi distribusi komposisi kepemilikan saham menjadi penting dalam menentukan siapa pengendali pada perusahaan tersebut; --- 18. Lebih jauh lagi, UU PT mensyaratkan adanya mayoritas khusus dalam

pengambilan keputusan tekait permasalah tertentu, yaitu 2/3 mayoritas untuk perubahan Anggaran Dasar43 dan ¾ mayoritas dalam hal penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pembubaran dan kepailitan44; --- 19. Dalam pengambilan keputusan terkait permasalahan-permasalahan sebagaimana

dimaksud pada angka 18 di atas, kepemilikan saham dengan besaran di atas 25% menjadi penting karena dapat memveto pengambilan keputusan dalam RUPS. Hal ini menunjukkan sebesar apa pun saham yang dimiliki oleh pemegang saham lain, selama masih terdapat satu pemegang saham dengan besaran kepemilikan di atas 25%, maka pemegang saham tersebut dapat dianggap sebagai pengendali perusahaan; --- 20. Penjelasan mengenai vote oleh pemegang saham sebagaimana dijelaskan pada

angka 15 sampai dengan angka 19 di atas harus menggunakan asumsi kondisi normal dalam arti tidak adanya perjanjian antara pemegang saham dalam menggunakan hak suaranya dalam RUPS; ---

Penafsiran Historis; ---

21. Berdasarkan memorie van toelichting (notulensi pembahasan undang-undang) khususnya pada saat pembahasan Pasal 27 UU No. 5 Tahun 1999, tidak ditemukan adanya pembahasan yang komprehensif tentang pengertian saham mayoritas.

42

Pasal 72 ayat (1) UU No 1 Tahun 1995 43

Pasal 75 ayat (1) UU No 1 Tahun 1995 44

67

Catatan sejarah ini tidak dapat membantu untuk menjelaskan mengenai maksud dari pembentuk UU No 5 Tahun 1999 terhadap istilah “saham mayoritas”; ---

Penafsiran Teleologis;---

22. Pengertian saham mayoritas juga harus dilihat berdasarkan tujuan kemasyarakatannya. Tujuan dari pembentukan UU No 5 Tahun 1999 adalah sebagaimana diterangkan dalam konsideran undang-undang tersebut45 dan dalam Pasal 346. Baik dalam konsideran maupun tujuan yang hendak dicapai oleh UU No 5 Tahun 1999 diharapkan agar tidak tercipta adanya pemusatan kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu47; --- 23. Pasal 27 UU No 5 Tahun 1999 lahir sebagai norma yang menunjang tujuan

tersebut. Pasal ini melarang adanya kepemilikan saham mayoritas pada beberapa perusahaan yang beroperasi pada pasar yang sama jika kepemilikan tersebut mengakibatkan penguasaan pangsa pasar melebih 50%48; --- 24. Pemusatan kekuatan ekonomi sebagaimana dimaksud angka 2 di atas terealisasikan melalui sentralisasi pengambilan keputusan ekonomi pada suatu pelaku usaha. Suatu keputusan dapat efektif tercapai jika terdapat kendali nyata yang dimliki oleh suatu pelaku usaha terhadap suatu perusahaan. Perusahaan inilah yang akan

45

Konsideran UU No 5 Tahun 1999 adalah:

a. bahwa pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan kepada terwujudnya kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 ;

b. bahwa demokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi dan pemasaran barang dan atau jasa, dalam iklim usaha yang sehat, efektif, dan efisien sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar yang wajar ;

c. bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi persaingan yang sehat dan wajar sehingga tidak menimbulkan adanya pemusatan kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu, dengan tidak terlepas dari kesepakatan yang telah dilaksanakan oleh negara Republik Indonesia terhadap perjanjian-perjanjan internasional ;

d. bahwa untuk mewujudan sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, atas usul inisiatif Dewan perwakilan Rakyat perlu disusun Undang-Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ;

46

Pasal 3 UU No 5 Tahun 1999 menyatakan bahwa tujuan dari pembentukan undang-undang tersebut adalah: a. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu a. upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;

b. mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelakku usaha besar,

c. pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil;

d. mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan

e. terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha. 47

Lihat huruf c Konsideran UU No 5 Tahun 1999 dan huruf Pasal 3 huruf c UU No 5 Tahun 1999 jo Pasal 1 angka 2 UU No 5 Tahun 1999 yang menjelaskan bahwa praktek monopoli juga mensyaratkan adanya pemusatan kekuatan ekonomi.

48

Pasal 27 UU No 5 Tahun 1999 selengkapnya adalah:

Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan :

a. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen)pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

68

mengeksekusi keputusan-keputusan tersebut. Dalam konteks pasal 27 UU No 5 Tahun 1999, perusahaan-perusahaan tersebut memiliki pangsa pasar di atas 50% sehingga pengendalian yang dilakukan oleh suatu pelaku usaha terhadapnya akan berdampak pada pasar bersangkutan.; --- 25. Dengan demikian pemusatan keputusan ekonomi tercapai ketika pengendalian terhadap beberapa perusahaan terpusat pada satu pihak saja yang dalam konteks Pasal 27 UU No 5 Tahun 1999 diterjemahkan sebagai “saham mayoritas”.; ---

Saham Mayoritas Dalam Peraturan Perundang-undangan Lain

26. Undang-Undang No 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa dalam bagian penjelasan menyebutkan pemegang saham mayoritas namun tidak menjelaskan pengertian dari saham mayoritas. Penjelasan Pasal 10 ayat (4) huruf a antara lain menyatakan: --- “Pengertian Komisaris meliputi Komisaris sebagai orang yang lazim disebut Dewan Komisaris dan Komisaris sebagai orang perseroan yang lazim disebut anggota Komisaris. Yang dimaksud dengan pemegang saham tertentu adalah pemegang saham pengendali atau pemegang saham mayoritas dari perseroan terbatas terbuka dan seluruh pemegang saham dari perseroan terbatas tertutup” --- 27. Peraturan perundang-undangan lain di Indonesia tidak ada yang menjelaskan

mengenai pengertian saham mayoritas, beberapa peraturan perundang-undangan yang ada hanya menjelaskan mengenai saham utama atau saham pengendali sebagaimana dijelaskan di bawah ini; --- 28. Peraturan BAPEPAM No. IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka

menyatakan yang dimaksud dengan Pengendali Perusahaan Terbuka adalah:--- 1) Pihak yang memiliki saham 25% (dua pulu lima perseratus) atau lebih, kecuali pihak tersebut dapat membuktikan tidak mengendalikan Perusahaan Terbuka; atau --- 2) Pihak yang mempunyai kemampuan, baik langsung maupun tidak langsung untuk mengendalikan Perusahaan Terbuka dengan cara:--- a) Menentukan diangkat dan diberhentikannya direksi atau komisaris; atau -- b) Melakukan perubahan anggaran dasar Perusahaan Terbuka--- 29. Peraturan Bank Indonesia No. 8/16/PBI/2006 tentang Kepemilikan Tunggal Pada

Perbankan Indonesia menjelaskan Pemegang Saham Pengendali adalah badan hukum dan atau perorangan dan atau kelompok usaha yang: ---

a. Memiliki saham Bank sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan Bank dan mempunyai hak suara --- b. Memiliki saham Bank kurang dari 25% (dua puluh lima perseratus) dari

jumlah saham yang dikeluarkan Bank dan mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian Bank baik secara langsung maupun tidak langsung. ---

69

Praktek di Beberapa Negara ---

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2007 (Halaman 60-75)