• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.4 Analisis Data

4.4.5 Analisis Keberlanjutan

Analisis indeks dan status keberlanjutan (existing condition) setiap dimensi pengelolaan sumberdaya Madidihang yang berkelajutan, meliputi dimensi ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan dan teknologi dilakukan dengan pendekatan Multidimensional Scaling (MDS) dengan teknik ordinasi yang dimodifikasi dari program Rapfish, dikembangkan oleh Fisheries Center, University of British Columbia (Fauzi dan Anna 2002). Teknik ordinasi Rapfish yaitu menentukan sesuatu pada urutan yang terukur dengan metode MDS, selain merupakan salah satu metode ”multivariate” yang dapat menangani data matriks (skala ordinal maupun nominal), juga merupakan teknik statistik yang mencoba melakukan transformasi multidimensi ke dalam dimensi yang lebih rendah (Fauzi dan Anna 2005).

Analisis ordinasi Rapfish dilakukan melalui tahapan: (1) penentuan atribut sistem yang dikaji; (2) penilaian setiap atribut dalam skala ordinal (Rap Scores) berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi; (3) analisis ordinasi (Rap Analysis) untuk menentukan ordinasi dan nilai stres; (4) penyusunan indeks dan status keberlanjutan sistem yang dikaji secara umum maupun setiap dimensi

(Distances); (5) analisis sensitivitas (Leverage Analysis) untuk melihat atribut atau peubah yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan. Analisis sensitivitas atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi dilihat dalam bentuk perubahan Root Mean Square (RMS), khususnya pada sumbu X (skala sustainabilitas). Semakin besar nilai perubahan RMS semakin besar peranan atribut tersebut atau semakin sensitif dalam pembentukan nilai keberlanjutan pada skala sustainabilitas, dan (6) evaluasi pengaruh galat (Error) acak digunakan analisis Monte Carlo untuk mengetahui: (a) pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut, (b) pengaruh variasi pemberian skor, (c) stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang, (d) kesalahan pemasukan atau hilangnya data (missing data), dan (e) nilai stress dapat diterima apabila <20%.

Análisis keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan Madidihang dilakukan dengan pendekatan multidimensional scaling (MDS) yang disebut metode RAPFISH yang digunakan untuk menilai status keberlanjutan perikanan tangkap (Pitcher dan Preikshot 2001; Kavanagh and Pitcher 2004). Analisis keberlanjutan dinyatakan dalam indeks keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya ikan tuna. Analisis dilakukan melalui tiga tahapan:

1). Penentuan atribut pemanfaatan sumberdaya Madidihang (Thunnus albacares) yang mencakup lima dimensi, yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan. Pada setiap dimensi dipilih beberapa atribut yang mewakili dimensi yang bersangkutan untuk selanjutnya digunakan sebagai indikator tingkat keberlanjutan dari dimensi tersebut. Atribut pada setiap dimensi memang sangat banyak tetapi untuk memudahkan analisis selanjutnya maka dipilih yang benar-benar secara kuat mewakili dimensi yang bersangkutan, tidak tumpang tindih dengan atribut yang lain dan mudah mendapatkan datanya. Adapun atribut-atribut dari setiap dimensi yang akan digunakan untuk menilai keberlanjutan usaha penangkapan tuna diacu dari Charles (2001) dan Pitcher dan Preikshot (2001). Berdasarkan kajian awal diperoleh gambaran mengenai atribut masing-masing dimensi keberlanjutan disajikan pada Lampiran 1.

2). Penilaian setiap atribut dalam skala ordinasi berdasarkan kriteria keberlanjutan. Berdasarkan pengamatan di lapangan ataupun data sekunder yang tersedia, yang sesuai dengan scientific judgment dari pembuat skor, maka setiap atribut diberikan skor yang mencerminkan keberlanjutan dari dimensi usaha penangkapan ikan tuna tersebut. Rentang skor berkisar antara 0-5 atau tergantung pada keadaan masing-masing atribut yang dimulai dari nilai buruk (0) sampai baik (5). Nilai ”buruk” mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya nilai ”baik” mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan bagi keberlanjutan pembangunan. Diantara dua ekstrim nilai ini terdapat satu atau lebih nilai antara, tergantung dari jumlah peringkat pada setiap atribut. Jumlah peringkat pada setiap atribut akan sangat ditentukan oleh tersedia tidaknya literatur yang dapat digunakan untuk menetukan jumlah peringkat. 3). Penyusunan indeks dan status keberlanjutan pengelolaan Madidihang. Atribut

