• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI: Teori tentang Pasar Oligopoli 71

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2007 (Halaman 78-84)

METODOLOGI: PE N GUKURAN KONSENTRASI

II. TEORI: Teori tentang Pasar Oligopoli 71

70. Oligopoli adalah model struktur pasar dimana hanya ada sedikit atau beberapa produsen/perusahaan di dalam suatu pasar. Jumlah perusahan yang ada di dalam struktur pasar oligopoli biasanya berkisar antara 2 (dua) hingga 10 (sepuluh) perusahaan. Produk dalam pasar oligopoli bisa identik sama atau terdiferensiasi. Pasar seluler di Indonesia merupakan salah satu bentuk pasar oligopoli, dimana hanya ada 3 (tiga) perusahaan yang dominan;---

Gambar 2

Kinked Demand Curve

71. Di dalam pasar oligopoli, perilaku suatu perusahaan sangat sensitif mempengaruhi perilaku perusahaan lainnya. Pada model Kinked Demand Curve, suatu perusahaan akan ikut menurunkan harga bila pesaingnya menurunkan harga, akibatnya kurva permintaan menjadi inelastis. Di lain pihak, pesaing mengambil kesempatan menambah penjualan dengan tidak bereaksi ketika perusahaan menaikkan harga, akibatnya kurva permintaan elastis di atas keseimbangan awal;--- 72. Analisa model pasar oligopoli dapat menggunakan salah satu bentuk dari bentuk

model interaksi antar pelaku usaha dalam pasar oligopoli yaitu Bertrand, Stackelberg dan Cournot; --- 73. Model Oligopoli Bertrand menggambarkan kondisi perusahaan yang saling

merespon terhadap tingkat harga yang ditentukan oleh pesaing. Jumlah output yang

71

Lihat Robert S. Pindyck, Microeconomics Sixth Edition, Prentice Hall, New Jersey (2005), hlm. 442-463. Titik

keseimbangan

Q P

79

dihasilkan merupakan hasil pertimbangan pelaku usaha atas harga yang ditetapkan oleh pesaing; --- 74. Model Oligopoli Stackelberg menggambarkan perilaku pelaku usaha menentukan

nilai output yang diproduksi tidak dalam waktu yang bersamaan namun berurutan. Dengan model ini, dapat digambarkan bahwa terdapat leader dan terdapat follower; 75. Pada model Cournot, perusahaan bereaksi secara pesimis atas perubahan output

pesaingnya. Dengan kata lain, ketika pesaing menurunkan output, perusahaan akan menaikkan outputnya, namun lebih kecil dibandingkan penurunan output

pesaingnya. Begitu pula sebaliknya. Pada akhirnya, akan tercipta Cournot

equilibrium (titik A), yang besarnya lebih kecil dibandingkan keseimbangan

kompetitif (titik B) dan lebih besar dibandingkan keseimbangan kolusif (titik C); ---

Gambar.3

Model Keseimbangan Cournot

76. Bila perusahaan-perusahaan oligopoli bekerjasama, misalnya dengan melakukan kartel, kesejahteraan konsumen akan menjadi rendah. Hal ini dapat juga mengikuti logika Game Theory atau The Prisonners’ Dillema. Bila perusahaan tidak kooperatif satu sama lain, maka keduanya akan beresiko kehilangan konsumen secara signifikan bila kebijakan harga dan kuantitasnya salah, sehingga jalan terbaik adalah berkompetisi. Namun, ketika perusahaan bekerjasama/melakukan perjanjian dengan pesaingnya, maka perusahaan akan dapat menaikkan harga secara bersamaan dan menaikkan keuntungannya masing-masing dari total revenue

yang meningkat. Dengan begini, maka collusive oligopoly akan menjadikan harga keseimbangan lebih tinggi dengan kuantitas produk yang lebih rendah dibandingkan non-cooperative oligopoly. Karena itu collusive oligopoly akan berdampak besar pada menurunnya kesejahteraan konsumen;---

Kurva reaksi perusahaan 2 Kurva reaksi perusahaan 1 Q1 Q2 A B C

80

77. Dalam teori oligopoli, ada pula model Price Leadership yang menjelaskan bahwa perusahaan dominan mempunyai kekuatan sebagai price setter (penentu harga). Harga yang ditetapkan oleh perusahaan dominan kemudian akan diikuti oleh perusahaan-perusahaan lainnya sebagai price taker. Pada model ini, korelasi hanya berjalan satu arah, karena perubahan harga produk perusahaan yang tidak dominan tidak akan mempunyai reaksi terhadap harga perusahaan dominan; --- 78. Teori oligopoli yang seperti cournot equilibrium sangat konsisten bila perusahaan-

perusahaan dalam pasar tersebut mempunyai besar yang relatif sama, sehingga juga mempunyai kekuatan yang relatif sama di dalam pasar. Sebaliknya, Price-

