• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETIADAAN YURISDIKSI;

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2007 (Halaman 156-165)

Pascabayar PSTN

KETIADAAN YURISDIKSI;

105. Berdasarkan Pasal 1 (18) Undang-Undang No.5/99, KPPU diberikan kekuasaan untuk melaksanakan pengawasan hanya terhadap “pelaku bisnis yang melakukan kegiatan bisnisnya sehingga mereka tidak melakukan praktek monopoli dan/atau persaingan bisnis tidak sehat.” --- 106. Pasal 1 (5) Undang-Undang No.5/99 menjelaskan apa itu “pelaku bisnis” : ---

“Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.” ---

107. Bertentangan dengan pernyataan KPPU pada bagian A.1 bagian analisa dari laporan ketiga (Third Report), tidak satupun Temasek atau Terlapor 2 s/d 9 adalah pelaku bisnis seperti yang dijabarkan pada Pasal 1 (5) Undang-Undang No.5/99. Temasek sendiri bukan berada di wilayah kewenangan dari KPPU.--- 108. Seperti yang telah diketahui, Temasek dan Terlapor 2 s/d 9 didirikan dan

berdomisili di Singapura (ICL didirikan di Mauritius), bukan di Indonesia. --- 109. Oleh karena itu, supaya dapat memasukkan Temasek sesuai dengan definisi dari pelaku bisnis sesuai dengan pasal 1 (5), KPPU dalam laporan ketiganya (Third

Report), hanya bersandarkan pada satu doktrin ekonomi yang menyatakan kegiatan

Grup Bisnis Temasek terikat didalam kawasan Indonesia.--- 110. Sementara itu, argumen KPPU mengenai hal ini jauh dari kebenaran. Rangkaian dari alasan KPPU adalah sebagai berikut: --- (a) Temasek dan anak perusahaannya yang dinamakan “Kelompok Usaha Temasek

(Temasek Business Group)” dianggap sebagai single economic entity. Dengan

alasan tersebu, setiap tindakan anak perusahaan Temasek meskipun kurang

fair, dapat dipertanggungjawabkan kepada Temasek menurut Pasal 1 (5) UU

No.5/99. ---

(b) Kelompok Usaha Temasek terikat dengan aktifitasnya di Indonesia dengan

alasan Kelompok Usaha Temasek mengendalikan Indosat dan Telkomsel. --- (c) Alternatif lain dari bagian (b) diatas, alasan mengapa Kelompok Usaha

Temasek dinyatakan terikat dengan aktifitas di Indonesia hanya karena

Kelompok Usaha Temasek melakukan investasi di Indosat dan Telkomsel. ---

111. Ketiga pernyataan tersebut seluruhnya tidak mendasar.--- 112. Sebelumnya, perlu diperhatikan bahwa Bapak Pasaribu pada dasarnya telah

157

UU No. 5/99, sehingga dengan demikian penggunaan istilah “business group” atau “ultimate parent” dalam penentuan yurisdiksi tidaklah tepat. --- 113. Dalam laporan ahli tertanggal 27 Agustus 2007, Professor Hikmahanto Juwana

(“Professor Hikmahanto”), ahli hukum yang diajukan oleh STT Group A, berpendapat bahwa doktrin entitas ekonomi tunggal tidak dikenal dalam hukum Indonesia. Menurut Professor Hikmahanto, bahkan bila konsep tersebut memang benar ada, test ini hanya dapat dipenuhi apabila persyaratan-persyaratan berikut: (i) terdapat manajemen bersama antara induk dan anak perusahaan; (ii) rencana induk perusahaan juga meliputi kegiatan ekonomi dari anak-anak perusahaannya; dan (iii) anak-anak perusahaan tidak diperkenankan untuk membantah tindakan manajemen perusahaan yang telah ditetapkan tersebut. Kenyataan pemilikan saham saja tidaklah cukup untuk memenuhi persyaratan ini. Salinan kesaksian dari Professor Hikmahanto dapat ditemukan didalam berkas perkara KPPU. --- 114. Selain itu, dengan mengacu pada praktek otoritas anti monopoli dinegara lain,

