• Tidak ada hasil yang ditemukan

1) Harga Bayangan Output

4.6 Analisis Indikator Matriks Kebijakan

Kelebihan model PAM adalah selain diperoleh koefisien DRCR (Domestic Resources Cost Ratio) sebagai indikator keunggulan komparatif, analisis ini juga dapat menghasilkan beberapa indikator lain yang berkaitan dengan variabel dayasaing, seperti PCR (Private Cost Ratio) untuk menilai keunggulan kompetitif, NPCO (Nominal Protection Coefficient on tradable Inputs), EPC (Effective Protection Coefficient), PC (Profitability Coeffisient), dan SRP (Subsidy Ratio to Producers). Untuk mendapatkan nilai-nilai koefisien tersebut, setiap unit biaya (input), output, dan keuntungan dikelompokkan ke dalam harga pasar (harga privat) dan harga sosial. Dari selisih perhitungan berdasarkan kedua kelompok harga tersebut diperoleh angka transfer untuk menilai dampak dari penerapan kebijakan pemerintah yang berlaku pada komoditas belimbing dewa dan

60 mengukur dampak dari adanya kegagalan pasar. Tabulasi matriks analisis kebijakan dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Matriks Analisis Kebijakan (PAM) Keterangan Penerimaan Biaya Keuntungan Input tradable Input non- tradable Harga Privat A B C D Harga Sosial E F G H Efek Divergensi I J K L

Sumber : Monke dan Pearson, 1989 Keterangan :

Keuntungan Privat (D) = A – (B+C)

Keuntungan Sosial (H) = E – (F+G)

Transfer Output (I) = A – E

Transfer Input (J) = B – F

Transfer Faktor (K) = C – G

Transfer Bersih (L) = D – H = I – (J+K)

Rasio Biaya Privat (PCR) = C/(A – B)

Rasio Biaya Sumberdaya Domestik (DRCR) = G / (E – F) Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) = A/E Keofesien Proteksi Input Nominal (NPCI) = B/F

Koefisien Proteksi Efektif (EPC) = (A – B)/(E – F)

Koefisien Keuntungan (PC) = D/H

4.6.1 Analisis Keuntungan

Keuntungan adalah selisih antara penerimaan (nilai penjualan komoditas yang diterima) dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani. Analisis keuntungan terdiri dari keuntungan privat dan keuntungan sosial. Keuntungan privat (KP) menunjukkan selisih antara penerimaan dengan biaya yang sesungguhnya diterima atau dibayarkan petani. Nilai KP yang lebih besar dari nol berarti secara finansial menguntungkan, yaitu kondisi adanya kebijakan pemerintah atau komoditas menguntungkan untuk diusahakan. Jika nilai KP kurang atau sama dengan nol maka yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu kegiatan usaha tidak menguntungkan pada kondisi adanya intervensi pemerintah terhadap input dan output. KP dirumuskan oleh Monke dan Pearson (1989) sebagai berikut :

Private Profitability (PP); D = A – (B+C)

Social Profitability (SP); H = E – (F+G)

Keuntungan Sosial (KS) menunjukkan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dihitung dengan harga sosial (harga bayangan). Jika nilai KS lebih

61 besar dari nol maka secara ekonomi, yaitu pada kondisi pasar persaingan sempurna, kegiatan pengusahaan komoditas dapat dilanjutkan karena menguntungkan atau komoditas tersebut memiliki keunggulan komparatif. Jika nilai KS kurang dari atau sama dengan nol maka kegiatan usaha tidak menguntungkan secara ekonomi atau pada kondisi pasar persaingan sempurna. 4.6.2 Analisis Efisiensi

Tingkat efisiensi pengusahaan suatu komoditas dapat dilihat dari dua indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif dapat dilihat dari nilai Rasio Biaya Privat (Private Cost Ratio atau PCR) yaitu rasio antara biaya input domestik privat dengan nilai tambah privat. Jika nilai PCR lebih kecil dari satu, artinya untuk meningkatkan nilai tambah output sebesar satu satuan diperlukan tambahan biaya faktor domestik lebih kecil dari satu satuan. Hal ini menunjukkan bahwa pengusahaan komoditas tersebut efisien secara finansial atau memiliki keunggulan kompetitif pada saat ada kebijakan pemerintah. Jika nilai PCR lebih besar atau sama dengan satu maka yang terjadi adalah sebaliknya.

