• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIDAK ADANYA TINDAKAN ANTI-KOMPETISI Tuduhan KPPU

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2007 (Halaman 177-198)

Pascabayar PSTN

TIDAK ADANYA TINDAKAN ANTI-KOMPETISI Tuduhan KPPU

191. Didalam ketiga laporannya, KPPU menyimpulkan bahawa kepemilikan silang Temasek terhadap Indosat dan Telkomsel telah berpengaruh negatif terhadap kondisi persaingan di pasar relevan. Sehubungan dengan hal ini, KPPU mengklaim sejumlah hal yang pada pokoknya sebagai berikut: --- (a) Klaim bahwa pasar relevan itu terkonsentrasi tinggi dan terus bertambah

dalam beberapa waktu terakhir.--- (b) Variasi dari klaim mengenai kinerja keuangan Telkomsel yang baik. --- (c) Klaim bahwa kinerja Indosat tidak baik sejak akuisis saham oleh ICL/ICPL. - (d) Klaim yang menyatakan bahwa Telkomsel telah menyebabkan buruknya

kinerja Indosat. --- (e) Klaim bahwa pasar dikarakteristikan dengan dilakukannya price leadership

oleh Telkomsel. --- (f) Klaim bahwa tarif Telkomsel itu berlebihan. --- (g) Klaim bahwa ketiadaan dugaan “kepemilikan silang”, maka situasi

persaingan didalam pasar akan lebih baik. --- 192. Setiap dugaan ini adalah salah dan pada gilirannya akan ditangani juga. Pada

awalnya, bagaimanapun juga, perlu dilakukannya beberapa pengamatan mengenai perkembangan dari pasar telekomunikasi selular Indonesia, untuk dapat meletakan diskusi KPPU dalam konteks faktual yang sesuai. ---

178

Kompetisi di pasar telekomunikasi selular Indonesia --- 193. Pada Laporan Analisa Pertama dinyatakan, terdapat bukti bahwa “pasar mobile di Indonesia iatu sehat”. Dalam mencapai kesimpulan ini, pertimbangan Laporan Analisa Pertama adalah sebagai berikut: --- (a). Pasar ini mempunyai 4 pelaku aktif dan 3 pelaku yang mempunyai izin dan

mempunyai rencana untuk melebarkan sayap di dalam pasar. Ini merupakan hambatan persaingan terhadap digunakannya kekuatan pasar oleh Indosat dan Telkomsel. --- (b). Basis pelanggan mobile di Indonesia telah meningkat 871% sejak 2001 dan

bertambah dua kalis ejak 2004. Untuk 2007, Goldman Sachs memeprkirakan telah terjadi peningkatan 26 juta pelanggan baru. Angka pertumbuhan ini adalah sehat bila dibandingkan dengan negara lain. Jadi berarti tidak ada dorongan untuk Indosat dan Telkomsel untuk mengerahkan kekuatan pasar karena apabila hal tersebut dilakukan maka akan menciptakan kesempatan bagi operator lain memenangkan pelanggan baru. Juga tingkat pertumbuhan yang tinggi merupakan bukti bahwa kekuatan pasar tidak dikerahkan karena sejauh ini belum terdapat dampak yang merugikan bagi pertumbuhan. --- (c). Harga panggilan tiga menit di Indonesia pada saat waktu peak secara signifikan lebih rendah dari negara tetangga. Sementara Philipina dan Vietnam telah melihat adanya penurunan tren terhadap tingkat harga di Indonesia., tingkat harga di Thailand dan Malaysia telah meningkat walaupun harga tukar US dollar menurun. Tahun lalu, Goldman Sachs juga menyebutkan bahwa terjadi penurunan 20-30% pada voice tariffs. Oleh sebab itu pelanggan di Indoneisa telah menikmati rendahnya harga rata-rata selama beberapa tahun dimana telah membawa menuju peningkatan market penetration. ---