KPPU telah secara tidak langsung menyetujui bahwa UU No. 5/99 sehasrudnya dianggap sejalan dengan prinsip hukum yang berlaku secara internasional dan standar yang diterapkan oleh sistim hukum kompetisi yang telah jauh berkembang. 115. Temasek telah menyampaikan pendapat ahli dari Dr Frank Montag (“Dr Montag”), seorang partner di antitrust, competition and trade (ACT) group dalam Freshfields Bruckhaus Deringer, salah satu dari law firm bisnis terbesar di dunia. Bertempat tinggal di Brussel, Dr Montag memfokuskan prakteknya pada hukum persaingan usaha di Eropa dan Jerman. Selama bertahun-tahun, Dr Montag telah ditetapkan sebagai salah satu pakar persingan usaha di Eropa oleh direktori seperti halnya Chambers Global, European Legal 500, Global Competition Review, Global Counsel magazine and Juve. Salinan dari pendapat Dr Montag turut dilampirkan sebagai Bukti D. ---

Aplikasi dari doktrin single economic entity; ---

116. Sebagaimana ditetapkan dalam pendapat ahli dari Dr. Montag, agar induk dan anak perusahaan dapat dianggap sebgai entitas ekonomi tunggal berdasarkan hukum Uni Eropa dan Jerman, maka harus jelas terlihat bahwa anak perusahaan tidak memiliki kebebasan bertindak maupun kebebasan ekonomi yang mutlak. Hasil pengamatan ketika anak perusahaan benar memiliki kemandirian ekonomi dari induk perusahaannya, maka keduanya harus dinggap sebagai entitas ekonomi yang terpisah. --- 117. Dr Montag menyatakan bahwa persoalan kemandirian ekonomi, atau otonomi, dapat mengubah kenyataan tertentu dalam setiap kasus. Khususnya, relevansi kepemilikan saham dalam anak perrusahaan, komposisi direksi dari kedua

158

perusahaan, dan sejauh mana induk perusahaan mempengaruhi kebijakan atau mengelurkan instruksi kepada anak perusahaannya. Terlebih lagi, dalam kasus berkaitan dengan joint venture, perusahaan tersebut tidak dianggap sebagai entitas ekonomi yang sama sebagaimana salah satu dari induk perusahaannya, kecuali jika induk perusahan tersebut menikmati hak-hak tententu yang memungkinkan ia untuk melakukan kontrol penuh, atau kecuali jika kedua induk perusahaan mengkordinasikan keputusan mereka sehubungan dengan joint venture yang dilakukan, sehingga joint venture tersebut pada faktanya tidak otonom --- 118. Sebagaimana telah disebutkan dalam butir 88 sampai dengan 91 tersebut diatas,

Meneg BUMN telah mempertimbangkan (dan menyetujui) struktur kepemilikan saham Indosat dan Telkomsel sehubungan dengan akuisisi yang dilakukan oleh ICL/ICPL atas saham pada Indosat. Penting untuk diperhatikn bahwa dalam pertimbangannya Meneg BUMN tidak menganggap Temasek serta Terlapor 2 s/d 9 sebagai suatu kelompok usaha. White Paper secara jelas menyebutkan bahwa “SingTel dan STT dikelola secara independent dan mereka bersaing di Singapura dan di pasar lain.” Persangkaan KPPU bahwa terdpat suatu “Kelompok Bisnis Temasek” dengan demikian tidak hanya bertentangan dengan kenyataan, namun juga tidak sesuai dengan kesimpulan sebelumnya yang telah dinyatakn oleh institusi pemerintahan lain dan telah dikemukakan dihadapan MPR/DPR. --- 119. Dalam situasi tersebut, KPPU jelas telah gagal untuk membuktikan anggapan