Private Cost Ratio (PCR) = C/ (A – B)

Keunggulan komparatif suatu komoditas juga dapat dilihat dari nilai Rasio Biaya Sumberdaya Domestik (Domestic Resources Cost atau DRC). Jika nilai DRC lebih kecil dari satu, maka pengusahaan komoditas efisien secara ekonomi atau memiliki keunggulan komparatif pada kondisi tanpa ada kebijakan. Hal ini sebaliknya berlaku jika nilai DRC lebih dari satu.

Domestic Resources Cost Ratio (DRC) = G/ (E – F) 4.6.3 Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah

Dampak kebijakan pemerintah yang diidentifikasikan dari analisis PAM meliputi dampak kebijkan pemerintah terhadap output, input dan dampak kebijakan terhadap input-output. hasil matriks kebijakan yaitu baris ketiga akan menunjukan divergensi dimana apabila terdapat perbedaan nilai dari baris pertama dan baris kedua mengindikasikan adanya intervensi atau kebijakan pemerintah sehingga pasar terdistorsi.

62 1. Dampak Kebijakan terhadap Output

Kebijakan pemerintah terhadap output dijelaskan oleh nilai Transfer Output (TO) dan Koefisien Proteksi Output Nominal (Nominal Protection Coefficient on Output atau NPCO). Nilai TO merupakan selisih antara penerimaan privat dengan penerimaan sosial dari aktivitas produksi. Nilai transfer output yang positif menunjukan bahwa masyarakat membeli produk dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang seharusnya diterima. Jika transfer output bernilai negative, berarti terdapat kebijakan subsidi negatif yang membuat harga privat lebih rendah dari harga sosialnya. Untuk output ekspor, angka negatif menunjukan bahwa kebijakan menyebabkan harga output yang diterima produsen di dalam negeri lebih kecil dari harga pasar dunia. Berdasarkan matriks PAM, nilai TO yang dirumuskan dihitung sebagai berikut :

Output Transfer (OT) = A – E

NPCO menunjukan dampak insentif pemerintah yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai output yang diukur dengan harga privat dan sosial. Nilai NPCO negatif menunjukan bahwa akibat kebijakan pemerintah, harga privat lebih kecildari harga dunia sehingga dapat dikatakan bahwa produsen output memberikan nilai transfer kepada pemerintah (TO). Kebijakan ini dapat berupa subsidi negatif kepada produsen untuk barang ekspor.

Nominal Protection Coefficient on Tradable Output (NPCO) = A/E

Sumber : Monke dan Pearson (1989). 2. Dampak Kebijakan terhadap Input

Dampak kebijakan pemerintah terhadap input tradable dijelaskan dengan Transfer Input (TI) dan Koefisien Proteksi Input Nominal (Nominal Protection Coefficient on Input atau NPCI), sedangkan dampak kebijakan input domestik dijelaskan oleh Transfer Faktor (TF). Nilai TI menunjukan kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input tradable yang mengakibatkan terjadinya perbedaan input tradable privat dan sosial. Nilai transfer input positif menunjukan kebijakan pemerintah pada input tradable menyebabkan keuntungan yang diterima secara privat lebih besar dibandingkan tanpa adanya kebijakan. Nilai transfer input negatif menunjukan kebijaka pemerintah menyebabkan keuntungan yang diterima secara finansial lebih kecil dibandingkan tanpa adanya kebijakan.

63

Transfer Input (IT) = B – F

Niali NPCI lebih kecil dari satu menunjukan adanya proteksi terhadap produsen input, sementara sektor yang menggunakan input akan dirugikan dengan tingginya biaya produksi. Nilai NPCI lebih kecil dari satu menunjukan adanya hambatan ekspor input sehingga produksi menggunakan input lokal.

Nominal Protection Coefficient on Tradable Input (NPCI) = B/F

Sumber : Monke dan Pearson (1989).

Nilai Transfer Faktor (TF) menujukan pengaruh kebijakan pemerintah terhadap produsen dan konsumen yang berbeda dengan kebijakan pada input tradable. Nilai TF menujukan besarnya subsidi terhadap input non-tradable. Bila nilai transfer faktor negatif berarti terdapat subsidi positif pada input non- tradable.

Factor Transfer (FT) = C – G