Leadership Model sangat konsisten menjelaskan perilaku perusahaan bila hanya

ada satu perusahaan dominan di dalam pasar tersebut. Perusahaan yang lain sangat kecil hingga relatif tidak mempunyai kekuatan untuk bersaing dengan perusahaan dominan. Karena itu, kedua model tersebut sebenarnya cocok digunakan pada keadaan yang ekstrim; --- 79. Dalam industri telekomunikasi seluler, setiap perusahaan harus mempunyai

hubungan kerjasama, khususnya perjanjian interkoneksi dengan perusahaan yang lain (kompetitor). Hal ini tentunya meningkatkan kecenderungan untuk berkolusi dalam hal-hal yang seharusnya terjadi kompetisi didalam usaha, seperti penentuan harga (tarif), pemasaran, dan lain-lain; --- Penentuan Periode Cross Ownership ---

80. Pada pasar bersangkutan, diketahui bahwa Singtel sebagai anak perusahaan Temasek melakukan pembelian 35 % saham Telkomsel pada tahun 2001; --- 81. Pada 15 Desember 2002, STT sebagai sebagai anak persuahaan dari Temasek juga melakukan penguasaan kepemilikan di Indosat sehingga menjadi menguasai saham secara mayoritas; --- 82. Berdasarkan waktu-waktu kejadian-kejadian tersebut, kepemilikan silang yang

dilakukan oleh Temasek efektif berlaku sejak 15 Desember 2002; --- 83. Analisa dampak kepemilikan silang di pasar bersangkutan, menggunakan data

tahunan. Dimana dampak yang ditimbulkan dari kepemilikan silang tersebut akan mulai terlihat pada data yang ditampilkan pada akhir tahun 2003. Dengan demikian periode kepemilikan silang dalam analisis ini menggunakan data yang pada periode 2003-2006; --- Pendapatan Operator --- 84. Berikut ini disajikan kembali tabel pangsa pasar operator seluler pada periode

2001-2006 untuk PT. Telkomsel, PT. Indosat, Tbk., dan PT. Excelcomindo berdasarkan pendapatan: ---

81

Tabel I

Pendapatan Usaha dan Pangsa Pasar Perusahaan Penyedia Jasa Telekomunikasi Seluler (Rp Milyar)

Telkomsel INDOSAT XL Tahun Pendapatan Usaha Pangsa Pasar Pendapatan Usaha Pangsa Pasar Pendapatan Usaha Pangsa Pasar Total Nilai Penjualan di Pasar Market 2001 4,918.22 56.14% 1,770 20.20% 2,073.03 23.66% 8,761.15 2002 7,572.95 58.37% 3,272 25.22% 2,130.41 16.42% 12,975.01 2003 11,146.12 60.37% 5,118 27.72% 2,198.06 11.91% 18,461.76 2004 14,765.08 59.93% 7,342 29.80% 2,528.48 10.26% 24,635.63 2005 21,132.91 64.56% 8,645 26.41% 2,956.38 9.03% 32,734.25 2006 29,145.19 68.08% 9,228 21.55% 4,437.17 10.36% 42,809.89 Rata-Rata 14,780.08 61.24% 5,895.61 25.15% 2,720.59 13.61% 23,396.28

Sumber: Laporan Keuangan Telkomsel, XL, Indosat berbagai tahun, diolah

85. Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa PT. Telkomsel memiliki pangsa pasar terbesar di pasar bersangkutan berturut-turut sejak tahun 2001, dengan rata- rata pendapatan dalam kurun tahun 2001-2006 adalah Rp.14,78 trilyun dan rata-rata pangsa pasar setiap tahun adala 61.24%; --- 86. Pangsa pasar Indosat mengalami fluktuasi penguasan pangsa pasar, dengan

memiliki kecenderungan turun setelah tahun 2004. Rata-rata pendapatan seluler tahunan Indosat dalam kurun waktu 2001-2006 adalah Rp.5,895 trilyun dengan rata-rata pangsa pasar sebesar 25,15% setiap tahun; --- 87. Pangsa pasar XL mengalami penurunan setelah tahun 2001 dan berfluktuasi antara 9-11% untuk kurun 2003-2006, pangsa pangsar rata-rata dalam kurun 2001-2006 adalah 13,61%. Pendapatan rata-rata tahunan XL senilai Rp. 2,7 trilyun;---

Konsentrasi Pasar; --- Indikator HHI; ---

88. Selain pangsa pasar, pengukuran Herfindahl Index dapat menunjukkan tingkat konsentrasi suatu perusahaan di dalam suatu industri. Berdasarkan data pangsa pasar yang terdapat dalam Tabel III, diperoleh nilai Herfindahl index sebagaimana tersaji dalam tabel IV berikut: ---

Tabel 2

Perkembangan Market Share dan Herfindahl Index (HI) Operator Seluler 2001 – 2006

KUADRAT PANGSA

PASAR (SKALA 1 - 10.000)

