HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data
4.2 Analisis Data
4.2.1 Analisis Jenis Campur kode Ke dalam
Proses analisis data jenis campur kode melalui beberapa tahap. Tahap pertama, data diklasifikasikan menjadi dua yaitu data campur kode ke dalam dan data campur kode keluar. Tahap kedua, data tersebut di beri kode sesuai dengan jenis, tanggal tayang, dan nomor urut. Tahap ketiga, data yang telah diidentifikasi jenis campur kodenya dan di beri tanda “i”. Tahap keempat, selanjutnya dilakukan teknik baca markah dari kamus untuk mengetahui arti kata dalam bahasa Indonesia. Menurut Mastoyo (2007: 66) teknik baca markah adalah teknik analisis data dengan cara “membaca pemarkah” dalam suatu konstruksi. Berikut ini merupakan data tuturan pengisi acara Ini Talkshow yang didalamnya mengandung data campur kode ke dalam.
(1) Tulus : Ngomong !
Nunung : Yaa ngomong, kamu kalau ngomong ini ikolu. Tukul : Sudahlah, habis empat saya! (JCKD/1117/01)
(2) Tarzan : Kamu goda anakku ? Sule : Iyaaa Pak, tapi…
Tarzan : Gak boleh, ini ambil
Nunung : iBojo kok di bagi-bagi.(JCKD/15117/02)
Pada data (1) terdapat campur kode berupa kata kolu. Kata kolu dapat
diketahui sebagai campur kode dengan teknik baca markah untuk menandai kata
yang merupakan campur kode. Kata kolu pertama diklasifikasikan ke dalam tabel
jenis campur kode ke dalam. Kedua, setelah diklasifikasikan di beri kode
(JCKD/1117/01). Ketiga, pada kata kolu di beri tanda “i” untuk menunjukan kata tersebut termasuk dalam campur kode. Kata ikolu merupakan jenis campur kode
kedalam karena menggunakan bahasa jawa. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
Suandi (2014: 140-141) yang mengatakan bahwa campur kode ke dalam (Inner code mixing) adalah jenis campur kode yang menyerap unsur-unsur bahasa asli yang masih sekerabat. Keempat, setelah itu dilakukan lagi baca markah dari kamus bahasa Jawa yaitu kata kolu mempunyai arti tertelan menurut
(Poerwadarminta, 1939) Oleh karena itu itu dapat disimpulkan bahwa data (1)
berupa kata kolu merupakan jenis campur kode dalam.
Pada data (2) terdapat campur kode berupa kata bojo. Kata bojo dapat
diketahui sebagai campur kode dengan teknik baca markah untuk menandai kata
yang merupakan campur kode. Kata bojo pertama diklasifikasikan ke dalam tabel
jenis campur kode ke dalam karena menggunakan bahasa Jawa. Kedua, setelah
diklasifikasikan kemudian di beri kode (JCKD/15117/02. Ketiga, setelah di beri
tanda ibojo, dilakukan baca markah dari dari teori Suandi (2014: 140-141) yang mengatakan bahwa campur kode ke dalam (Inner code mixing) adalah jenis campur kode yang menyerap unsur-unsur bahasa asli yang masih sekerabat. kata
setelah itu dilakukan lagi baca markah dari kamus bahasa Jawa yaitu kata bojo
mempunyai arti istri atau suami menurut (Poerwadarminta, 1939) Oleh karena itu
itu dapat disimpulkan bahwa data (2) berupa kata bojo merupakan jenis campur
kode dalam.
Selanjutnya, berikut ini merupakan data tuturan pengisi acara Ini Talkshow yang didalamnya mengandung data campur kode ke dalam pada nomor 3, dan 4.
(3) Andre : Cari siapa ? Nunung : Kakek
Andre : Kakeknya hilang ?
Nunung : Hoo katanya ikelindessepur
Andre : Wahhh berarti sudah meninggal dong
Nunung :Tapi aku gak percaya, karena aku belum lihat sendiri, mudah-mudahan sih iya.
Andre : Wahhh ya jangan dong, ngomong-ngomong kakeknya ciri-cirinya gimana ?
Nunung : Dah tua!