(d). Pengguna telephone genggam menunjukan pertumbuhan yang stabil sejak 2002, kecuali pada tahun 2005 dimana pengguna perlahan-lahan menurun. Bukti ini menunjukkan bahwa industri di Indoneisa memberikan keuntungan bagi pelanggannya. Khususnya, karena para pengguna baru biasanya adalah pengguna jasa/layanan yang tidak seantusias para pengguna lama, adalah signifikan bahwa Indonesia tidak melihat penurunan terhadap pengguna dimana dapat memberikan perkiraan adanya pertumbuhan yang stabil didalam penetrasi pasar. Penurunan ini telah dialami oleh negara lain. --- 194. Pada Laporan Analisa Pertama juga ditemukan bukti persaingan agresif antara para operator di Indonesia. Berikut faktor yang dipertimbangkan daidalam Laporan Analisa: --- (a) Pangsa pasar Indosat menurun selama dua tahun terakhir. Sebagian beasar

pangsa pasar Indosat telah berkurang dan berpindah memilih Excelcomindo dan Mobile-8. Pangsa pasar kolektif dari Indosat dan Terkomsel telah menurun lebih dari 3 persen antara tahun 2005 sampai 2006. Pangsa pasar Terlkomsel berada di depan disebabkan karena jangkauan jaringan yang superior. Kalau oeprator-operator lain melaksanakan rencana ekspansi daya jangkauannya, ada kemungkinan mereka mendapatkan proporsi pelanggan baru yang lebih besar. - (b) Pengguna Indosat dan Telkomsel biasanya membayar lebih per menitnya untuk

panggilan lokal di weekdays selama peak hours. Tetapi, mereka adalah operator-operator yang mapan dan adalah lumrah bagi para pendatang baru untuk menetapkan tarif lebih rendah daripada operator-operator yang sudah

179

ada. Hal ini dikarenakan para pendatang baru harus meyakinkan para pelanggan untuk meninggalkan merek yang sudah mapan dan dengan begitu mereka menggunakan taraif yang lebuh murah untuk dapat menggenggam pasar. Dan juga tariffs reflect value dan operator-operator dengan jangkauan luas (keduanya dalam arti jangkauan dan pelanggan) dapat mendapat nilai yang lebih dalam arti penggunaan dan penawaran on-net calling terhadap largest base. --- (c) Excelcomindo dan Mobile-8 telah memperkenalkan beberapa promosi dan

penawaran untuk meningkatkan kedua jumlah pelanggan dan pengguna. Pada kenyataannya Excelcomindo dan Mobile-8 secara agresif menargetkan pelanggan baru membuktikan adanya kekurangan penghalang pertumbuhan didalam pasar. --- 195. Laporan Spectrum mempunyai kesimpulan yang sama yang berbunyi “Situasi

terakhir dari pasar mobile di Indonesia adalah komeptitif, jika tidak kompetitif, dibandingkan dengan pasar yang lain.” Berikut faktor yang menjadi pertimbangan didalam Laporan Spectrum: --- (a) Jumlah operator mobile di pasar Indoneisa lebih besar dibandingkan dengan

emerging and regional markets. Jumlah operator yang mapan ini merupakan

indikasi bahwa terdapat level persaingan usaha di pasar.--- (b) Kombinasi pangsa pasar Indosat dan Telkomsel, dua operator kuat di

Indonesia, dapat dibandingkan dengan pangsa pasar dari dua operator besar di pasar yang berbeda. Kombinasi pangsa pasar dari dua operator terdepan di Indonesia sebaiknya tidak menimbulkan kekhawatiran akan adanya praktek

anti-competitive dibandingkan dengan pasar yang lain dimana diasumsikan

lebih bersaing. --- (c) HHI dari pasar Indonesia adalah lebih rendah dibandingkan dengan

comparable markets dan ini berarti bahwa tingkat persaingan yang ada di pasar

Indonesia lebih tinggi. Terlebih, HHI dari pasar Indonesia lebih rendah daripada HHI di pasar Cina dan Philipina. Tingkat perbandingan di kedua pasar adalah dipertimbangkan dengna reasonably competitive oleh para analis. HHI juga merefleksikan adanya peningkatan pada pasar persaingan sejak STT mempunyai andil di Indosat. --- (d) Indonesia berkembang cepat dibandingkan pasar lain yang memiliki tingkat

