• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Depok Dari segi pemasaran, pemerintah Kota Depok melalui Dinas Pertanian

Total 15 100,00 15 100,00 30 100,00 Tabel 24 menunjukkan bahwa persentase petani responden terbesar d

5.3 Gambaran Umum Usahatani Belimbing Dewa di Lokasi Penelitian

5.4.1 Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Depok Dari segi pemasaran, pemerintah Kota Depok melalui Dinas Pertanian

Kota Depok telah memfasilitasi terbentuknya Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Depok (Puskop) yang bertugas untuk memasarkan hasil buah dan olahan belimbing dari para petani Kota Depok. Sesungguhnya, Puskop dibentuk berdasarkan inisiasi dan kesepakatan bersama para petani belimbing di Kota Depok serta seluruh stakeholders lainnya (Dinas Pertanian Kota Depok,

88 KTNA, APEBEDE, dan lain-lain). Puskop resmi didirikan pada tanggal 30 Oktober 2007 dan mulai beroperasi pada Januari 2008. Selama bulan November- Desember 2007, Puskop melakukan persiapan manajerial yaitu dengan mengadakan recruitment sumberdaya manusia (tenaga kerja). Pengoperasian Puskop dilakukan pada saat yang sangat tepat karena pada saat itu merupakan masa panen raya belimbing Kota Depok yang hanya terjadi setiap 2-3 tahun sekali. Sehingga pada saat itu Puskop dapat langsung berperan dalam upaya mengakomodasi pemasaran hasil panen petani belimbing, yang sebelumnya sangat bergantung kepada para tengkulak.

Gambar 14. Gedung Puskop (kiri) dan Papan Nama Puskop (kanan) Puskop dibentuk guna membuat pemasaran belimbing di Kota Depok menjadi satu pintu. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan petani belimbing sekaligus menjadikan Kota Depok sebagai sentra produksi belimbing sehingga belimbing dapat menjadi icon Kota Depok. Namun, petani responden di lokasi penelitian yang menjual hasil panennya kepada Puskop hanya sebanyak 28,85 persen. Sebagian besar petani responden masih menjual hasil panennya kepada para tengkulak (55,77 persen). Hal ini menunjukkan bahwa tujuan dari pembentukan Puskop untuk menjadikan pemasaran belimbing di Kota Depok menjadi satu pintu masih belum tercapai. Sebagian besar alasan petani menjual hasil panennya kepada pihak selain Puskop adalah karena sistem pembayaran yang lebih cepat atau kontan (cash). Sistem pembayaran yang dilakukan oleh Puskop yaitu dengan menyerahkan faktur pembayaran kepada petani dan faktur tersebut dicairkan setelah 3 – 7 hari kemudian. Kondisi ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Puskop agar memperbaiki sistem pembayarannya. Jika Puskop tidak dapat melakukan pembayaran kontan secara

89 langsung, sebaiknya Puskop dapat memberikan down payment (DP) sebesar 15-25 persen pada saat petani menyerahkan hasil panennya dan melunasinya sesuai dengan sistem yang telah diterapkan oleh Puskop yaitu melunasi setelah 3 – 7 hari kemudian.

Puskop merupakan mitra binaan bagi petani. Puskop tidak hanya membeli belimbing dari petani tetapi juga memperhatikan kebutuhan usahatani belimbing petani di antaranya yaitu dengan memberikan bantuan berupa alat-alat produksi (bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kota Depok), membantu pemasaran serta membantu permodalan bagi petani (bekerjasama dengan Bank Mandiri). Selain itu, Puskop juga berfungsi untuk menguatkan bargaining position petani belimbing, khususnya dalam menghadapi pasar. Saat ini, Puskop memiliki anggota sebanyak 300 petani belimbing, namun petani yang loyal dan mendapat bantuan pinjaman Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Bank Mandiri hanya sebanyak ± 150 orang dari semua kecamatan di Kota Depok. Rata- rata hasil panen petani sebanyak 2-3 ton per minggu. Pada saat hasil produksi belimbing petani lemah/sedikit, Puskop tidak memberi batasan pemetikan atau pengiriman belimbing dari petani ke Puskop. Tetapi jika sedang panen raya/produksi melimpah, Puskop membatasi pemetikan/pengiriman belimbing maksimal 3 ton per hari. Perlakuan lanjutan yang dilakukan Puskop terhadap belimbing yang dihasilkan petani adalah sortasi, grading, pelabelan, dan packaging. Kemudian, Puskop menjualnya kepada Carefour, Makro (Lottemart), Alfa Retailindo, Total Buah, Yogya Bandung, outlet buah (Greenfield Cibubur, All Fresh, Frutterry, Papaho) dan Pasar-pasar Tradisional. Namun, saat ini Puskop hanya memiliki tiga pelanggan tetap yaitu carefour, toko total buah dan pasar induk Kramat Jati.