Telkomsel Indosat XL HHI

Industri

2001 3151 408 560 4119

82

2003 3645 768 142 4555

2004 3592 888 105 4586

2005 4168 697 82 4947

2006 4635 465 107 5207

Sumber: Tabel 1, data diolah

89. HHI industri merupakan penjumlah dari nilai kuadrat pangsa pasar masing-masing operator. Nilai HHI memberikan indikasi tentang tingkat konsentrasi suatu industri. Nilai HHI yang cenderung mendekati 10.000 memberikan indikasi bahwa struktur industri tersebut berkembang ke arah yang lebih terkonsentrasi; --- 90. Dari data tersebut terlihat bahwa nilai HHI industri pada kurun 2001-2006 memiliki

kecenderungan yang terus meningkat mendekati nilai 10.000, dimana nilai HHI sebesar 4119 pada tahun 2001 berubah menjadi 5207 pada tahun 2006; --- 91. Berdasarkan panduan batasan nilai HHI pada bagian Analisa angka (63) dan (64) diatas, nilai-nilai HHI industri jasa seluler menunjukan bahwa industri tersebut sangat terkonsentrasi dan dapat membuat persaingan menjadi sangat terbatas. Tingginya tingkat konsentrasi tersebut tidak hanya terjadi setiap tahun dalam kurun waktu 2001 s.d 2006, namun juga memiliki kecenderungan untuk terus mengarah semakin terkonsentrasi dari tahun ke tahun;---

BTS Base Transceiver Station (BTS);---

92. Telkomsel memiliki jumlah BTS yang terbanyak dengan jumlah BTS hampir 10 ribu buah untuk seluruh wilayah Indonesia pada 2005. Selanjutnya yang terbesar adalah INDOSAT dan Excelcomindo; --- 93. Dari tahun 2004-2005 pertumbuhan BTS INDOSAT mengalami pertumbuhan paling rendah. INDOSAT hanya membangun sekitar 1000 buah tambahan BTS baru pada tahun 2005. Sedangkan Telkomsel dan Excelcomindo mampu mendirikan lebih dari 2000 buah tambahan BTS baru; ---

Tabel 3

Jumlah BTS Masing-masing Operator Periode 2000-2006

Perusahaan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Telkomsel 1,411 1,995 3,483 4,820 6,205 9,895 16,507

INDOSAT 1,357 1,995 2,736 3,007 4,026 5,702 7,221

Excelcomindo 514 739 950 1,491 2,357 4,324 7,260 Sumber: Laporan Keuangan Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo berbagai tahun 94. Dalam industri yang berbasis jaringan Investasi merupakan indikasi komitmen

83

industri yang berbasis jaringan maka persaingan terjadi dalam dua tahap. Yaitu persaingan pertumbuhan kapasistas atau jaringan pada tahap pertama. Dan persaingan pada tingkat harga pada tahap selanjutnya. --- 95. Untuk itu, dalam menganalisis persaingan dalam industri tersebut pertama kali harus dilihat adalah pertumbuhan jaringan. Penguasaan jaringan merupakan keharusan untuk melindungi market share, meningkatkan jangkauan pasar dan meningkatkan network effects. Dimana dalam industri telekomunikasi seluler, hal tersebut diindikasikan oleh pertumbuhan pembangunan BTS. --- 96. Berdasarkan data di atas, terlihat terjadi pertumbuhan BTS Indosat yang melamban dibandingkan pesaingnya. Padahal Indosat berposisi sebagai pesaing terdekat dari pemain dominan. Melambannya agresifitas pesaing terdekat dari pemain dominan akan memberikan keleluasaan bagi pemain dominan untuk mengoptimalkan kekuatan pasarnya (market power). --- HARGA --- 97. Harga jual ritel jasa layanan seluler dapat bervariasi menurut jenis kartu (pra bayar,

pasca bayar), waktu percakapan (peak time, off peak), tujuan percakapan (PSTN, operator yang sama, operator lain), dan lain-lain. Berikut ini adalah rata-rata harga jual ritel jasa layanan seluler (peak time) pada kurun waktu 2002 - 2006: ---

Tabel 4

Rata-rata harga jual ritel jasa layanan seluler (peak time) pada 2002 – 2006

PSTN Intra operator Inter operator

Telko m sel Indosat XL Telko m sel Indosat XL Telko m sel Indosat XL Pasca bayar 518,42 517,84 507,46 813 812,76 811,10 924,95 924,48 913,01 Pra bayar* 932,47 942,37 890,41 1500 1499,54 1517,91 1600 1635,76 1772,26

Rata-rata harga jual ritel jasa layanan seluler (peak time) pada 2002 - 2006 *) Data kuartal II tahun 2002 sampai dengan kuartal IV tahun 2006.

Data merupakan harga ritel kartu pra bayar reguler (bukan kartu pra bayar ekonomi seperti Kartu As dan Jempol).

Sumber: data diolah

98. Beberapa gambar berikut menjelaskan perkembangan harga jual jasa layanan seluler untuk percakapan ke PSTN, intraoperator, dan interoperator untuk tiga operator yang dominan:

84

Gambar 5

Perkembangan harga ritel percakapan ke PSTN

Pascabayar - PSTN

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2007 (Halaman 78-84)