bahwa Temasek adalah satu kesatuan entitas ekonomi dengan Terlapor 2 s/d 9. ----

Dalih dari pengambilan kendali Indosat dan Telkomsel;---

120. Sekalipun terdapat kontradiksi terhadap fakta bahwa Temasek dan Terlapor 2 s/d 9 dianggap sebagai single economic entity, masalah yang tertinggal adalah bukan Temasek atau Terlapor 2 s/d 9 yang mengendalikan Telkomsel dan Indosat. --- 121. KPPU berusaha untuk membuktikan adanya pengendalian dengan didasarkan

bahwa Singtel dan STT masing-masing bukan merupakan investor yang pasif di dalam Telkomsel dan Indosat, dan juga Temasek berfungsi sebagai perusahaan pengendali. --- 122. Bagaimanapun juga, faktor-faktor tersebut bukan merupakan bukti penunjang yang cukup untuk membuktikan tuduhan Temasek dan/atau Terlapor 2 s/d 9 melakukan pengendalian terhadap Indosat dan Telkomsel. Kenyataan bahwa pemegang saham bukanlah merupakan investor pasif, jelas tidak dapat disamakan dengan pengontrolan suatu perusahaan dalam kondisi apapun. --- 123. KPPU mendasarkan pertimbangannya pada artikel yang ditulis oleh Ezrachi and Gilo untuk mendukung dalil yang dikemukakan bahwa “di Uni Eropa, bahkan investasi pasif dapat juga dianggap sebagai meminimalisir kompetisi, khususnya di

159

pasar yang terkonsentrase, dan dengan demikian melanggar hukum persaingan usaha.”80 Pertama-tama, hal ini sama sekali tidak relevan bila dihubungkan dengan persoalan apakah fakta bahwa Indosat dan Telkomsel dikendalikan oleh ICL/ICPL dan selanjutnya oleh Singtel Mobile. Lebih penting lagi, artikel ini tidak membenarkan asumsi yang dinyatakan oleh KPPU, baik dalam hlaman referensi atau dimanapun. Kesimpulan artikel tersebut justru menyatakan bahwa kendatipun investasi pasif dapat menyebabkan efek anti-kompetisi ketika pasar yang bersangkutan terkonsentrasi,81 efek-efek tersebut tidak selalu berada dalam lingkup hukum kompetisi di Uni Eropa. Indeed, tujuan utama artikel tersebut adalah untuk mengidentifikasi transaksi sejenis yang sedang tidak dibantah berdasarkan peraturan persaingan usaha di Uni Eropa, sebagaimana dinyatakan secara jelas didalam abstract artikel tersebut: “The article identifies a range of transactions that potentially affect competition; however they remain unchallenged under

current regulation. (terjemahan bebasnya: Artikel ini mengidentifikasi serangkaian

transaksi yang berpotensi mempengaruhi persaingan usaha, namun demikian tidak dibantah dengan berdasakan hukum yang berlaku saat ini.”82 --- 124. Dengan demikian terlihat bahwa asumsi KPPU mengenai efek investasi minoritas

pada Indosat dan Telkomsel didasarkan pada artikel yang (i) sama sekali tidak relevan, dan (ii) pada kenyataannya menyatakan hal yang bertolak belakang dengan asumsi yang dikemukakan oleh KPPU. --- 125. Perusahaan induk juga tidaks ecara otomatis memiliki kendali atas anak

perusahaan yang langsung dan tidak langsung, apalagi perusahaan dimana anak perusahaan tidak langsung dapat memutuskan sendiri untuk berinvestasi. --- 126. Dengan demikian, KPPU tidak dapat secara mudah mengasumsikan bahwa

investasi minoritas di Indosat dan Telkomsel dengan sendirinya dapat memberikan kendali atas perusahaan-perusahaan tersebut. Bukti-bukti yang ada telah menunjukkan faktanya, khususnya mengenai jumlah kepemilikan saham dan keterlibatan pemegang saham ataupun perusahaan holding (holding company) secara de facto dalam manajemen anak perusahaan dan perusahaan-perusahaan lainnya dimana dilakukan investasi . --- 127. Dalam perkara aquo: --- (a) ICL dan ICPL hanya menguasai kombinasi dari 41.94% saham di Indosat,

sedangkan Singtel Mobile hanya memiliki 35% saham Telkomsel, dan dengan demikian ICL/ICPL dan Singtel Mobile hanyalah ,erupakan pemegang saham minoritas pada kedua perusahaan tersebut. ---