perkembangan yang sama. Hal ini menunjukan bahwa operator-operator mobile

di Indonesia sanga agresif dalam mengembangkan pasarnya dan menunjukkan bahwa tidak ada perilaku anti-competitive di pasar.--- (e) Cara perhitungan yang dilakukan Laporan LPEM mengenai consumer loss

adalah tidak benar, berikut alasan-alasannya: --- (1) Laporan LPEM mempergunakan data extrapolation of pricing dari ITU

yang tidak dapat dipercaya; --- (2) Laporan LPEM mempunyai sumber data yang tidak konsisten;--- (3) Laporan LPEM menggunakan unweighted average dari PSTN, on-net dan

off-net tarif; --- (4) Laporan LPEM menggunakan perbandingan yang tidak sesuai dengan

mayoritas pasar post-paid;--- (5) Laporan LPEM menggunakan perbandingan yang tidak sesuai dengan pasar

180

(6) Laporan LPEM dibuat tidak efektid dengan menggunakan headline pricing

sebagai perbandingan dengan pasar lainnya; dan --- (7) Laporan LPEM menyandarkan pada data pasar yang tidak dapat dipercaya. - Perhitungan keseluruhan tentang kerugian pelanggan (consumer loss) dari laporan LPEM adalah tidak benar dan tidak ada bukti lain yang membuktikan adanya kerugian pada pelanggan (consumer loss). ---

(f) The average revenue per user (“ARPU”) dari operator-operator mobile sebagai

persentase dari gross domestic product (“GDP”) per kapita di Indoneisa adalah salah satu terendah di wilayah. Hal ini membuktikan walaupun Indonesia memiliki GDP per kapita relatif sangat rendah dibandingkan pasar yang lain. Sementara itu hal ini tidak semata-mata dapat diindikasikan adanya komepetisi/persiangan, dimana ARPU menggambarkan sebagai persentase dari GDP per kapita, jelas sudah bahwa pelanggan Indonesia adalah spending

comparable atau lower proportions dari GDP per kapita pada layanan moblie

dibandingkan dengan pelanggan di pasar yang lain. --- (g) Indonesia memiliki churn rates yang sangat tinggi dibandingkan dengan

regional peers. Hal ini membuktikan adanya indikasi yang kuat adanya

kompetisi/persaingan di pasar dan juga menunjukkan adanya pergerakan yang substansial dari para pelanggan antar operator-operator, ada kemungkinan dikarenakan dalam rangka menjawab terhadap marginal price changes atau

ongoing promotions. ---

(h) Operator-operator di Indonesia menerima perbandingan atau pengembalian yang rendah pada aset mereka dari pada opertor di pasar yang lain. Walaupun operator-operator di Indonesia dicerminkan mendapatkan margin earnings before interest, taxes, depreciation and amortization (“EBITDA”) yang tinggi, margin EBITDA di Indonesia menjadi naik karena pemakaian method of

calculation. EBITDA bukan merupakan tolak ukur dalam melihat profitability

for the capital-intensive di pasar mobile Indonesia. Pengukuran yang baik

untuk digunakan sebagai pertimbangan adalah return on assets (“RoA”) didalam pasr Indonesia. Dengan menggunakan pengukuran RoA, pasar mobile

di Indonesia tidak signifikan lebih menguntungkan dibandingkan dengan negara lainnya. Keuntungan yang sedikit diharapkan karena Indonesia mempunyai sovereign rating untuk foreign currency long term debts dan dengan demikian RoA yang lebih tinggi dieprlukan untuk emnjamin re- investasi, pelayanan berkualitas tinggi dan ekspansi yang berkelanjutandari jaringan tersebut. --- 196. Dan juga berkaitan untuk mempertimbangkan the degree of price competition di dalam pasar. Laporan CA menemukan “bukti terdahulu dan peningkatan persaingan harga (evidence of past and increasing price competition)” berdasarkan fakta sebagai berikut:--- (a) ARPU yang tinggi biasanya diindikasikan sebagai tarif yagn tinggi dan/atau

pengunaan oleh pelanggan yang tinggi. ARPU dari tiga operator selular utama di Indonesia menurun secara signifikan antara tahun 2002 hingga 2006 – Telkomsel 42%, Indosat lebih dari 50% dan Excelcomindo 65%. Persaingan harga yang hebat diidentifikasikan sebagai alasan kunci dari penurunan ARPU, keduanya berasal dari laporan financial para operator-operator dan komentator industri. ---