Andre : Kalau kakek ya pasti tua, mukanya kotak, terus ada rambutnya putih semua, gak ada yang item. (JCKD21317/4)
(4) Sule : Kenapa kamu pasang iklan? Nunung : Loh saya mau jual rumah saya Sule : Nah berarti ini rumah kamu dong
Nunung : Ya engak, Cuma rumah saya mepet ini, karena tulisanya terlalu igedhe jadi gandengan! (JCKD/18417/5)
Pada data (3) terdapat campur kode berupa kata kelindes sepur. Kata
kelindes sepur dapat diketahui sebagai campur kode dengan teknik baca markah
untuk menandai kata yang merupakan campur kode. Kata kelindessepur pertama
diklasifikasikan ke dalam tabel jenis campur kode ke dalam karena menggunakan
(JCKD/21317/04). Ketiga, setelah di beri tanda ikelindes sepur, dilakukan baca
markah dari dari teori Suandi (2014: 140-141) yang mengatakan bahwa campur kode ke dalam (Inner code mixing) adalah jenis campur kode yang menyerap unsur-unusr bahasa asli yang masih sekerabat. Kelindes sepur termasuk jenis campur kode ke dalamyaitu dari bahasa Jawa. Keempat, setelah itu dilakukan lagi
baca markah dari kamus bahasa Jawa yaitu kata kelindes sepur mempunyai arti
terinjak kereta api kata serapan dari bahasa Belanda spoor yang berarti
perlintasan kereta api. (Poerwadarminta, 1939) Oleh karena itu itu dapat
disimpulkan bahwa data (3) berupa kata kelindes sepur merupakan jenis campur
kode dalam.
Pada data (4) terdapat campur kode berupa kata gedhe. Kata gedhe dapat
diketahui sebagai campur kode dengan teknik baca markah untuk menandai kata
yang merupakan campur kode. Kata gedhe pertama, diklasifikasikan ke dalam
tabel jenis campur kode ke dalam karena menggunakan bahasa Jawa. Kedua,
setelah diklasifikasikan kemudian di beri kode (JCKD/18417/5). Ketiga, setelah di
beri tanda igedhe, dilakukan baca markah dari dari teori Suandi (2014: 140-141) yang mengatakan bahwa campur kode ke dalam (Inner code mixing) adalah jenis campur kode yang menyerap unsur-unusr bahasa asli yang masih sekerabat. Kata
Gedhe termasuk jenis campur kode ke dalam yaitu dari bahasa Jawa. Keempat,
setelah itu dilakukan lagi baca markah dari kamus bahasa Jawa yaitu kata gedhe
mempunyai arti besar menurut kamus bahasa Jawa(Poerwadarminta, 1939) Oleh
karena itu itu dapat disimpulkan bahwa data (4) berupa kata gedhe merupakan
Berikut ini merupakan data tuturan pengisi acara Ini Talkshow yang didalamnya mengandung data campur kode ke dalam pada nomor 5.
(5) Andre : Aduh mang ini enak banget !
Saswi : Aduh Ndre jangan di habisin, nanti keburu iseep.
(JCKD/3618/5)
Pada data (5) terdapat campur kode berupa kata seep. Kata seep dapat
diketahui sebagai campur kode dengan teknik baca markah untuk menandai kata
yang merupakan campur kode. Kata seep pertama diklasifikasikan ke dalam tabel
jenis campur kode ke dalam karena menggunakan bahasa Sunda. Kedua, setelah
diklasifikasikan kemudian di beri kode (JCKD/3618/5). Ketiga, setelah di beri
tanda iseep, dilakukan baca markah dari dari teori Suandi (2014: 140-141) yang mengatakan bahwa campur kode ke dalam (Inner code mixing) adalah jenis campur kode yang menyerap unsur-unusr bahasa asli yang masih sekerabat. Kata
seep termasuk jenis campur kode ke dalam yaitu dari bahasa Sunda. Keempat,
setelah itu dilakukan lagi baca markah dari kamus bahasa Jawa yaitu kata seep
mempunyai arti habis menurut Kamus lengkap bahasa Sunda (2013: 260). Oleh
karena itu itu dapat disimpulkan bahwa data (5) berupa kata seep merupakan jenis
campur kode dalam.
Data (1), (2), (3), (4), dan (5) di atas merupakan sampel analisis dari data
jenis campur kode kedalam. Masih terdapat delapan data. Data jenis campur kode
kedalam di beri kode JCKD 1 sampai dengan JCKD 21. Berikut ini merupakan Tabel 4.16 yang berisi jenis campur kode ke dalam. Yang juga ditemukan dari data tuturan Ini Talkshow.
Tabel 4.16 Data yang Mengandung Jenis Campur Kode No Campur kode Jenis campur kode ke dalam
Asal Bahasa Kode
1. Wetan Bahasa Jawa JCKD/17118/14
2. Cengengesan Bahasa Jawa JCKD/19118/17
3. Teyengen Bahasa Jawa JCKD/15117/03
4. Unclub Bahasa Sunda JCKD/15118/11
5. Gandengan Bahasa Jawa JCKD/18417/06
6. Sewitdak Bahasa Jawa JCKD/16118/12
7. Londot Bahasa Jawa JCKD/28417/07
8. Mamang Bahasa Sunda JCKD/5118/08