80

Laporan ketiga, bagian Analisa, paragraph 7, mengacu pada Ezrachi and Gilo, EC Competition Law and the Regulation of Passive Investment Among Competitors, 26 (2002) OJLS 327, hal. 329.

81

ibid p. 328. 82

160

(b) Anggaran Dasar Telkomsel dan Indosat tidak memberikan kepada Singtel Mobile dan ICL/ICPL hak veto yang memungkinkan mereka untuk mempengaruhi keputusan bisnis strategi dari kedua perusahaan tersebut, dan lagi tidak ada persetujuan antara Singtel Mobile dan ICL/ICPL, maupun pemegang saham yang lain pada Telkomsel dan Indosat, yang akan membiarkan mereka memiliki hak veto tambahan. --- (c) Dari 9 direksi Indosat, hanya 4 diantaranya yang dinominasikan oleh

ICL/ICPL. ICL/ICPL juga hanya menominasikan 6 dari 10 anggota dewan komisaris Indosat, dengan mana seirang merupakan komisaris independen, dan seorang lagi dinominasikan oleh Qatar Telecom melalui ICL. Sedangkan Temasek sendiri tidak menominasikan seorangpun direksi maupun komisaris Indosat, dan para direktur dan komisarid tersebut tidak ada yang menjadi angota dewan direksi di Temasek --- (d) Dari 5 direksi Telkomsel saat ini, hanya 2 diantaranya yang dinominasikan oleh Singtel Mobile. Singtel Mobile juga hanya menominasikan 2 dari 5 anggota dewan komisaris Telkomsel. Sedangkan Temasek sendiri tidak menominasikan seorangpun direksi maupun komisaris, dan para direktur dan komisari tersebut tidak ada yang menjadi angota dewan direksi di Temasek. - (e) Buktinya adalah bahwa baik Temasek maupun Terlapor 2 s/d 9 tidak

mengendalikan, menjalankan dan mempengaruhi kebijakan dan keputusan yang diambil oleh Indosat dan Telkomsel dengan cara apapun. --- 128. Fakta-fakta memberikan kesimpulan bahwa ICL/ICPL dan SingTel Mobile tidak memiliki kendali/kontrol terhadap Indosat dan Telkomsel. --- 129. Sesungguhnya,kalaupun ada suatu badan yang memang memiliki kontrol atas

Indosat dan Telkomsel, bukanlah Temasek, melainkan Pemerintah Indonesia--- (a) Sebagai tambahan atas kepemilikan sahamnya dalam Indosat, Pemerintah

Indosia memegang saham seri A dalam perusahaan tersebut, akibatnya ia memiliki hak voting istimewa dan hak-hak veto atas masalah-masalah strategis berdasarkan Anggaran Dasar. Pemerintah Indonesia juga memiliki hak untuk memilih setidaknya satu orang direktur dan satu orang komisaris di Indosat. Saat ini, 5 dari 9 direktur indosat (termasuk President Direktur) merupakan perwakilan Pemerintah Indonesia, yang juga menunjuk dua dari dewan komisaris Indosat. Semenjak tahun 2002, ketika dilakukan divestasi saham-saham Indosat kepada STTC, berdasarkan perjanjian, Presiden Direktur Indosat selalu ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia. --- (b) Terkait dengan Telkomsel, pemegang saham mayoritas (dengan 65% saham) adalah Telkom. Telkom telah menunjuk 3 dari 5 direktur Telkomsel dan 3 dari 5 Komisaris Telkomsel. Pemegang saham mayoritas Telkom adalah Pemerintah Indonesia, dengan demikian, Pemerintah Indonesia memiliki kontrol secara de jure.--- 130. Pada faktanya, Surat Kabar the Jakarta Post tertanggal 25 Oktober 2007 memuat sebuah artikel yang menunjukkan kejanggalan dalam pemeriksaan oleh KPPU, sebagai berikut: ---