181

(b) Penurunan harga juga ditunjukan dengan tolak ukur lain dari pendapatan yang dinamakan Average Revenue Per Minute (“ARPM”). ARPM merupakan indikator yang lebih spesifik mengenai harga rata-rata (average prices) dari ARPU. Penelitian dari Deutsche Bank ditemukan bahwa antara tahun 2005 dan kuartal pertama dari tahun 2006, ARPM dari tiga operator-operator selular di Indonesia menurun secara signifikan. Penelitian menyimpulkan bahwa telah ada “lebih dari 20% accumulated voice tariff reductions antara 2004-1 H06” berdasarkan perhitungan dari ARPM. ARPM Indonesia sekarang berada dibawah rata-rata yang muncul di Asia dan diantara yang terendah di Asia. --- (c) Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi dari churn rate bulanan diantara

yang muncul di negara-negara Asia pada kuartal keempat tahun 2006. Sementara churn rates ini tidak dibuat secara eksplisit baik para pelanggan berputar memilih diantara tarif yang ditawarkan oleh satu operator mobile

maupun berputar memilih diantara operator-operator mobile, telah jelas bahwa tidak ada rintangan untuk para pelanggan apabila ingin mengganti operator. ---- (d) Ketiga operator mengadopsi strategi penentuan harga (pricing) yang berbeda.

Beberapa ada yang menarifkan tarif flat (contoh Indosat IM3) sementara yang lain membedakan pembagian waktu perhari (contoh Kartu As Telkomsel). Excelcomindo mempunyai cara penentuan tarif yang berbeda berdasarkan wilayah bebas tarif. Laporan keuangan dari para operator-operator menunjukan bahwa telah sering terjadi penawaran harga baru dihubungkan dengan parameter harga dari jangkauan yang luas termasuk memperkenalkan penyeragaman harga nasional yang baru, tarif flat, paket perdana (starter

packs), membebaskan dari biaya langganan, memperpanjang periode off-peak

dan penawaran spesial. Bukti menunjukan bahwa operator-operator selular telah bersaing dengan penuh semangat dengan cara menurunkan harga. Credit Suisse melaporkan bahwa antara Juni 2004 dan September 2005, telah ada penurunan ten-fold pada harga paket perdana. Hal ini jelas dibuat untuk meningkatkan jumlah pelanggan dan penetrasi mobile, dan untuk menanggapi berkurangnya pelanggan yang diakibatkan oleh persaingan dari operator- operator yang lain. --- (e) Telah ada perkembangan-perkembangan lain yang menuju kearah penurunan

harga: --- • Tahun 2004, Excelcomindo, dimana sebelumnya dianggap oleh pelanggan sebagai operator yang mahal, re-branded dan re-positioned dirinya sendiri. • Pada akhir 2005, operator-operator selular memperkenalkan tarif off-peak

dimana merupakan hasil dari penurunan substansi harga. --- • Operator-operator selular menurunkan biaya langganan perbulan atau

meniadakannya.--- • Operator-operator selular memperkenalkan tarif flat. ---

(f) Ada bukti bahwa para operator utama saling bereaksi terhadap harga satu sama lain dan perubahan paket. Sebagai contoh, tahun 2005, Telkomsel menanggapi dalam waktu sebulan terhadap penawaran yang dibuat oleh Indosat dan Indosatpun sama menanggapi tawaran yang dibuat oleh Telkomsel. Ada banyak contoh mengenai hal tersebut. --- (g) Walaupun tidak biasa untuk tarif peak bagi paket-paket yang sudah dikenal

mapan untuk berubah secara dramatis dalam pengembangan pasar mobile,

sekitar pertengahan 2006, harga peak untuk paket perdana yang sudah dikenal mapan menurun. Salah satu alasannya adalah adanya pengerahan tekanan yang kompetitif dari operator-operator FWA yang memasang harga mereka