masing-masing dimensi serta kriteria baik dan buruk mengikuti konsep yang dipakai oleh Fisheries Com (1999) dan Fisheries Center (2002) serta pendapat dari para pakar/stakeholder yang terkait dengan sistem yang dikaji. Nilai indeks dan status keberlanjutan dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam 4 kategori status keberlanjutan. Setiap atribut diperkirakan skornya, yaitu skor 3-5 untuk kondisi baik (good), 0 untuk jelek (bad) dan di antara 0-5 untuk keadaan di antara baik dan buruk. Skor definitifnya adalah nilai modus, yang dianalisis untuk menentukan titik-titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan sistem yang dikaji relatif terhadap titik baik dan buruk dengan teknik ordinasi statistik MDS. Skor perkiraan setiap dimensi dinyatakan dengan skala terburuk (bad) 0% sampai yang terbaik (good) 100%. Nilai indeks >50% dapat dinyatakan bahwa sistem yang dikaji telah berkelanjutan, sebaliknya <50% sistem tersebut belum atau tidak berkelanjutan.

Tabel 2 Kategori indeks keberlanjutan setiap dimensi sistem yang dikaji Nilai Indeks Kategori Keberlanjutan

00,00 – 25,00 Buruk; Tidak Berkelanjutan 25,01 – 50,00 Kurang; Kurang Berkelanjutan

50,01 – 75,00 Cukup; Cukup Berkelanjutan 75,01 – 100,00 Baik; Sangat Berkelanjutan Sumber: Budiharsono, 2002.

4) Penyusunan indeks dan status keberlanjutan multidimensi. Analisis perbandingan keberlanjutan antar dimensi dilakukan dan divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang (kite diagram) yang menggambarkan keberlanjutan dari masing-masing dimensi. Pada ruang atribut dua dimensi ini, sumbu X mewakili derajat keberlanjutan dari buruk sampai baik, sedangkan dimensi lainnya yaitu sumbu Y mewakili faktor faktor lainnya. Agar status keberlanjutan secara keseluruhan dapat dinilai, maka dilakukan skoring terhadap masing-masing dimensi dengan menggunakan pendapat 3 (tiga) pakar pengelolaan sumberdaya perikanan. Hasil skoring tesebut kemudian dianalisis dengan menggunakan program penentuan skoring dimensi menggunakan Microsoft excel. Program ini dikembangkan oleh Budiharsono (2002) yang dimodifikasi dari Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil analisis ini adalah nilai status keberlanjutan multidimensi yang menggambarkan keberlanjutan usaha perikanan Madidihang secara keseluruhan.

Menurut Kavanagh (2001) in Budiharsono (2006), analisis “Monte Carlo” berguna untuk mempelajari: (1) pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemahaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut; (2) pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda; (3) stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang (iterasi); (4) kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang (missing data); (5) tingginya nilai ”stress” hasil analisis (nilai stress dapat diterima jika < 25%).

Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Dengan proses rotasi, maka posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0% (buruk) dan 100% (baik). Jika sistem

yang dikaji mempunyai nilai indeks keberlanjutan ≥50% maka sistem dikatakan berkelanjutan dan jika nilai indeks ≤50% berarti tidak berkelanjutan.

Analisis sensivitas dapat memperlihatkan atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan ikan tuna dengan melihat perubahan bentuk root mean square (RMS) ordinasi pada sumbu x. Semakin besar perubahan nilai RMS, maka semakin sensitif atribut tersebut dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan Madidihang. Dalam análisis tersebut akan terdapat pengaruh galat yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam pembuatan skor karena pemahaman terhadap atribut atau kondisi lapangan yang belum sempurna, variasi skor akibat perbedaan opini atau penilaian peneliti, proses análisis MDS yang berulang-ulang, kesalahan pemasukan data atau ada data yang hilang, dan tingginya nilai stres (nilai stres dapat diterima jika nilainya <25% (Kavangh 2001; Fauzi dan Anna 2002). Untuk menganalisis nilai galat pada pendugaan nilai ordinasi optimasi pemanfaatan sumberdaya Madidihang digunakan análisis Monte Carlo.