“The government controls PT Telkom, which in turn owns 65% of Telkomsel, the country's largest cellular operator, and consequently appoints the majority of its directors and commissioners.---

161

Temasek, through its subsidiaries, owns only 18.9% of Telkomsel.--- On the other hand, Temasek, also through its subsidiaries, holds 30.61% of Indosat, the country's second largest mobile operator, with 14.29% owned by the Indonesia government, 10.20% by the Qatari government and 44.89% by the investing public, including foreign institutional investors.--- Even though the Indonesian government owns only 14.29% of Indosat, it succeeded in appointing five of the nine members of the board of directors, including the president director. More than half if its nine-member board of commissioners were either representatives of the government or independent commissioners.--- The government holds a golden share (A share) in Indosat which gives it veto power over important corporate decisions.--- What then is the logic of the KPPU findings? Wouldn't those allegations also insult the intelligence of the investing public, including foreign institutional portfolio investors, who own 44.89% of Indosat and 47.77% of Telkomsel? --- If the conclusion of the investigation team is true, which theoretically should be the case because, as the vanguard and defender of fair business competition, the KPPU is supposed to come out with an assessment that has logic and makes economic sense, that would be worrisome indeed.--- But the question then is how could Temasek, despite its cross-ownership at Indosat and Telkomsel, control both companies and dictate their prices while the Indonesian government simply sat back and relaxed, acting as a seemingly innocent bystander. --- What then is the function of government-appointed directors and commissioners at both cellular operators, and why did the Telecommunications Regulatory Body close its eyes to the alleged price fixing?--- Has the government been ignorant or grossly incompetent in recruiting and appointing directors and commissioners? --- Is the way the government treats and oversees Indosat and Telkomsel typical of its management and supervision of the other 128 state companies? --- It is Telkomsel, which is 65% controlled by state-owned Telkom, that would benefit the most if Temasek deliberately hampered Indosat's business growth, as the KPPU team concluded. What is the logic of this? It simply insults the intelligence of even the man on the street, because Temasek indirectly holds only 18.9% of Telkomsel. --- These are just some of a layman's questions about the logic of the most important conclusions of the KPPU report.”

Terjemahan bebasnya: --- Pemerintah memegang kendali atas PT Telkom, yang mana kemudian memiliki 65% [saham] Telkomsel, yang merupakan operator selular terbesar di negara ini, sehingga dengan demikian menentukan mayoritas dari direksi dan komisaris pada Telkomsel.---