182

mendekati tarif fixed. Persaingan ini dapat diperkirakan mempertinggi sebagaimana FWA baru-baru ini mengalokasikan sebagai spectrum yang lebih baik dan struktur harga yang lebih rendah daripada operator-operator 2G dan 3G. Dan juga, beberapa dari operator-operator FWA telah memperkuat posisi finansial mereka. Sebagai contoh, Bakrie Telecom memperoleh kredit sindikasi yang besar pada bulan Juni 2007. Dana ini akan digunakan untuk memulai layanan di Indonesia. --- (h) Layanan 3G Hutchinson diluncurkan pada Maret 2007 dan Hutchinson telah mengadopsi strategi pricing yang agresif, menempatkan harganya mendekati harga operator-operator FWA. Operator-operator lainnya bereaksi terhadap harga Hutchinson dengan melakukan promosi penawaran. --- (i) Harga maksimum dari tarif prepaid telah ada pengaturannya. Harga maksimum dari airtime, biaya berlangganan dan harga interconnection telah ditetapkan oleh Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi. Bahkan badan regulator sesungguhnya dapat mencegah adanya persaingan harga. Sebagai contoh, strategi pemasaran Mobile-8 pernah dihalangi oleh BRTI. BRTI tidak memperbolehkan Mobile-8 untuk bundle mobile dan hasil layanan FWA di Mobile-8 tidak mampu menawarkan jangkauan yang hebat dengan FWA dalam area lokal dan mobile roaming diluar area lokal. --- 197. Dapat dimengerti bahwa pasar Indonesia untuk layanan telekomunikasi selular

bersaing sangat ketat, dengan pertumbuhan yang sangat tinggi sejak 2001 dan persaingan agresif antara operator-operator. Dibandingkan dengan pasar regional yang sebanding, pasar Indonesia lebih tidak terkonsentrasi, dengan lebih banyak operator yang memiliki izin. Kompetisi harga telah membawa kepada tarif yang lebih rendah dan inovatif terhadap konsumennya. Harga yang bergejolak juga mengindikasikan adanya kompetisi. Berdasarkan fakta-fakta ini, dan bukti pasar

(market evidence), tuduhan-tuduhan KPPU harus dipertimbangkan kembali ---

Konsentrasi Pasar ---

198. Titik awal KPPU adalah klaim berdasarkan perhitungan HHI dalam suatu pasar tertentu (pasar telekomunikasi seluler), struktur pasar menjadi lebih terkonsentrasi sejak tahun 2001.91 --- 199. Faktanya, sebagaimana dijelaskan dalam laporan dari Analysys Consulting Limited tertanggal 24 Oktober 2007 (Laporan Analisis Kedua/ Second Analysis Report), KPPU hanya memperoleh hasil dengan mengeluarkan salah satu operator dari pasar, Mobile 88. Bila pasar Mobile 88 dimasukan dalam perhitunagn HHI, hasilnya menunjukan bahwa HHI tidak meningkat signifikan di tahun-tahun terakhir ini namun relative stabil. Hasil tersebut muncul secara khusus dari perhitungan HHI menggunakan jumlah pelanggan yang hasilnya adalah 0,407 untuk tn 2002 dan hamper identik yaitu 0,405 untuk tahun 2006. Sesuai komentar Second Analysis Report, KPPU telah men-justifikasi pilihan tersebut dengan

91

183

menggunakan (semata-mata) pendapatan dengan mengukur konsentrasi pasar. Fotokopi Second Analysis Report terlmpir dalam Bukti G --- 200. Bpk. Pasaribu juga menemukan bahwa tingkat HHI di Indonesia adalah umum dan pada faktanyaHHI di Indonesia lebih rendah disbanding Negara di dunia. --- 201. KPPU mencoba untuk mendukung analisis HHI melalui perhitungan lainnya,

