• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM

B. Analisis Kasus

Kasus di atas dapat dilihat yang menjadi permasalahan adalah mengenai

“penggunaan surat kuasa mutlak” penggugat merupakan pemberi kuasa yang merasa dirugikan karena Sertipikat Hak Milik tanahnya dialihkan oleh tergugat atas namanya dengan memakai surat kuasa mutlak yang diberi penggugat tanpa adanya pemberitahuan atau konfirmasi kepada penggugat. Padahal sudah jelas tertulis Surat Kuasa No. 131 tanggal 29 April 1994 yang dibuat dihadapan Notaris Rahmatiah Hambu untuk menjual dan mengalihkan hak keperdataan Penggugat kepada siapapun juga termasuk kepada penerima kuasa sehingga dengan adanya kuasa tersebut maka secara hukum Tergugat tidak perlu melibatkan lagi Penggugat untuk pengalihan hak atas tanah dan didalam putusan penggugat secara sadar melakukan pengalihan hak atas tanah atas nama tergugat yang dibuktikan akta pengalihan hak atas tanah yang

dibuat dihadapan PPAT Haji Asbar Imran dengan Akta No 699/2011 tertanggal 12 Desember 2011.

Steven Tanuwijaya dan Effendy Tandry membuat perikatan berupa Surat Pengalihan Hutang yang dibuat tanggal 30 April 1994 yang ditandatangan oleh kedua belah pihak dan disaksikan oleh Tan Joeng Fen (kakak dari Steven Tanuwijaya).

Surat Pengalihan Hutang ini kemudian dituangkan dalam perjanjian Pengakuan Hutang dengan Nomor Akta 130 dan dibuat dihadapan Notaris Rahmatiah Hambu.

Kedudukan pemohon dalam mengajukan permohonan kepada Mahkamah Agung sudah sesuai dengan ketentuan yang ada. Dalam permohonan-permohonan tersebut Mahkamah Agung menyatakan gugatan pemohon menolak dalam putusannya No 104 K/TUN/2013 yang menjadi alasan ditolaknya permohonan pemohon adalah Mahkamah berpendapat bahwa dalam pemeriksaan tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya kesalahan penerapan hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku, adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan atau bila pengadilan melampaui batas sewenangnya yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 jo Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 jo Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009. Pertimbangan Mahkamah dalam memberikan putusan menyatakan bahwa perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau Undang-Undang karena telah terjadi kesalahan penerapan hukum dan kompetensi Hakim Perdata untuk

mengadilinya disebabkan kasus ini seharusnya diputuskan kepengadilan negeri bukan ke pengadilan tata usaha negara.

Sertipikat yang telah dikeluarkan oleh Kota Kendari atas nama tergugat tidak diterima oleh penggugat. Oleh karena penggugat mengajukan permohonan untuk pembatalan sertipikat hak milik atas nama tergugat yang diajukan pada kepala kantor pertanahan kota kendari. Namun kepala kantor pertanahan Kota Kendari menolak permohonan tersebut karena prosedur balik namanya telah sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.

Dasar keberatan penggugat adalah karena tergugat telah menjual diam-diam tanah milik penggugat (Sertipikat hak milik No 12 di kelurahan Kambu) dan juga membeli secara diam-diam tanah milik penggugat serta menentukan harga jual untuk dirinya sendiri atas tanah milik tergugat dan sampai dengan pengurusan secara diam-diam balik nama atau peralihan hak kepemilikan atas tanah milik penggugat.

Prosedur pengalihan hak atas tanah sudah sesuai dengan ketentuan yang ada, namun seharusnya tergugat selaku penerima kuasa hendaknya mengkonfirmasi terlebih dahulu terhadap semua tindakan hukum keperdataan yang telah yang dikuasakan penggugat kepadanya. Pada dasarnya penggugat dan tergugat telah mengetahui larangan penggunaan surat kuasa mutlak tetapi hanya menganut sistem kepercayaan diantara keduanya mereka membuat kuasa mutlak demi kepentingan pribadi tanpa mempertimbangkan resiko-resiko yang ada, sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

PPAT dalam membuat Akta otentik dalam bidang tanah membuat surat kuasa mutlak kepada penggugat dan tergugat, surat kuasa mutlak itu juga yang dijadikan dasar dalam pembuatan Akta jual beli terhadap pengalihan hak atas tanah yang terdapat dalam Sertipikat Hak Milik Nomor 12 di kelurahan Kambu, yang dijadikan dasar tergugat untuk melakukan jual beli dengan namanya sendiri kepada pihak ketiga, telah jelas diatur dalam peraturan perundang-undangan surat kuasa mutlak dilarang yang berhubungan dengan tanah tapi dalam perakteknya masih ada pembuatan surat kuasa mutlak. Jadi dalam hal ini penggugat harus bersedia menerima putusan majelis hakim dari tingkat pertama sampai tingkat akhir dan menghormati putusan tersebut karena telah sesuai dengan prosedur yang ada.