162

Temasek, melalui anak perusahaannya, memiliki hanya 18,9% [saham] Telkomsel. --- Dilain pihak, Temasek, juga melalui anak perusahaannya, menguasai 30,61% [saham] Indosat, mobile operator terbesar kedua di negara ini, dimana 14.29% [saham Indosat lainnya] dimiliki oleh pemerintah Indonesia, 10.20% oleh pemerintah Qatar, dan 44.89% oleh publik, termasuk investor asing. --- Walaupun pemerintah Indonesia hanya memiliki 14.29% [saham] Indosat, pemerintah telah sukses menentukan 5 dari 9 dewan direksi, termasuk prsiden direktur. Lebih dari setengah anggota komisioner yang berjumlah 9 orang itu juga merupakan wakil dari pemerintah Indonesia ataupun komisaris independent. --- Pemerintah memiliki saham emas (saham A) di Indosat yang memberikannya kekuasaan untuk mem-veto keputusan-keputusan penting perusahaan. --- Apakah logika dari temuan yang dilakukan KPPU? Bukankan dugaan tersebut juga menghina kecerdasan investor publik, termasuk investor asing, yang memiliki 44,98% [saham] Indosat dan 47.77% [saham] Telkomsel? --- Apabila temuan dari tim pemeriksa benar adanya, dan secara teori memang seharusnya benar mengingat bahwa, KPPU sebagai penjaga dan pemela pelaksanaan persaingan usaha yang bebas seharusnya dapat mengeluarkan kesimpulan yang logis dan secara masuk akal secara ekonomis, maka temuan tersebut akan menjadi hal yang sangat meresahkan. --- Namun persoalannya dengan demikian adalah bagaiman Temasek, walaupun mempunyai kepemilikan silang dalam Indosat dan telkomsel, dapat mengendalikan kedua perusahaan tersebut, dan selanjutnya menentukan harga, sementara pemerintah Indonesia hanya diam dan tenang, serta berlaku seakan- akan tidak terlibat. --- Dengan demikian, apakah fungsi dari anggota direksi dan komisaris yang ditunjuk oleh pemerintah pada kedua operator selular tersebut, dan mengapa Badan Pengatur telekomunikasi menutup mata pada dugaan penetapan harga? --- Apakah pemerintah telah mengabaikan atau gagal dalam melaksanakan rekruitmen dan menunjuk direksi dan komisaris? --- Apakah cara pemerintah memperlakukan dan mengawasi Indosat dan Telkomsel merupakan tipikal manajemen dan supervise yang dilakukannya atas 128 BUMN? --- Adalah Telkomsel, yang 65% [sahamnya] dikuasai oleh BUMN, yaitu Telkom, yang akan mengalami keuntungan terbesar apabila Temasek dengan sengaja menghalangi pertumbuhan bisnis Indosat, sebagaimana disimpulkan oleh tim KPPU. Dimama logika dari semua ini? Hal demikian pada dasarnya mengejek kecerdasan bahkan dari orang jalanan, karena Temasek secara tidak langsung memiliki hanya 18.9% [saham] Telkomsel.--- Ini hanyalah sebagian persoalan mengenai logika dari kesimpulan terpenting dari laporan KPPU.” ---

163

Salinan dari artikel ini dilampirkan sebagai Bukti E --- 131. Bapak Pasaribu juga menemukan bahwa Telkomsel jelas merupakan anak

perusahaan dari Telkom (dan bukan Singtel Mobile). --- 132. Dengan demikian, baik Temasek maupun terlapor ke 2 s/d 9 tidak dapat dikatakan terlibat dalam akitivitas di Indonesia, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 (5) UU No. 5/99, dengan alasan adanya pengendalian atas Indosat dan/atau Telkomsel.

Fakta Investasi di Indosat dan Telkomsel; ---

133. Alternatif dari argumen KPPU didasarkan pada argumen pengontrolan Indosat dan Telkomsel. KPPU menyandarkan argumennya bahwa Kelompok Usaha Temasek

terikat dengan aktifitas di Indonesia dikarenakan Kelompok Usaha Temasek

melakukan investasi di Indosat dan Telkomsel. --- 134. Tuduhan tersebut tidak memiliki dasar. Menurut Profesor Hikmahanto Juwana,

pakar hukum yang diajukan oleh STT Grup A, menyatakan didalam laporannya yang diserahkan kepada KPPU: ---