Generalized Herfindahl-Hirschmann Index (GHHI).92 Hal ini tidak umum digunakan dibidang ekonomi dan tidak juga digunakan oleh Negara-negara antitrust dan Negara yang mengatur anti monopoli. Lebih lanjut, sebagaimana dijelaskan dalam Second Analysis Report, perhitungan KPPU ata GHHI adalah salah. Hal ini karena perhitungan menggunakan persentase kepemilkan ICL/ICPL dan Singtel Mobeile di Indosat dan Telkomsel yang memiliki kuasa untuk mengontrol perusahaan tersebut. Hal ini mengabaikan komentar penulis Second Analysis Report yang tulisannya itu digunakan oleh KPPU, bahwa kepemilikan saham mungkin tidak menggambarkan control perusahaan. Dalam perkara aquo, hal tertentu dari struktur kepemilikan saham di Indosat dan Telkomsel mengindikasikan bahwa pihak yang memiliki control adalah Pemerintah Indonesia (karena kepemilikan sahamnya dan karena Saham Seri A dan hak-hak istimewa- nya) dan Telkom. Faktor-faktor tersebut seharusnya dipertimbangkan untuk memperoleh nilai GHHI yang layak.--- 202. Hal ini menunjukan bahwa kesimpulan yang diambil oleh GHHI KPPU tidak

menghasilkan kesimpulan apapun. ---

Performa Finansial Telkomsel ---

203. Sebagai tambahan atas klaimnya mengeni pasar secara keseluruhan, KKPU melanjutkan sejumlah klaim bahwa Telkomsel memiliki EBITDA yang lebih tinggi disbanding kompetitor terdekatnya, Indosat dan Exelcomindo93, bahwa Telkomsel memiliki Return on Equity (ROE) yang sangat besar94 dan pendapatan operasional, total asset dan modal pemegang saham meningkat secara eksponen sejak tahun 200295. Klaim ini tampaknya dibuat untuk mendukung pernyataan bahwa Telkomsel memiliki kekuatan pasar dan terlibat dalam tariff yang tinggi.--- 204. Faktanya, pernyataan ini sangatlah salah untuk alasan yang dijelaskan secara detil dalam Second Analysis Report. Laporan tersebut menjelaskan: --- a. Margin EBITDA yang tinggi bukan indikasi terhadap penguasaan pasar. Ia

hanya berarti bahwa perusahaan berada dalam suatu industri dengan persyaratan belanja modal dimuka yang tinggi, dimana merupakan hal yang wajar bagi operator telekomunikasi seluler di seluruh dunia. Lebih lanjut, 92 Ibid paragrf 115-122 93 Ibid paragrf 159-161 94 Ibid paragrf 174-177 95 Ibid paragrf 178-185

184

margin EBITDA Telkomsel tidak meningkat selama periode 2001 -2006. Bagaimanapun hal ini menunjukkan stabilitas pasar dibandingkan dengan adanya kekuatan pasar selama periode yang dimaksud. --- b. ROE tidak memberikan indikasi apakah suatu tariff berlebihan atau tidak,

mengingat hal itu hanya memperhitungkan pengaruh perseroan. Klaim KPPU, bahwa “ROE yang wajar” adalah 20-35% tidak didukung oleh preseden atau analisis ekonomi, namun hanya merupakan pernyataan mentah. Pada faktanya, sebagaimana tercatat dalam Analisis, tidaklah mungkin menetapkan suatu standard bagi ROE suatu perusahaan yang terdaftar dengan standar modal internasional seperti Telkom, induk perusahaan dari Telkomsel.--- c. Peningkatan pendapatan operasional Telkomsel, total asset dan modal