Penggunaan kuasa mutlak untuk mengalihkan hak atas tanah dilarang berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1982 tentang larangan penggunaan kuasa mutlak sebagai Pemindahan Hak atas Tanah dan juga pelarangan pembuat Akta Jual Beli oleh PPAT 107, serta ditegaskan kembali dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, Pasal 39 ayat 1 huruf d ditegaskan bahwa PPAT tidak boleh dan seharusnya menolak untuk membuat Akta Jual Beli atas dasar Surat Kuasa Mutlak dan melarang penggunaan kuasa mutlak dalam peralihan hak kepemilikan atas tanah.108

107Instruksi Menteri Dalam Negeri No 14 tahun 1982 Tentang Larangan Penggunaan Kuasa Mutlak Sebagai Pemindahan Hak Atas Tanah.

108Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Jilid I Hukum Tanah Nasional, Jakarta:

Djambatan, 2008, hlm.50.

Penerbitan Sertpikat Nomor 12 di kelurahan Kambu atas nama Effendy Tandry oleh Tergugat

tentunya telah menyalahi aturan yang berlaku sehingga Sertpikat Hak Milik No 12 atas nama Effendy Tandry harus dibatalkan oleh Tergugat dan Sertipikat Hak Milik Nomor 12 di kelurahan Kambu haruslah tetap atas nama Steven Tanuwijaya.

Penggugat sebagai pemilik tanah sudah mengalami kerugian dengan kehilangan hak kepemilikan atas Sertpikat Hak Milik Nomor 12 di kelurahan Kambu karena keputusan Tergugat dalam mengakui peralihan hak kepemilikan Sertipikat Hak Milik Nomor 12 di kelurahan Kambu yang dimohonkan oleh Effendy Tandry dan juga keputusan Tergugat dalam penerbitan Sertipikat Hak Milik Nomor 12 di kelurahan Kambu atas nama Effendy Tandry.

Kuasa mutlak dalam pemindahan hak atas tanah adalah kuasa mutlak yang memberikan kewenangan kepada penerima kuasa untuk menguasai dan menggunakan tanahnya serta melakukan segala perbuatan hukum yang menurut hukum hanya dapat dilakukan oleh pemegang haknya.109

Kuasa mutlak disini dapat dijabarkan sebagai kuasa yang diberikan disertai hak dan kekuasaan yang luas sekali terhadap objek tertentu, pada perbuatan mana pemberi kuasa tidak dapat menarik kembali kuasanya serta tidak akan gugur kapan atau dengan alasan apapun. Si kuasa dibebaskan dari kewajiban memberikan pertanggung jawaban selaku kuasa kepada pemberi kuasa dan bertindak seolah-olah objek tersebut adalah kepunyaannya.110

109Amas, Kuasa Mutlak, http://gamas09.blogspot.com/2009/03/larangan-kuasa-mutlak.html, diakses tanggal 17 Oktober 2016.

110 Jimly Asshiddigie, Independensi dan Akuntabilitas Pejabat Pembuat Akta Tanah, Jakarta:

Renvoi, 2003, hlm. 31.

Dasar pertimbangan dari larangan tersebut adalah bahwa penyalahgunaan hukum yang mengatur pemberian kuasa dengan mengadakan pemindahan hak atas tanah secara terselubung dengan menggunakan bentuk kuasa mutlak, adalah salah satu bentuk perbuatan hukum yang mengganggu usaha penertiban status dan penggunaan tanah, sehingga karenanya perlu untuk segera dicegah.

Putusan sebelumnya pengadilan tingkat pertama pada putusan No 10/G.TUN/2012/PTUN/KDI Tertanggal 27 Juni 2012. Majelis hakim menyatakan dalam putusannya bahwa gugatan penggugat tidak dapat diterima sebagaimana yang telah dikuatkan dalam tingkat banding atas permohonan penggugat oleh pengadilan

tinggi tata usaha negara makassar dengan putusan Nomor 138/B.TUN/2012/PT.TUN.MKS tertanggal 20 November 2012.

Putusan tingkat pertama maupun tingkat banding, pemohon berpendapat bahwa majelis hakim telah salah menerapkan hukum atau tidak menjalankan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku karena tidak memepertimbangkan apa isi gugatan dalam perkara tersebut.