“Saya ingin menegaskan bahwa penjelasan KPPU mengenai istilah “Pelaku Bisnis” pada pemeriksaan awal adalah keliru. Menurut pendapat saya, untuk perusahaan asing tidak dapat dikualifikasikan sebagai pelaku bisnis, perusahaan asing tersebut harus melakukan ‘aktifitasnya’ langsung di Indonesia. --- STT,STTC,AMHC,AMH, ICL dan ICPL hanya memiliki saham secara langsung atau tidak langsung di Indosat Tbk dan KPPU tidak dapat membuktikan bahwa mereka terlibat dalam pengambilan segala keputusan operasional. Perusahaan ini tidak dapat disimpulkan melakukan aktifitas dan juga tidak dapat di sebut sebagai pelaku bisnis berdasarkan Undang-Undang Persaingan Usaha Indonesia.”--- 135. Sesungguhnya, jika KPPU mengintepretasikan “pengelolaan aktifitas di dalam

wilayah Republik Indonesia” secara benar, maka pasal 1 (5) tidak dapat dipergunakan, dan dapat membuat semua investor (apapun ukuran atau bentuk dari investasi) sebagai “pelaku bisnis” sesuai dengan persyaratan pada pasal 1(5). Hal tersebut dapat membuat hasil yang tidak masuk akal, penyebabnya adalah KPPU terbelit-belit dalam membuat interpretasi ini. --- 136. Pada dissenting opinion-nya, Mr. Pasaribu menyimpulkan bahwa pemegang saham di perusahaan Indonesia tidak dapat disamakan dengan tingkah laku melakukan aktifitas usaha di Indonesia. Sementara itu, pelaksanaan investasi pertama di Indosat dan Telkomsel dapat di pertimbangkan sebagai aktifitas didalam pasar modal Indonesia, mereka tidak melakukan aktifitas didalam pasar selular. Untuk menemukan yurisdiksi harus harus dapat ditemukan bukti bahwa Temasek dan/atau Terlapor 2-9 telah terikat dalam “aktifitas bisnis atau transaksi bisnis di telekomunikasi selular di Indonesia.” Dalam hal ini tidak ditemukan bukti. ---

164

137. Pada Laporan Ketiga, mengutip definisi dari “Penanaman Modal” pada Undang- Undang No.25 tahun 2007 pada Penanaman Modal yang didefinisikan dalam Pasal 1 (1) sebagai berikut: --- “Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.”--- 138. Laporan Ketiga juga mengutip Pasal 1 (3) Undang-Undang No.25 tahun 2007 pada Penanaman Modal, yaitu : --- “Penanaman modal asing” adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.’--- 139. KPPU bergantung pada ketentuan-ketentuan ini untuk menyimpulkan bahwa

“Penanaman modal dari Grup Bisnis Temasek dimaksudkan untuk akses bisnis kedalam wilayah Republik Indonesia.” (Lihat paragraf 9-11 dari bagian Analisa dari Laporan Ketiga) --- 140. Kesimpulan KPPU:--- (a) Kedua ketentuan yang dikutip oleh KPPU menggambarkan adanya perbedaan yang jelas antara “aktifitas investasi” disatu pihak dan pelaksanaan bisnis di Indonesia di lain pihak. KPPU telah, bagaimanapun juga menyimpulkan kedua perbedaan konsep tanpa menjelaskan mengapa tuduhan investasi “Grup Bisnis Temasek” mempunyai “niat” untuk melaksnakan bisnis di Indonesia. --- (b) Gambaran KPPU berlawanan terhadap dirinya sendiri, disatu pihak, terdapat pembedaan yang jelas antara investor pasif dan aktif, dan disisi lain secara implisit menyatakan bahwa semua investasi secara otomatis akan diklasifikasikan sebagai aktifitas bisnis di Indonesia.--- (c) Undang-Undang Perusahaan Terbatas (UU No.1 tahun 1995 digantikan

dengan Undang-Undang No.40 tahun 2007) dan hukum Investasi tidak mengenal perusahaan pengendali sebagai bentuk bisnis. Badan koordinasi Penanaman Modal (“BKPM”) telah membuat posisi yang jelas dalam permasalahan ini. Tahun 2004, BKPM membatalkan peraturan (KEPUTUSAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 57/SK/2004 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN DAN TATACARA PERMOHONAN PENANAMAN MODAL YANG DIDIRIKAN DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL DALAM

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2007 (Halaman 156-165)