pemegang saham terjadi bukan dikarenakan oleh tindakan anti-monopoli yang dilakukan Telkomsel (terutama oleh Temasek), tetapi dikarenakan oleh pertumbuhan eksponensial dari pasar telekomunikasi seluler Indonesia menuju pada peningkatan pesat pada investasi dan juga pertumbuhan pelanggan yang tinggi. Sebagai tambahan, tampaknya bahwa klaim pertambahan pendapatan adalah berdasarkan angka yang belum disesuaikan dengan peningkatan inflasi sebesar 58% saat itu sehingga hal-hal terkait menjadi berlebihan. Lebih lanjut, harga hanya bisa dinyatakan berlebihan bilamana dikaitkan dengan biaya. Tidak hanya biaya operasional tidak dipertimbangkan dalam sejumlah perhitungan biaya, hal itu juga terkena dampak dari faktor lain seperti pertumbuhan pelanggan dan penggunaan serta untuk itu tidak dapat dilakukan pengambilan keputusan mengenai tingkat harga. --- 205. Pada situasi tersebut, kinerja keuangan Telkomsel selama periode 2001-2006 tidak memberikan dukungan apapun terhadap pernyataan KPPU mengenai situasi kompetitif yang terjadi pada pasar telekomunikasi seluler di Indonesia.---

Kinerja Pasar Indosat---

206. Beralih dari Telkomsel kepada Indosat, KPPU menyatakan [/menduga] bahwa kinerja Indosat telah menurun selama periode 2001-2006.96 --- 207. Namun demikian, bukti-bukti yang ada mengindikasikan bahwa kinerja Indosat

telah berubah-ubah selama periode ini, hal ini terutama dikarenakan adanya merger Satelindo dengan IM3 pada tahun 2003. Johnny Swandi Sjam, Presiden Direktur Indosat, untuk dan atas nama Direksi Indosat, dalam paragraf 4 suratnya tertanggal 13 Agustus 2007: --- “Berikut adalah penjelasan sehubungan dengan kinerja Indosat. Sejak tahun 2001, Indosat telah mengalami beberapa perubahan structural, baik terhadap kegiatan usaha maupun terhadap struktur grup perusahaan. Hingga tahun 2001, kegiatan usaha Indosat yang utama adalah usaha telekomunikasi internasional. Namun, melihat pada perkembangan teknologi menuju pembauran antara mobilitas dan bandwith, Indosat mengubah visi nya menjadi operator telekomunikasi terintegrasi yang memfokuskan dirinya pada bidang seluler.

Indosat memperoleh kepemilikan Satelindo secara penuh pada tahun 2002 dan membentuk subsidiary seluler pada tahun 2001. Perubahan signifikan lainnya adalah merger antara Satelindo, IM3 dan Indosat di akhir tahun 2003. Sebagaimana proses merger pada umumnya, perubahan kegiatan

96

185

usaha Indosat membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat diimplementasikan pada beberapa aspek kegiatan usaha, antara lain struktur kegiatan usaha, intergrasi jaringan, organisasi dan budaya

perusahaan.---

Semenjak perjanjian merger ditandatangani di akhir tahun 2003, proses perubahan pada struktur organisasi, budaya perusahaan, identitas/nama dagang perseroan, perjanjian-perjanjian hukum/kontraktual, terutama pada jaringan dan infrastruktur pada umumnya diselesaikan sekitar tahun 2006. Hal ini telah mempengaruhi penjualan service [/jasa] Indosat dan karenanya kinerja Indosat berflutuasi hingga pertengahan tahun 2006. Selama periode ini, patut pertimbangkan bahwa tidak ada operator lainnya yang mengalami perubahan signifikan sebagaimana Indosat. ---

Terlepas dari adanya kondisi-kondisi diatas, dengan skala bisnis dan perusahaan seukuran Satelindo, IM3 dan Indosat dengan cakupan bisnis yang luas, proses perubahan tersebut dapat dianggap sebagai proses yang lancar yang tidak memakan waktu yang lama. Skala bisnis yang dimaksud, dari sudut pandang jumlah pelanggan, tetap meningkat secara signifikan ditengah kompetisi yang ketat. Bila dibandingkan dengan provider lainnya yang tidak mengalami perubahan strutural yang signifikan sebagaimana yg dialami Indosat, kinerja provider-provider tersebut selama proses transisi Indosat seharusnya dapat lebih baik lagi dibandingkan dengan kinerja Indosat. ---

Sejak pertengahan tahun 2006, Indosat mulai memperoleh momentum dalam hal perolehan pelanggan dan pendapatan. Peningkatan dibidang kinerja juga terlihat

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2007 (Halaman 177-198)