Harga belimbing yang dijual oleh petani dihargai oleh Puskop dengan kisaran harga untuk masing-masing grade yaitu grade A adalah Rp 6.000-7.000 per kg, grade B Rp 5.000-5.500 per kg, dan grade C Rp 1.500-2.000 per kg. Harga ini jauh lebih baik/tinggi dibandingkan dengan harga yang diberikan oleh tengkulak. Tengkulak biasanya membeli belimbing kepada petani dengan sistem borongan (membeli per keranjang dan tidak diklasifikasikan), dimana untuk grade A dan B dihargai sama yaitu Rp 3.500 – Rp 5.000 per kg dan untuk grade C

90 merupakan bonus (dibawa saja oleh tengkulak atau jika dihargai sangat murah, misal Rp 50.000 per keranjang). Sehingga harga yang diberikan oleh Puskop lebih tinggi dibandingkan oleh tengkulak, dengan perbedaan harga berkisar antara Rp 1.500 – Rp 3.500 per kg. Sedangkan untuk grade C, tengkulak tidak menghargai sama sekali (dianggap bonus) sedangkan Puskop masih mau menghargai Rp 1.500 – Rp 2.000 per kg.

Puskop memiliki kendala dalam permodalan dan pengembalian pinjaman PKBL Bank Mandiri yang diberikan kepada petani melalui Puskop (sebagai penjamin) karena adanya kredit macet petani. Hal ini terjadi karena adanya moral hazard yang dilakukan salah satu oknum pada saat pendataan petani yang mendapatkan bantuan pinjaman, sehingga banyak data petani fiktif. Oleh karena itu, pada saat pembayaran pinjaman banyak petani yang tidak membayar pinjaman dikarenakan fiktif. Oknum tersebut kini sudah tidak menjadi bagian dari Puskop. Saldo Puskop yang telah tertarik ke rekening Bank Mandiri untuk membayar kredit macet petani adalah sebanyak Rp 160 juta selama dua tahun terakhir ini. Selain itu, pembayaran cicilan kredit ke Bank Mandiri adalah setiap bulan, sedangkan Puskop menerima pembayaran dari petani (menggunakan belimbing yang diserahkan kepada Puskop) setiap tiga bulan sekali sehingga Puskop juga sering menalangi terlebih dahulu cicilan tersebut setiap bulannya. Sehingga lama- kelamaan modal Puskop menjadi berkurang dan menyebabkan kondisi keuangan Puskop melemah.

Adapun solusi yang diharapkan dari pemerintah untuk mengatasi kendala yang dihadapi oleh Puskop tersebut antara lain adalah (1) Pemerintah membantu membuatkan surat sakti pemasaran untuk semua pasar retail di Kota Depok agar bersedia membeli belimbing dari Puskop; (2) Melakukan penyuluhan yang intensif kepada petani agar dapat memproduksi belimbing yang baik; (3) Mendorong masyarakat Depok untuk lebih mengerti, mengenal dan mengkonsumsi belimbing; (4) Membuat Belimbing Center; (5) Memberikan bantuan kredit modal kepada Puskop untuk kelancaran proses produksi; dan (6) Mendorong seluruh jajaran pemerintahan untuk turut mendukung belimbing sebagai icon kota, tidak hanya Dinas Pertanian tetapi seluruh dinas yang ada di

91 Kota Depok saling bahu-membahu membantu penguatan citra belimbing sebagai icon Kota Depok.

5.4.2 Pengumpul (Tengkulak)

Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, sebanyak 55,77 persen petani responden menjual hasil panennya kepada para pengumpul/tengkulak. Ada banyak pengumpul/tengkulak yang menjadi tempat penyaluran belimbing yang dihasilkan oleh para petani di Kota Depok. Namun, hanya ada enam orang yang termasuk pengumpul/tengkulak besar yaitu berasal dari Kecamatan Pancoran Mas sebanyak tiga orang, Kecamatan Sawangan sebanyak satu orang, Kecamatan Beji sebanyak satu orang dan Kelurahan Kelapa dua sebanyak satu orang. Para pengumpul/tengkulak besar ini biasanya menjual kembali belimbing yang telah dibelinya kepada para pedagang besar, pedagang pengecer maupun langsung kepada konsumen akhir. Umumnya harga yang diberikan oleh pengumpul/tengkulak kepada petani tidak terlalu tinggi sehingga petani cukup dirugikan. Namun petani masih sering dan suka menjual belimbing yang dihasilkannnya kepada pengumpul/tengkulak karena sistem pembayaran yang dilakukan oleh pengumpul/tengkulak lebih cepat (cash). Selain itu, jika petani kesulitan dalam hal permodalan untuk usahataninya, petani dapat meminjam dengan cepat kepada para pengumpul/tengkulak langganannya.

Petani responden di Kecamatan Cipayung yang menjual hasil panennya kepada pengumpul/tengkulak sebanyak 38,46 persen. Biasanya mereka menjual kepada pengumpul/tengkulak yang berasal dari berbagai wilayah yang berada di Kota Depok yang telah menjadi langganan mereka sebelum didirikannya Puskop. Sedangkan, petani responden dari Kecamatan Pancoran Mas yang menjual belimbingnya kepada pengumpul/tengkulak adalah sebanyak 73,07 persen. Petani responden tersebut sebagian besar menjualnya kepada satu orang pengumpul/tengkulak besar yang berasal dari wilayah yang sama yaitu Kecamatan Pancoran Mas. Pengumpul ini memiliki brandingStar Fresh” untuk belimbing yang dijualnya ke pasaran. Biasanya pengumpul tersebut akan mendistribusikan kembali belimbing yang diperolehnya kepada pedagang besar (Carefour dan pasar induk) dan pedagang pengecer (pasar-pasar tradisional serta toko-toko buah yang berada di wilayah jabodetabek). Hal ini menunjukkan pengumpul tersebut telah

92 memiliki manajemen yang cukup baik karena telah memiliki branding dan saluran pemasaran yang kontinu serta petani yang cukup loyal.