Mahkamah Agung telah sesuai memberikan putusan karena sudah sesuai dengan ketentuan yang diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam pembuatan akta-akta yang dilakukan oleh penggugat dan tergugat secara sadar juga tidak berada dibawah tekanan.

Dasarnya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1982 telah menegaskan tentang larangan penggunan surat kuasa mutlak terhadap pengalihan hak atas tanah sebagaimana yang telah diatur

dalam Pasal 39 ayat 1 huruf d, maka demi kepastian hukum dan wibawa peradilan dalam memberikan keadilan dimasyarakat maka sudah seharusnya Mahkamah tidak boleh memutuskan menolak perkara ini dan menyimpulkan bahwa tidak ada pelanggaran aturan yang dilanggar oleh tergugat.

Putusan Mahkamah Agung No 2584 K./Pdt/1986 juga menegaskan bahwa penggunaan surat kuasa mutlak dalam jual beli tanah tidak dapat dibenarkan karena dalam prakteknya sering disalah gunakan untuk menyelundupkan jual beli tanah, dalam perkara ini bahwa jual beli tanah milik Penggugat Tan Sip Fen/ Steven Tanuwijaya (Sertipikat Hak Milik Nomor 12 di kelurahan Kambu) adalah jual beli tanah yang tidak berdasar hukum dan menjurus ke praktek mafia penyelundup jual beli atas tanah karena faktanya bahwa Tan Sip Fen/ Steven Tanuwijaya sebagai pemilik sah tanah (Sertipikat Hak Milik Nomor 12 di Kelurahan Kambu) tidak pernah mengetahui jual beli tersebut dan juga tidak pernah diberitahu tentang jual beli tersebut sehingga Penggugat Tan Sip Fen/ Steven Tanuwijaya sebagai pemilik tanah yang sah secara hukum (Sertipikat Hak Milik Nomor 12 di kelurahan Kambu) telah kehilangan haknya tanpa pernah diketahui dan tanpa pernah disetujui.

Surat Kepala Kantor Pertanahan Kota Kendari No 987/P.74. 71/VIII/2010 tentang larangan penggunaan kuasa mutlak yang menyatakan hal-hal sebagai berikut:

1. Instruksi Menteri Dalam Negeri melarang penggunaan kuasa mutlak dalam pengurusan dan atau memproses status kepemilikan atas tanah.

2. Menegaskan bahwa penggunaan kuasa mutlak sampai saat ini dilarang penggunaannya oleh Badan Pertanahan Nasional.

3. Menyatakan Pasal 39 ayat 1 huruf d Peraturan Pemerintah No 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah melarang penggunaan kuasa mutlak dalam pengurusan status kepemilikan atas tanah.

4. Surat kuasa mutlak yang dimaksud adalah surat kuasa yang pada hakikatnya merupakan pemindahan hak isinya mengandung unsur tidak dapat ditarik/dicabut kembali, adanya unsur pemindahan kuasa atau pelimpahan kuasa dari yang diberi kuasa kepada orang lain, serta pemberi kuasa memberi kuasa seluas-luasnya kepada penerima kuasa secara mutlak (bertindak seolah-olah sebagai pemilik barang.

Pemberian kuasa mutlak tidak diatur di dalam KUHPerdata, namun diakui di dalam lalu lintas bisnis di masyarakat yang oleh beberapa putusan hakim dipandang sebagai penemuan hukum. Pemberian kuasa mutlak merupakan suatu perikatan yang muncul dari perjanjian, yang diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata, yang mengakui adanya kebebasan berkontrak dengan pembatasan bahwa perjanjian tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan harus dilandasi dengan itikad baik.111

Penulis berpendapat bahwa Putusan Mahkamah Agung No 104 K/TUN/2013 menolak permohonan penggugat karena perkara yang dilaporkan penggugat dibidang keperdataan tidak ada hubungannya dengan tata usaha Negara dan sebaiknya

111 Julianita, Tinjauan Yuridis Kedudukan Kuasa Mutlak Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Oleh Notaris atau PPAT,http://www.skripsidoc.com/read/tinjauan-yuridis-kedudukan-kuasa-mutlak- dalam-peralihan-hak-atas-tanah-oleh-notarisppat-studi-di-kantor-notarisppat-julianita-perangin-angin-sh, html, diakses pada tanggal 14 Juni 2017.

Mahkamah Agung menjelaskan kenapa permohonan penggugat ditolak sehingga penggugat bisa tahu sehingga tidak melakukan kesalahan untuk melaporkan perkara.